Konten dari Pengguna

Kenali Solusi Anti GTM menurut IDAI!

Lely Harsono
Seorang ibu satu anak, seorang Admisi di RSI JS Surabaya dengan pengalaman 10 tahun. Lulusan Diploma Komputer Perkantoran STIKOM Surabaya.
27 Juni 2024 10:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lely Harsono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak tidak mau makan (GTM). (Sumber Foto: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak tidak mau makan (GTM). (Sumber Foto: Freepik)
ADVERTISEMENT
Orang tua sering kali menghadapi tantangan yang besar ketika anak batitanya sulit makan. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab sulitnya anak makan, termasuk Gerakan Tutup Mulut (GTM) yang disebutkan sebelumnya. Dari yang awalnya menutup rapat mulut sampai menyemburkan makanan atau bahkan melepehkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Wajar saja kalau orangtua merasa khawatir, apalagi kalau berat badan anak tak kunjung naik. Padahal di usia ini, asupan nutrisi yang berimbang sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak.
ADVERTISEMENT
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Penyebab GTM pada batita bermacam-macam. Bosan, sedang sakit, tidak lapar, adanya trauma, baik terhadap makanan tertentu maupun proses makan itu sendiri. Beberapa penyebab umum sulit makan pada anak batita meliputi:
Anak mungkin tidak tertarik dengan makanan yang disajikan atau tidak merasa lapar pada waktu makan. Pentingnya mengatur waktu makan untuk "menciptakan rasa lapar" agar anak mempunyai nafsu makan dengan baik.
Tidak nyaman saat si kecil tumbuh gigi juga merupakan penyebab paling sering anak GTM. Tidak hanya itu, anak yang mengalami penyakit anemia defisiensi besi, infeksi saluran kemih, dan tuberculosis juga merupakan penyebab anak tidak nafsu makan. Penyakit tersebut seringnya tidak terlalu nampak (silent disease) pada anak sehingga orang tua sering kali tidak menyadarinya. Maka sebaiknya langsung konsultasi dengan tenaga kesehatan jika dalam 2 bulan anak tidak nafsu makan dan berat badannya tidak naik.
ADVERTISEMENT
Pengalaman negatif terkait makanan atau kejadian trauma terkait proses makan juga bisa menjadi penyebab sulit makan. Karena orang tua seringkali bingung dan panik anak tidak mau makan, takut kalau perkembangannya tidak maksimal maka orang tua akan memaksa anak makan. Hal tersebut akan menimbulkan trauma bagi anak sehingga tidak anak tidak merasa nyaman ketika waktu makan telah tiba.
Dilansir dari IDAI, ada beberapa hal yang harus dilakukan jika anak sedang dalam fase GTM. Hal paling penting yang harus di perhatikan oleh orang tua adalah melatih perilaku makan yang benar (feeding rules), diantaranya adalah:
a. Atur jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur yaitu tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil di antaranya. Susu dapat diberikan dua - tiga kali sehari (500-600 ml/hari).
ADVERTISEMENT
b. Batasi juga waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit. Buat lingkungan yang menyenangkan untuk makan. Biasakan makan bersama keluarga di meja makan. Jika tidak memungkinkan untuk makan bersama, sebaiknya tetap latih anak makan di meja makan.
c. Dorong anak untuk makan sendiri. Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan tanpa memaksa. Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan akhiri proses makan. Latih anak untuk mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri.
Jadi, sementara ada berbagai pendekatan yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak makan dengan lebih baik, penting untuk mempertimbangkan pola makan yang sehat dan seimbang serta mengamati dengan cermat apakah kebiasaan tersebut efektif dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Konsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi juga dapat memberikan saran yang lebih spesifik dan sesuai dengan kebutuhan anak Anda.
ADVERTISEMENT