Konten Media Partner

Penjelasan BMKG Soal Hujan Es di Lampung Barat, Ada Pengaruh Awan Cumulonimbus

31 Oktober 2024 18:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hujan es. | Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hujan es. | Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Warga di sejumlah wilayah kecamatan Batu Ketulis, Lampung Barat, Lampung dikejutkan dengan adanya hujan es disertai dengan angin kencang pada Selasa (29/10). Berdasarkan informasi yang diterima Lampung Geh dalam video yang beredar terlihat adanya butiran butiran es kecil berjatuhan disertai dengan adanya angin kencang. Menurut Rudi, Koordinator Data dan Informasi BMKG Lampung menjelaskan, berdasarkan analisis pertumbuhan awan cepat mengindikasikan adanya pembentukan awan cumulonimbus (Cb) yang kuat hingga menimbulkan adanya hujan es dan angin kencang. "Awan konvektif mulai terbentuk pada pukul 13.20 WIB. Dalam waktu kurang dari dua jam, awan ini berkembang dengan cepat dan mencapai puncaknya pada pukul 15.10 WIB, saat hujan es itu terjadi," jelasnya. "Awan Cb ini kemudian mengalami pertumbuhan yang cepat lalu pada pukul 15.30 WIB, awan tersebut bergeser ke arah perbatasan Sumatera Selatan," lanjutnya. Kemudian, berdasarkan analisis vertikal (V-cut) BMKG menyebutkan dari data radar menunjukkan distribusi nilai dBZ yang tinggi mencapai lebih dari 50 dBZ pada ketinggian 4 hingga 10 km di atas permukaan menunjukkan adanya butiran es. "Reflektivitas tinggi ini mengindikasikan awan cumulonimbus dengan struktur vertikal kuat yang umumnya menghasilkan cuaca ekstrem salah satunya hujan es dan angin kencang," katanya. Selanjutnya, berdasarkan analisis citra radar berdasarkan grafik intensitas reflektivitas radar (dBZ) menunjukkan pola nilai dBZ yang rendah pada pagi hari dan meningkat secara signifikan pada siang hari hingga sore hari mencapai 55 dBZ juga menjadi pemicu. "Nilai tinggi tersebut mengindikasikan adanya partisipasi yang kuat yang mungkin berupa hujan lebat atau hujan es, mengingat intensitas dBZ yang mencapai level tinggi dalam waktu singkat," terangnya. Lalu, melalui analisis citra satelit hujan es dan angin kencang ini dipicu juga oleh rendahnya suhu puncak awan hingga-50°C sampai-60°C. Rendahnya suhu puncak awan ini mengindikasikan adanya puncak awan yang tinggi, biasanya berasal dari awan cumulonimbus yang sering berkaitan dengan cuaca ekstrem yaitu hujan es. Terakhir, dilihat melalui kecepatan anginya yang bervariasi dari arah barat hingga barat daya kecepatan angin tertinggi terjadi mencapai lebih dari 37,4 km/jam. Awan cumulonimbus tidak hanya memicu hujan es melainkan juga adanya angin kencang. (Put/Ansa)
ADVERTISEMENT