Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Ratusan warga yang menghuni Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung, mengungsi akibat gempa bumi Banten berkekuatan 7,4 magnitudo, Jumat (2/8).
ADVERTISEMENT
Ketua Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Pulau Pasaran, Toto Herianto, mengatakan gempa bumi ini terjadi sekitar pukul 19.03 WIB.
"Itu kerasa beberapa detik, cuma kerasanya memang benar-benar di rumah sampai warga berhamburan keluar," ujarnya kepada Lampung Geh.
Saat dirinya melihat televisi, banyak berita beredar bahwa gempa itu berasal dari Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
"Buka TV (televisi) gempa pusatnya ada di Sumur, Banten berpotensi tsunami. Itu lah yang buat teman-teman di pulau pesisir Kota Karang pada ngungsi," jelasnya.
Saat ini, dirinya beserta ratusan warga lain tengah mengungsi ke Kantor DPRD Kota Bandar Lampung.
"Ini ramai di Kantor Gubernur sudah penuh warga. Saya lari ke Kantor ke DPRD Kota (Bandar Lampung)," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Toto menjelaskan, saat ini kondisi air laut di Pulau Pasaran tidak surut. Namun mengingat tsunami yang terjadi beberapa bulan lalu, kondisi air laut juga seperti itu.
"Airnya teduh sih enggak apa-apa, itu yang buat kita jadi agak takut juga. Biasanya kalau teduh gitu, tahu-tahu air langsung surut. Teman-teman pesisir takut saja, apalagi di TV ada potensi tsunami jadi kita agak menghindar dulu dari pesisir," terangnya.
Meski demikian, dirinya tetap melakukan koordinasi dengan warga Pulau Pasaran agar tidak meninggalkan pulau begitu saja untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Saya mikirin anak sama istri saya bawa dulu, saya juga sudah koordinasi sama ketua-ketua kampung. Mungkin nanti kita komunikasi ada yang nunggu di pulau. Takutnya ada orang yang manfaatin kita keluar pulau sepi, bahaya," tandasnya.(*)
ADVERTISEMENT
----
Laporan reporter Lampung Geh Obbie Fernando
Editor : M Adita Putra