Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Pemerintah Rencana Stop Impor Gula hingga Jagung, Ini Efeknya Bagi Lampung
16 Desember 2024 13:26 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan bahwa pemerintah akan menghentikan impor beras, gula konsumsi, garam konsumsi, dan jagung untuk pakan ternak mulai tahun depan.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini diambil untuk mendukung program swasembada pangan yang ditargetkan tercapai paling lambat pada 2027.
“Kami meyakini swasembada pangan akan tercapai sebelum 2027, paling lama 2027,” ujar Zulkifli Hasan, yang akrab disapa Zuhas, dalam konferensi pers di Graha Mandiri, Jakarta, Senin (9/12).
Menanggapi hal tersebut, pengamat ekonomi Universitas Lampung (Unila), Yoke Muelgini, menilai bahwa penghentian impor akan memberikan dampak positif bagi Provinsi Lampung, yang merupakan salah satu daerah penghasil beras dan gula terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total luas panen padi di Lampung tahun 2024 mencapai 531,44 ribu hektare, dengan produksi mencapai 2,73 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
Angka ini menunjukkan Lampung memiliki potensi besar untuk menopang kebutuhan pangan nasional.
ADVERTISEMENT
Menurut Yoke, penghentian impor akan menyebabkan harga komoditas seperti beras, gula konsumsi, dan jagung untuk pakan ternak meningkat, sehingga menguntungkan petani lokal.
“Selama ini, impor beras, gula, dan jagung justru menurunkan harga komoditas lokal tersebut. Jika impor di-stop, maka harga akan naik, yang tentunya mendorong petani untuk meningkatkan produksi,” jelas Yoke.
Ia optimistis jika kebijakan ini diterapkan konsisten selama lima tahun ke depan, Provinsi Lampung dapat menjadi salah satu pilar utama dalam pencapaian swasembada pangan nasional.
“Ini adalah peluang emas bagi petani di Lampung untuk mengembangkan produksi mereka lebih maksimal. Namun, pemerintah harus memastikan dukungan dalam bentuk teknologi, infrastruktur pertanian, serta akses pasar agar petani benar-benar merasakan dampaknya,” tambah Yoke.
ADVERTISEMENT
Penghentian impor ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada produk luar negeri dan memperkuat sektor pertanian domestik.
"Dengan langkah ini, tidak hanya petani yang diuntungkan, tetapi juga perekonomian daerah yang diprediksi akan semakin berkembang melalui peningkatan produksi lokal," pungkasnya. (Cha/Ansa)