Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Passion Meet Up, Kembali Populernya Musik Disko di Indonesia
28 Oktober 2019 19:08 WIB
Tulisan dari Leonita Julian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Lagu Indonesia lawas atau musik barat dicampur dengan kearifan lokal, di-mix dengan beat kekinian yang enak buat joged sekaligus sing along, itulah musik disko yang kembali nge-hits sekarang. Memang trend-nya cross culture, jaman now dicampur not Right Now. Di setiap festival musik di Indonesia, nyaris selalu ada lagu 90-an.
Di event musik atau event gaul pasti ada saja yang tampil dari genre disco, antara Diskoria, Pemuda Sinarmas, atau Diskopantera. Disko ala 80 atau 90-an hidup lagi di Indonesia gara-gara mereka.
Dua nama yang saya sebut di awal inilah yang diundang ngobrol di workshop #PassionMeetUp dengan tema yang mereka banget "Indonesia Disco Revival". Acara yang digelar di The Moon, Hotel Monopoli, Kemang, Jakarta Selatan, pada Jumat, 25 Oktober 2019, ini merupakan kolaborasi antara MLDSPOT dan kumparan. Workshop ini juga menghadirkan Adib Hidayat (pengamat musik), dan David Karto (founder De Majors Record Label), dengan dipandu oleh MC Aditya Fadilla yang dikenal sebagai Adit Insomnia.
Awal Mula Karir Diskoria dan Pemuda Sinarmas
ADVERTISEMENT
Konsep musik Diskoria berawal dari keresahan adanya larangan memainkan lagu Indonesia di klub Jakarta yang mereka anggap aneh, akhirnya Merdi Simanjuntak dan Fadli Aat memiliki ide memainkan lagu Barat di-mix dengan lagu Indonesia.
Mereka ingin mendengar lagu-lagu pop Indonesia yang bernuansa disko bisa diputar di klub disko di Indonesia.
Penikmat musik diskoria adalah mereka yang bukan cuma suka seru-seruan joged, tapi juga nyanyi, sing along.
Diskoria mayoritas memainkan lagu lama, meski tidak sedikit juga lagu baru. Yang penting lagu Indonesia dan groovy.
Menurut Merdi, lagu Indonesia yang tidak terkenal pun asal dimainkan dengan beat yang tepat, bisa bikin orang maju ke lantai disko juga.
Respon saat ini bisa dibilang sangat baik, karena Diskoria bisa tampil di berbagai acara di banyak kota di Indonesia. So, apa yang mereka coba sampaikan, di mana musik Indonesia sejajar dengan musik luar dan tidak di-anak-tirikan di rumah sendiri, sudah tersampaikan kepada crowd.
Sedikit berbeda dengan DJ lainnya, Pemuda Sinarmas tidak menggunakan cd, piringan hitam, atau digital untuk alatnya, tetapi menggunakan kaset pita! Itulah kenapa disebut cassette jockey (CJ) atau DJ kasetan. Perbedaan inilah yang jadi kelebihan Pemuda Sinarmas. "Ga ada saingannya!" kata Ajis dalam workshop #MLDSPOTPassion.
ADVERTISEMENT
Pemuda Sinarmas adalah nama panggung Ajis atau Muhammad Fajrintio, saat menjadi Cassette Jockey (CJ).
Pemuda Sinarmas kebanyakan memainkan tembang-tembang lawas, yang sangat lawas bahkan. Alasannya, karena ingin mengenalkan musik-musik era lawas yang beragam dan masih nyaman di telinga generasi digital. Selain itu, memang kebanyakan koleksi kaset Ajis adalah rilisan lawas, tahun 2002 ke bawah.
Jangan heran kalau lagu karya musisi Indonesia ternama era 1980-an atau 1990-an jadi ciri khas Pemuda Sinarmas.
Yes, contohnya lagu dari Chrisye, Benyamin Sueb, atau Fariz RM. Dan memang lagu mereka itu enak untuk joged dan sing along.
Pemuda Sinarmas tidak hanya sukses menyajikan lagu-lagu lawas dengan beat modern hingga diterima oleh telinga generasi sekarang, namun juga jeli meracik dengan apik antara disco Indonesia, pop Indonesia, dan dangdut klasik.
ADVERTISEMENT
Ajis yakin banyak lagu Indonesia jadul bahkan yang tidak terkenal, bisa dijadikan keren asal beatnya pas.
Pemuda Sinarmas dulu pun sering ditolak tampil gara-gara nge-dj pakai kaset.
CJ ini pertama kali tampil di publik saat manggung di Pasar Santa, Jakarta Selatan. Sebenarnya karena awalnya nggak pede tampil di bar atau club malam.
Selanjutnya bermodakan nekat, Ajis menawarkan diri untuk tampil di event-event temannya. "Gue mau donk tampil di sini pake konsep gue, alat gue sendiri," cerita Ajis.
Konsep yang dimaksud Ajis, tentu identik dengan musik Pemuda Sinarmas, yaitu lagu Indonesia, genre disco, playlist ragam kearifan lokal dengan beat modern, menggunakan kaset, dengan musik yang nge-flow (dari pelan kenceng pelan lagi), enak untuk joged dan sing along.
ADVERTISEMENT
Namun yang membuat namanya muncul jadi sorotan adalah saat diundang tampil di Ubud Food Festival tahun 2018. Ternyata ratusan turis mancanegara suka dan penasaran dengan instrumen-instrumen musik Indonesia serta lagu-lagu lawas Indonesia yang dibawakannya.
Playlist yang disiapkan Ajis tidak selalu sama. Lihat segmen yang dateng. Kadang di-setting dari awal, kadang dadakan, on set.
Kadang tergantung mood juga. Kalau sedang galau, kebanyakan lagu galau yang dimainkan, kalau lagi happy, tahu-tahu banyak yang kenceng lagunya.😄
Dengan sulitnya berpindah-pindah lagu untuk kaset, kadang dari kaset didigitalkan dulu untuk setting playlist, lalu dijadikan kaset lagi untuk tampil.
Sayangnya, Indonesia sedang krisis bahan baku pita kaset, jadi harus diimport dari Jepang, yang tentunya kualitasnya lebih bagus tapi jadi jauh lebih mahal.
ADVERTISEMENT
Tantangan berikutnya adalah mengedukasi crowd dengan lagu-lagu baru yang bukan dari musisi legendaris Indonesia, bukan hanya dari musisi jaman now, tetapi juga ciptaan sendiri.
Perjalanan Disco di Indonesia
Menurut Adib Hidayat, perjalanan musik disco tidak bisa lepas dari campur tangan Merinding Disko di tahun 70-an yang membawa event-event disco, Radio Prambors yang menampung musik disco, atau juga para influencer musik pop yang memasukkan aransemen musik disco di dalam lagunya, seperti Chrisye, Farid Hardja, bahkan Iwan Fals pun pernah memasukkan aransemen disco di dalam lagunya. Dan salah satu tempat yang membuat musik disco jadi hits adalah Tanamur.
Tanamur yang dimaksud Adib Hidayat adalah Diskotek Tanah Abang Timur (Tanamur), tempat hiburan malam di Jakarta yang pertama kali membuka usahanya di luar hotel. Fyi, dulu klub malam atau diskotek hanya ada di dalam hotel, tidak berdiri sendiri.
ADVERTISEMENT
Tanamur adalah diskotek pertama dan tertua di Jakarta yang didirikan pada 12 November 1970 oleh seorang pengusaha muda, Ahmad Fahmy Alhady. Sejak tahun 2005 Tanamur sudah tak beroperasi lagi, tapi sempat menjadi tempat paling gaul dan kiblat dari segala musik di Indonesia.
Berbeda dari pengunjung kelab malam pada saat itu, mayoritas pengunjung Tanamur adalah anak muda dan orang asing, bahkan mahasiswa yang kantong kempes, karena ada potongan cover charge untuk pelajar.
Interior yang sederhana memang sengaja memberikan porsi kepada pengunjung untuk merasa besar dan hadir di sini.
Yang membuat tempat ini menjadi barometer adalah karena dikunjungi oleh segmen, dari artis mainstream, indie, hingga penggemar berbaur. Mereka merasa seperti di rumah sendiri, karena musiknya diputar di situ, genre musik apa saja.
Kenapa musik disco kembali populer?
ADVERTISEMENT
"FUN!" kata David.
Orang Indonesia paling senang ngumpul-ngumpul, rame-rame, nyanyi-nyanyi. Dikembangkannya Disko Indonesia saat ini berdasarkan itu, sing along, bukan cuma ajojing.
Kuncinya, gembira bersama-sama karena musik bisa jadi salah satu terapi perasaan manusia.
Bagaimana dengan perkembangan ke depannya?
Trend pasti ada titik jenuhnya. Namun Merdi yakin, selama artisnya masih memiliki plan yang konsisten, kolamnya masih akan kesiram.
Diskoria menyadari faktor jenuh ini. Itulah mengapa mereka sengaja memilih tidak bermain di klub secara regular. Jadi ketika nanti musik disko Indonesia sudah bukan lagi sebagai trend, Diskoria tetap ada sebagai pilihan alternatif hiburan dansa mereka, meskipun seandainya jumlahnya sedikit.
"Selama masih ada regenerasi ya bakal tetep ada, meski bukan hype lagi," kata Ajis.
Keseruan tidak hanya berhenti sampai workshop berakhir saja. Di antara workshop banyak kuis yang diikuti oleh peserta workshop. Setelah sesi workshop berakhir, pengunjung dihibur, diajak ajojing dan sing along bareng Diskoria, Pemuda Sinarmas, dan Oom Leo.
ADVERTISEMENT
So, gimana? Dengan kisah Pemuda Sinarmas yang pantang menyerah dengan konsepnya yang beda meski sering ditolak, atau Diskoria dengan keresahannya untuk Indonesia justru menemukan jalan menuju puncak, percaya kan kalau passion bisa membawa kamu menuju yang kamu impikan? So, do it with your passion or not at all!