Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Bundo Kanduang Sumatera Barat Batal Somasi Anne Avantie
12 April 2018 17:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang- Bundo Kanduang Sumatera Barat menerima permintaan maaf perancang busana Anne Avantie, atas kebaya dan hiasan kepala Suntiang Minangkabau yang dirancangnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Bundo Kanduang Sumatera Barat, Puti Reno Raudha Thaib, mengaku tidak jadi mengirimkan somasi dengan adanya permintaan maaf dari Anne.
"Permintaan maaf dan menyampaikan kepada seluruh masyarakat Minangkabau adalah cara yang sudah benar dilakukan Anne Avantie. Kami harus menerima permintaan maaf itu," ujarnya ketika dihubungi Langkan.id, Kamis 12 April 2018.
Putri Reno mengatakan, awalnya akan mengirimkan somasi terhadap Anne Avantie, karena kebaya yang dihiasi Suntiang itu dinilai tidak sesuai falsafah Minangkabau, adat basandi syara', syara' basandi kitabullah.
Kebaya dengan palet emas berpunggung transparan itu dinilai tidak menutup aurat. Kebaya dan suntiang rancangan Ane itu dikenakan Sophia Latjuba dalam fashion show 29 tahun Anne Avantie berkarya, Kamis, 29 Maret 2019.
"Ada niat baik dari Anne Avantie, maka kami tidak jadi melakukan somasi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Puti Reno meminta masyarakat Minangkabau tidak membesar-besarkan masalah tersebut. Namun, yang mesti dilakukan adalah, menghargai budaya sendiri, salah satunya pakaian perempuan Minang.
Kata dia, Anne Avantie bercerita melihat ada perempuan Minang yang mengenakan busana Minang tanpa menutup aurat. Hal ini yang dicontohnya dalam merancang busana tersebut.
"Benar yang disampaikan Anne Avantie. Ada perempuan yang mengenakan pakaian anak daro (pakaian pernikahan adat Minang) yang tidak sesuai dengan falsafah Minangkabau, seperti tidak menutup aurat," ujarnya.
Puti mengatakan, kebiasaan ini yang mesti diperbaiki oleh perempuan Minang, sebab akan menjadi contoh bagi banyak orang.
"Saya rasa kejadian ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat di Minangkabau untuk menghargai budaya sendiri. Bukan hanya menyalahkan orang lain yang tidak tahu apa-apa," ujarnya. (M. Hendra)
ADVERTISEMENT