Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Aplikasi ANGKUTS Atasi Sampah Menumpuk dan Membantu Pemulung 'Naik Kelas'
27 September 2023 10:12 WIB
·
waktu baca 12 menitTulisan dari Lita Lestianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sekitar tujuh tahun yang lalu, M. Hafiz Waliyuddin, yang saat itu masih menjadi mahasiswa tingkat akhir di Teknik Informatika, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, ingin membangun sebuah bisnis start-up digital di kotanya. Namun, ia sempat bingung bisnis start-up yang bagaimanakah yang harus ia bangun?
ADVERTISEMENT
Celetukan keluarganya membuat ia tersadar ingin membangun bisnis start-up di sektor persampahan. Ide itu dirasa cocok dengan kondisi persampahan di lingkungannya. Pengelolaan sampah di kotanya memang belum maksimal.
Masyarakat harus membuang sampah mereka sendiri ke Tempat Pengolahan Sampah sementara (TPS) terdekat. Tidak semua petugas sampah mampu menjangkau wilayah untuk mengangkut sampah karena tenaga terbatas.
Kota Pontianak bisa menghasilkan sampah 400 ton per hari, sedangkan yang terangkut ke TPST (Tempat Pengelohan Sampah Terpadu) hanya 350 ton. Sisanya tidak terangkut. Kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Batu Layang di Pontianak pun terbatas sehingga sampah-sampah dari TPS tidak terangkut semua.
Hingga kini, pekerjaan pemulung sampah selalu dipandang sebelah mata karena bekerja di tempat yang kotor dan pendapatan yang tak sesuai dengan beratnya pekerjaan. Waktu itu, Hafiz pun memiliki niat bagaimana agar pemulung sampah ini ‘naik kelas’ seperti ojek online.
ADVERTISEMENT
Ia pun mencoba membangun visi bisnis start-up yang bisa menyelesaikan masalah sosial sehingga pandangan masyarakat berubah terhadap pemulung sampah. Sama halnya tukang ojek yang dulu dianggap biasa, sekarang orang-orang banyak yang menjadikan ojek online sebagai pekerjaan.
Niat baik Hafiz memang mulia, namun apakah ia mampu untuk mengubah status pemulung sampah itu jadi naik kelas? Apakah masalah persampahan bisa ia atasi dengan bisnis start-up yang ia bangun?
Ia sempat ragu dan tidak percaya diri jika idenya itu sebenarnya tidak banyak peminatnya. Berbekal jaringan pertemanan di media sosial, ia pun melakukan jajak pendapat sederhana kepada lingkaran pertemanannya. Tak disangka, ternyata antusiasme atas kehadiran ANGKUTS cukup besar. Mereka semua setuju sekali dengan model bisnis start-up yang akan ia buat.
ADVERTISEMENT
Menurut Hafiz, di saat banyak masyarakat yang tak punya waktu untuk memilah sampah, ini peluang besar buat bisnis start-up di sektor persampahan yang akan ia bangun.
Dari situlah, Hafiz membuat start-up pengangkutan sampah yang ia namakan ANGKUTS, pada tanggal 22 Mei 2016, yang menjadi singkatan dari Angkut Sampah. Uniknya, huruf S di akhir kata mengikuti bahasa gaul yang sedang merebak di tahun itu dengan menambahkan kata ‘s’ di belakang kata, misalnya yuks, kenapa, yauds, dan lainnya.
Model bisnis ANGKUTS ini memberikan jasa angkut sampah dan barang di perumahan, perkantoran, restoran, dan bisnis. ANGKUTS menghubungkan sumber penghasil sampah dengan para aktor persampahan, seperti pengepul, petugas kebersihan dan pengusaha persampahan yang hanya fokus di beberapa jenis sampah.
ADVERTISEMENT
ANGKUTS tidak ingin berhenti pada proses perangkutan sampah saja, Hafiz dan tim memiliki visi untuk mensejahterakan mitra driver dengan mengubah pola pemberian upah driver. Tak hanya memikirkan masalah lingkungan dan ekonomi, Hafiz dan tim juga memikirkan dampak sosialnya.
Petugas ANGKUTS akan mengangkut sampah dan diserahkan pada aktor persampahan yang memerlukan. Misalnya, di perumahan, bank sampah memerlukan sampah anorganik sehingga ANGKUTS akan memberikan sampah anorganik warga kepada bank sampah tersebut. Sampah bernilai rendah seperti sampah plastik, sachet dan sejenisnya diolah menjadi roaster. Sampah bernilai tinggi seperti botol plastik tidak dibuang ke TPS tapi diberikan ke bank sampah untuk diolah. Begitu juga ketika pengusaha kompos memerlukan sampah organik, ANGKUTS membantu mendistribusikan. ANGKUTS hanya berperan sebagai transportasi sampah. Sisanya, sampah yang tidak diolah lagi atau sampah residu dibuang ke TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
ANGKUTS beroperasi sebanyak dua hari satu kali atau sebulan sebanyak lima belas kali. Tarif yang dikenakan paling murah untuk perumahan di Pontianak sebesar Rp. 60.000,-/bulan dan di Bandar Lampung Rp. 15.000/bulan/kepala keluarga.
ADVERTISEMENT
Masyarakat juga dapat keuntungan dari barang bekas yang mereka jual. Mereka akan diberikan buku tabungan dari hasil penjualan sampah ke ANGKUTS. Uangnya bisa mereka tarik setelah jumlah tertentu.
Dengan adanya ANGKUTS, seorang tukang sampah atau petugas kebersihan dibantu untuk melakukan apa yang tidak bisa mereka lakukan. Misalnya ketika mereka mendapatkan costumer di perkantoran atau bisnis, mereka harus membuat surat penawaran, negosiasi harga, invoice setiap bulan. Dan hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh aktor persampahan itu sendiri.
Kehadiran ANGKUTS ini membantu memproses hal tersebut sehingga memperluas jangkauan pengambilan sampah.
Hafiz tak mungkin kerja sendiri. Ia harus mencari tim ANGKUTS yang akan membantu mengembangkan ANGKUTS. Meskipun ia sempat ditertawakan saat meminta temannya yang lain bergabung menjadi tim pengelola ANGKUTS, ia tetap melanjutkan perjuangannya demi niat baiknya.
ADVERTISEMENT
Awalnya, tim ANGKUTS hanya dua orang yang memegang pengembangan produk dan pengembangan bisnis kemudian semakin bertambah hingga sampai saat ini ANGKUTS sudah memiliki 10 orang dari sumber daya terbaik di Kampus Universitas Tanjung Pura (Untan). Beberapa anggota tim juga berasal dari luar kampus Untan. Anggota dalam tim tersebut saling bahu-membahu untuk mewujudkan visi “pemulung naik kelas” meski tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Mereka harus mengajak para pemulung sampah itu menjadi bagian dari ANGKUTS.
Sosialisasi secara tatap muka maupun media sosial dilakukan agar banyak pemulung atau siapa pun yang mau bergabung dengan ANGKUTS. Para mamang ANGKUTS yang sudah bergabung akan diberi arahan tentang pemilahan sampah dari pengelola bank sampah agar mereka tidak bingung saat bekerja.
Tak hanya pada pemulung, sosialisasi juga dilakukan kepada aktor persampahan, seperti petugas kebersihan, pebisnis di sektor persampahan, dan juga pemerintah. ANGKUTS juga ikut serta dalam pameran ekonomi kreatif agar dikenal banyak orang.
ADVERTISEMENT
Pemerintah bersama Walikota Pontianak sangat mendukung dan memfasilitasi launching aplikasi ANGKUTS. Perjalanan ANGKUTS membawa Hafiz satu panggung dengan Pak Walikota.
Teringat foto bersama Walikota, Hafiz tak bisa melupakan momen ketika ia mengajak pemulung sampah bergabung dengan ANGKUTS.
Ia memanggil Mamang pemulung sampah datang ke rumahnya. Ia merasa iba melihat Mamang berkeliling dengan motor bebek tua di kompleks perumahannya di Pontianak tanpa hasil yang pasti. Dua keranjang besi di kiri dan kanan motor berisi barang-barang bekas siap dijual kembali. Hafiz kemudian mengeluarkan semua sampah pilahannya dari dalam rumah. Tanpa meminta uang, ia memberikan sampah pilahannya kepada Mamang secara cuma-cuma.
Pada pertemuan yang dinantikan itu, Hafiz memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengajak pemulung sampah itu menjadi bagian dalam transportasi sampah, ANGKUTS, yang ia gagas. Mulanya, pria tersebut tidak mengenal apa itu ANGKUTS hingga Hafiz menjelaskannya.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya dengan aplikasi ojek online, para petugas ANGKUTS mendapatkan tugas sesuai order yang muncul di aplikasi sehingga mereka tidak perlu lagi keliling kota tanpa kepastian sampah pilahan yang didapat. Namun, bapak pengumpul sampah tersebut tidak begitu yakin untuk bergabung dengan ANGKUTS.
Tak mudah untuk menyampaikan gagasan baru bagi masyarakat umum. Hafiz tetap berusaha menjelaskannya dengan memberikan penawaran pada beliau:
"ANGKUTS akan kasih order sampah ke Bapak, jadi dapat pelanggan yang pasti-pasti saja. Tidak perlu mondar-mandir menghabiskan bensin. Dan ANGKUTS tidak bakal minta bagi hasil atau apa pun. 100% keuntungan buat Bapak,” terang Hafiz pada bapak pengumpul sampah itu.
Pernyataan itu membuat bapak pengumpul sampah itu terkejut. Bagaimana bisa jika ANGKUTS tidak mengambil keuntungan sedikit pun dari hasil penjualan pengumpul sampah? Hafiz meyakinkan Mamang bahwa keuntungan itu akan didapat dari sumber lain.
ADVERTISEMENT
Namun, keraguan tetap memenuhi pikiran Mamang. “Kalau ada Mamang sampah yang lain iri bagaimana?”
“Ya, ajak mereka bergabung juga, Pak,” jawab Hafiz tanpa beban.
Pria itu masih saja ragu. Ia menanyakan hal lain lagi pada Hafiz, “Iya, Bang. Akan saya ajak teman-teman yang lain. Masalah keamanannya bagaimana, Bang?”
Hafiz tak kehilangan akal. Ia mengeluarkan fotonya bersama Walikota Pontianak waktu itu.
“Lihat, Pak. Ini foto kita pas mulai dulu. Pak Wali yang order pertama, jadi Bapak nggak usah takut tentang keamanan,” ujar Hafiz saat menunjukkan foto dirinya bersama Pak Walikota saat launching transportasi sampah ANGKUTS di Pontianak.
Melihat foto Hafiz bersama Walikota, bapak pengumpul sampah itu mulai yakin dan semangat bergabung dengan ANGKUTS. Pertemuan itulah menjadi awal mula kehidupan pemulung naik kelas.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, permasalahan yang dihadapi Hafiz tak berhenti di situ saja, manajemen persampahan memerlukan biaya yang tidak murah. ANGKUTS harus menyediakan kendaraan untuk angkut sampah seperti tosa dan juga untuk mengedukasi mitra driver. Setiap petugas ANGKUTS mendapatkan fasilitas untuk mendukung kerja, seperti kendaraan roda tiga (tosa), ponsel pintar untuk aplikasi dan gaji bulanan yang lumayan.
Hafiz dan tim juga berupaya bagaimana bisa mendapatkan investor. ANGKUTS melakukan kerja sama dengan pemerintah untuk efisiensi anggaran karena pemerintah memiliki program untuk edukasi, memiliki segmen atau target dan kebijakan publik.
Tak hanya pemerintah kota, Hafiz dan tim juga melakukan Focus Group Discussion di desa-desa dan sosialisasi kepada siswa sekolah. Masyarakat pun mengenal ANGKUTS dan bisa memanfaatkannya. Para siswa jadi lebih peduli terhadap permasalahan sampah dan juga mamang sampah yang selama ini dipandang rendah. Harapannya, pelaku persampahan di desa-desa bisa naik kelas.
ADVERTISEMENT
Tahun pertama ternyata ANGKUTS sudah mengangkut sebanyak satu ton sampah anorganiknya per hari. Jumlah tersebut memang tidak banyak jika dibandingkan dengan jumlah sampah yang harusnya terangkut. Namun, upaya itulah yang jika dilakukan terus-menerus akan memiliki manfaat di masa depan bagi lingkungan dan sosial.
Tahun selanjutnya, tantangan persampahan di Pontianak semakin besar. ANGKUTS pun hanya berfokus membuka jasa angkut sampah dengan petugas bergaji. Petugas ini diambil dari pemulung yang ada di Pontianak. Karena pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia semakin besar, konsep smart city dihimbau untuk diterapkan demi mengurangi bangunan TPS. Kota harus bersih dari TPS. Betapa kebijakan pemerintah sangat mendukung berjalannya ANGKUTS. Jasa angkut sampah di tahun tersebut sangat laku karena banyak orang berlangganan untuk menggunakan ANGKUTS yang diambil langsung dari perumahan, perkantoran, restoran dan bisnis.
ADVERTISEMENT
ANGKUTS terus berkembang. Jika sebelumnya, keuntungan hanya diperoleh dari pembayaran jasa dari pelanggan, maka di tahun 2019, keuntungan didapat dari komisi langganan bulanan dari kerja sama salah satu pemerintah di Sulawesi Barat yang menggunakan sistem ANGKUTS untuk mengelola jasa persampahan. Setelah mendapatkan gelar sarjananya di tahun 2019, ANGKUTS mulai sering berkerja sama dengan pihak terkait termasuk juga sosialisasi kepada masyarakat.
ANGKUTS telah melebarkan sayapnya ke Lampung di tahun 2022. Di Lampung sudah memiliki rumah inovasi untuk mengolah persampahan. Sampah yang masuk ke TPS sudah sampah residu. Meskipun sampah sudah dipilah dari sumbernya, seperti dari rumah tangga, perkantoran, dan lainnya, sampah masih harus dipilah lagi untuk pengelolaan sampah oleh ANGKUTS dan diolah dengan menjalin dengan beberapa mitra kolaborasi. Misalnya, sampah organik sudah diolah dengan eco-enzym untuk dijadikan kompos. Di Lampung, ANGKUTS bekerja sama dengan perusahaan ojek online nasional untuk pengangkutan sampah.
ADVERTISEMENT
Di Pontianak, tidak ada pengolahan sampah sehingga sampah hanya dibuang ke TPS kecuali jika ada aktor persampahan yang minta untuk bisnis mereka.
ANGKUTS kemudian mengembangkan dua fitur yaitu jasa angkutan sampah dan Bank Sampah Apps untuk jual beli sampah. Hadirnya Bank Sampah Apps diharapkan mampu mendorong orang-orang untuk menjual sampah yang dihubungkan dengan mitra bank sampah milik pemerintah. ANGKUTS juga membantu digitalisasi pengelolaan jasa persampahan yang masih dalam pengembangan. Aplikasinya bernama ANGKUTS Beta yang menyediakan fitur dashboard manajemen bank sampah sehingga pemerintah bisa mengelola data-data sampah mereka.
Kedepannya, ANGKUTS akan mengembangkan penjualan barang dan material hasil pengolahan sampah di e-commerce ANGKUTS. Aplikasi ANGKUTS juga memiliki game yang bisa dimainkan jika memiliki poin. Poin ini didapat dari sampah yang sudah dipilah.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Pontianak sangat terbantu dengan adanya ANGKUTS. Mereka tak perlu lagi pergi ke TPS untuk membuang sampah. Masyarakat Pontianak bisa menggunakan aplikasi ANGKUTS untuk memesan jasa angkutan sampah.
Berkat ANGKUTS, pemulung merasakan manfaatnya. Yang awalnya hanya memiliki pendapatan 1,1 juga, perlengkapan yang dimiliki tidak standar, kesulitan penagihan biaya bulanan, dan pelanggan terbatas. Setelah bergabung dengan ANGKUTS, pendapatan meningkat menjadi 5,9 juta per bulan, memiliki perlengkapan standar, penagihan mudah dengan metode pembayaran online atau transfer dan pelanggan bisa menjangkau sektor bisnis.
ADVERTISEMENT
Niat baik Hafiz untuk menjadikan pemulung naik kelas sedikit demi sedikit terlaksana. Sampah memang akan semakin banyak, namun kesejahteraan pemulung juga harus lebih baik.
Jika tak ada semangat Hafiz membangun start-up ANGKUTS pada waktu itu, mungkin kehidupan pemulung akan selalu berada di kedudukan yang rendah dan masalah sampah tidak akan selesai.
Sebagai seorang penggagas start-up di sektor persampahan, Hafiz memberi pesan kepada anak muda saat ini yang ingin mengembangkan bisnis start-up.
ADVERTISEMENT
Kehadiran ANGKUTS mampu menuai prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Tahun 2016, ANGKUTS menjadi finalis kompetisi start-up dan membawa tim ke Singapura untuk belajar dengan perusahaan start-up di sana. ANGKUTS membawa sang penggagas terbang ke Amerika untuk mengikuti program kepemimpinan dalam pengolahan sampah di tahun 2018. Sang penggagas, M. Hafiz Waliyuddin, pun menerima penghargaan Satu Indonesia Awards tahun 2018 dari ASTRA.
Ia pun juga mengajak anak muda untuk membuat start-up inovatif yang tak hanya memikirkan money-oriented tapi juga memberikan dampak bagi sosial dan masyarakat. Tak hanya itu, ia pun mengatakan menjadi penggagas tidak harus menjadi pemimpin tapi bisa menyerahkan kepada tim yang ahli dalam manajemen. Tak lupa, bisnis start-up bisa kolaborasi dengan korporasi yang peduli dengan lingkungan atau sociopreneur karena itu adalah kunci keberhasilan.
ADVERTISEMENT
Dari cerita ini, kita bisa tahu bahwa koding tak hanya bermakna huruf dan angka saja tapi juga memberi kebermanfaatan pada banyak kelompok masyarakat. Semangat Hafiz hari ini untuk terus berinovasi mengembangkan ANGKUTS adalah sebuah upaya demi masa depan lingkungan dan pekerjaan pemulung yang naik kelas dan berkelanjutan.
Referensi :
Youtube sociodigileaders
Youtube Kaizen Room
Youtube Jadi PNS
Youtube Inspirasi Indonesia
Youtube Angkuts Official
Youtube M. Hafiz Waliyuddin
Instagram Angkuts
Instagram mhafizwaliyuddin
https://www.voaindonesia.com/amp/4556150.html
https://pontinesia.com/berita/angkuts-startup-pontianak-indonesia
https://m.jpnn.com/amp/news/hebat-ada-ojek-online-khusus-sampah-di-kalimantan-barat
https://www.forestdigest.com/detail/11/angkut-sampah-dengan-aplikasi
https://web.angkuts.id/beritartikel/46/angkuts-siap-mengangkut-sampah-warga-pontianak-pengguna-jasa-ini-malah-dapat-bayaran
Wawancara melalui media sosial