Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Prokrastinasi: Begini Cara Mengatasinya!
21 Desember 2022 13:44 WIB
Tulisan dari Lingga Kuntari Wijayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah ketika Anda dihadapkan dengan pekerjaan atau tugas yang tidak menyenangkan, Anda akan langsung menghindar dan menunda untuk melakukannya? Dan itu dilakukan tanpa ada sebab atau alasan yang jelas. Jika iya, maka Anda telah melakukan prokrastinasi. Lalu apa sih sebenarnya prokrastinasi itu? Mari simak penjelasannya.
ADVERTISEMENT
Menurut asal katanya istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin, kata pertama pro yang memiliki arti mendorong maju dan kata kedua crastinus yang memilki arti keputusan hari esok, yang jika kedua kata ini digabungkan berarti memundurkan atau menunda hingga hari setelahnya (Ghufron & Risnawita, 2014). Selain itu menurut Steel & Klingsieck (dalam Chisan dan Jannah, 2021) prokratinasi adalah sikap menunda yang dilakukan secara sadar dan sengaja meskipun akan berhadapan dengan situasi buruk. Dapat disimpulakan bahwa prokrastinasi ini merupakan penundaan yang dilakukan secara sengaja ketika hendak megerjakan tugas atau pekerjaan tanpa ada alasan yang jelas.
Dalam istilah psikologi orang yang melakukan perilaku prokrastinasi disebut prokrastinator. Seorang prokrastinator cenderung tidak akan lansung memulai dan melaksanakan tugasnya. Mereka lebih memilih melakukan hal lain ketimbang harus mengerjakan tugas yang menurutnya sulit, sehingga fokus mereka akan teralihakan pada hal lain.
ADVERTISEMENT
Mengapa Seseorang Sering Menunda?
Ada begitu banyak alasan mengapa seseorang menunda-nunda untuk menyelesaikan tugasnya. Tentu setiap individu memiliki alasan yang berbeda. Menurut Solomon & Rothblum (dalam Chisan & Jannah, 2021) ada beberapa alasan yang menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi yaitu, adanya kecemasan evaluasi, ketidakberdayaan dalam membuat atau menetapkan keputusan, ketidakmampuan dalam mengontrol diri sendiri, kekhawatiranan akan konsekuensi dari suatu keberhasilan, timbulnya penolakan terhadap tugas, dan sifat perfeksionis.
Nah, selain karena hal-hal yang telah disebutkan di atas. Terdapat hasil penelitian lain yang telah dilakukan oleh Klingsieck (dalam Chisan & Jannah, 2021), menguraikan bahwa penyebab tindakan prokrastinasi sendiri dapat dilihat melalui empat prespektif. Keempat prespektif tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Prespektif psikologi diferensial
Dalam prespektif ini perilaku prokrastinasi akan dipahami sebagai ciri kepribadian yang dihubungkan dengan sikap lain yang sepadan. Seseorang yang terbiasa melakukan prokrastinasi cenderung akan menunda dan mengerjakan kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan tugas sebelumnya. Hal ini disebabkan kerena kurangnya sikap disiplin.
ADVERTISEMENT
2. Prespektif psikologi motivasi dan kemauan
Menurut prespektif ini prokrastinasi dianggap sebagai kegagalan dalam motivasi dan kemauan. Kemudian prokrastinasi akan dikaitkan terhadap aspek motivasi dan kemauan (kontrol diri, pengendalian perilaku, metode pembelajaran, dan time management). Jika seseorang tidak mempunyai motivasi yang baik saat akan melakukan tugas, maka ia cenderung akan melakukan tindakan prokrastinasi.
3. Prespektif psikologi klinis
Pada prespektif ini prokrastinasi akan dihubungkan dengan kecemasan, depresi, stress, dan gangguan kepribadian. Seringkali seseorang akan merasa cemas ketika tugas yang mereka miliki belum terselesaikan. Walaupun begitu, seseorang yang memiliki sikap prokrastinasi ini memiliki keinginan yang kuat untuk berubah dari perilaku tersebut.
4. Prespektif situasional
Pada prespektif ini prokrastinasi akan diselidiki dari aspek situasional dan konstektual seperti ciri-ciri tugas dan karakteristik guru. Tidak jarang seseorang akan menyelesaikan tugasnya dari tingkat kesulitan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, maka kemungkinan orang tersebut untuk melakukan prokrastinasi semakin besar.
ADVERTISEMENT
Menunda-Nunda, Apakah Itu Baik?
Sejatinya setiap individu memiliki kebebasan untuk melakukan kapan saja tugas yan dimilikinya. Namun, apakah sikap prokrastinasi ini dapat dibenarkan? Menurut Ferrari, Johnson, & Mc Cown (dalam Muyana, 2018) menyebutkan bahwa prokrastinasi dibagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Functional procrastination
Maksud dari pokrastinasi jenis ini ialah menunda pekerjaan maupun tugas dengan tujuan agar mendapatkan informasi yang lebih detail dan mendalam. Seperti yang kita tahu terkadang untuk mengumpulkan suatu informasi tidak membutuhkan waktu yang sebentar. Dikarenakan semua itu tergantung pada tingkat kesulitan tugas yang kita miliki. Untuk menghindari kehabisan waktu dari hal tersebut kita bisa menetapkan batas waktu dalam pencariannya.
2. Disfuntcional procrastination
Maksudnya yaitu menunda pekerjaan maupun tugas tanpa disertai alasan atau tujuan yang mendasar. Hal ini akan berdampak buruk dan mengakibatkan munculnya masalah. Prokrastinasi jenis ini terbagi lagi menjadi dua bagian, antara lain:
ADVERTISEMENT
a. Desisisonal procrastination
Prokrastinasi jenis ini ialah menunda dalam memutuskan ketetapan. Artinya hanya untuk menjauhi kemungkinan munculnya stres atau tekanan. Nah, desisional procrastinasi ini erat hubungannya dengan kelupaan dan gagalnya pemahaman dalam proses kognitif . Namun, tidak ada hubungannya dengan tingkat intelegensi.
b. Evoidence procrastination
Prokrastinasi jenis ini artinya penundaan yang dilakukan secara sengaja hanya untuk menghindari tugas yang dianggap sulit dan tidak menarik untuk dikerjakan. Seseorang dengan tipe seperti ini biasanya cenderung tidak menyukai bahkan menjauhi pekerjaan yang sifatnya menantang.
Perilaku menunda-nunda atau prokratinasi ini tentu tidak dapat dibenarkan. Namun jika Anda membutuhkan informasi yang lebih akurat, misalnya dalam proses penelitian. Maka penundaan sementara dapat dilakukan. Di sisi lain jika penundaan dilakukan hanya untuk sekedar menghindari suatu pekerjaan. Maka hal itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi diri Anda sendiri.
ADVERTISEMENT
Tanpa sadar seseorang yang terbiasa melakukan prokrastinasi selalu membohongi dirinya sendiri. Mereka mengatakan “Saya akan melakukan tugas ini besok”. Namun keesokan harinya mereka mengatakan hal yang serupa. Jadi kapan waktu yang tepat untuk mereka mulai melakukannya?
Saat Anda mulai menunda-nunda pekerjaan artinya Anda telah menumpukan pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Benar bukan? Selain itu menunda-nunda membuat waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan tugas menjadi lebih sedikit. Lalu ketika Anda mulai mengerjakannya di menit-menit terakhir, hasil dari apa yang telah Anda kerjakan menjadi tidak maksimal. Di sisi lain orang yang gemar menunda-nunda akan lebih rentan tekena stres. Dengan demikian, selain berpengaruh buruk terhadap hasil pekerjaan. Menunda-nunda juga akan memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan mental. Lalu, apakah Anda ingin masih terus menunda-nunda?
ADVERTISEMENT
Jadi, Bagaimana Cara Mengatasi Perilaku Prokrastinasi?
Mungkin ini salah satu alasan Anda membaca artikel ini agar bisa menemukan cara yang tepat dalam mengatasi prokrastinasi. Berikut ini cara-cara yang penulis sampaikan untuk bisa mengatasi prokrastinasi.
1. Tanamkan motivasi yang kuat
Motivasi dapat mendorong seseorang menjadi lebih semangat dalam melakukan kegiatan. Contohnya motivasi untuk bisa mencapai impian, memperoleh prestasi, medapatkan pengalaman, ddl. Lalu apa yang membuat diri Anda termotivasi untuk mengerjakan suatu hal? Jika motivasi itu mulai hilang maka kuatkan kembali pada diri Anda.
2. Menyusun rencana kegiatan
Apabila Anda sering merasa kesulitan dalam mengatur waktu pekerjaan. Maka cobalah untuk membuat rencana kegiatan. Rencana kegiatan dapat membatu Anda dalam memanajemen tugas yang Anda miliki. Selain itu dengan rencana kegiatan dapat membatu Anda dalam menentukan skala prioritas tugas.
ADVERTISEMENT
3. Tingakatkan kedisiplinan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kurangnya sikap disiplin menjadi salah satu penyebab seseorang menunda-nunda. Oleh karena itu, cobalah tanamkan kebiasaan disiplin dalam diri Anda. Misalnya, jika Anda telah menyusun sebuah rencana maka kerjakanlan sesuatu itu dengan tepat waktu tanpa menundanya lagi. Dengan kedisiplinan yang baik Anda akan terhindar dari kebiasaan menunda-nunda.
4. Jauhi hal yang dapat menimbulkan distraksi
Adanya gangguan atau distraksi seringkali menjadi pemicu timbulnya prokrastinasi saat melakukan pekerjaan. Ponsel yang tiba-tiba berdering, munculnya notifikasi pesan, bahkan rasa tak sabar ingin bermain sosial media. Untuk menghindari hal tersebut cobalah jauhi segala distraksi yang ada di sekitar Anda. Jika Anda harus terhubung langsung dengan ponsel. Maka cobalah untuk menahan diri dari membuka aplikasi yang akan menyebabkan Anda terdistraksi.
ADVERTISEMENT
5. Jangan menyepelekan tugas atau pekerjaan
Menyepelekan tugas masih sering dilakukan oleh banyak orang. Hal tersebut membuat seseorang menjadi lebih sering menunda. Mereka menganggap tugas tersebut akan cepat terselesaikan. Namun sebenarnya mereka belum tentu tahu kesulitan apa yang mereka dapatkan di depan. Misalnya, jika Anda mulai mengerjakan tugas di menit-menit terakhir, dan Anda kekurangan informasi dalam menyelesaikannya. Sudah tentu Anda akan terlambat dalam megumpulkan tugas.
Itulah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghentikan sikap prokrastnasi. Namun berhasil atau tidaknya tergantung pada diri Anda. Jika Anda tidak memiliki keinginan yang kuat untuk berubah maka cara-cara di atas pasti tidak akan berhasil. Oleh karena itu, cobalah untuk berpikir dua kali ketika Anda ingin menunda-nunda suatu pekerjaan. Prokrastinasi hanya akan memberikan rasa lega sementara di awal, tetapi di akhir Anda akan merasakan dampak negatifnya.
ADVERTISEMENT
Semoga artikel ini bermanfaat. Terima kasih.
Referensi:
Chisan, F. K., & Jannah, M. (2021). Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian Psikologi, 8(5).
Muyana, S. (2018). Prokrastinasi akademik dikalangan mahasiswa program studi bimbingan dan konseling. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 8(1), 45-52.