Konten dari Pengguna

Sosiologi Digital, Computer Mediated Communication (CMC) dan Ekologi Digital

Literasi Digital Indonesia
https://kumparan.com/literasidigital-indonesia
22 September 2024 2:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Literasi Digital Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
[ Sosiologi Digital / Literasi Digital | Donny Utoyo ] Apa itu sosiologi digital? Bagaimana hubungannya dengan ekologi digital dan computer mediated communication (CMC)? Dimana posisi ketiga kajian hal tersebut? Dalam memahami sosiologi digital maka simpul utamanya adalah manusia yang menggunakan artefak / piranti digital untuk aktivitasnya sehari-hari. Lantas pilar yang tak kalah pentingnya adalah memahami kajian Computer-Mediated Communication (CMC) dan ekologi digital.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, jika kita mendengar atau membaca istilah ekologi, pada dasarnya ini memang cabang dari ilmu biologi yang khusus mempelajari keberadaan mahluk hidup dan pola serta dan karakteristik interaksi dengan lingkungannya (Graves, 2024).
(note: pembaruan terakhir artikel ini 27 September 2024)
Meminjam istilah tersebutlah maka yang dimaksud dengan ekologi digital (digital ecology) adalah kerangka analitis dalam memandang ranah digital / siber sebagai sebuah sistem dinamis tanpa batas (Marton, 2022), berikut dengan interaksi antara manusia dengan sekelilingnya yang dimediasi (menggunakan) oleh piranti digital secara signifikan (Turnbull dkk., 2022).
Dalam salah satu mazhab ekologi digital, manusia memang sejatinya dianggap sebagai simpul utama yang lantas menggunakan artefak atau piranti digital (software, hardware, content, application, network, dll.) untuk melakukan / menunjang aktivitasnya secara khusus berdasarkan tujuannya masing-masing (Raptis dkk., 2014).
Skema Digital Ekologi (Raptis dkk., 2014)
Berdasarkan skema di atas, Raptis menegaskan bahwa ekologi digital semestinya dilihat sebagaimana posisi kotak no 2 (2nd). Apa pasal? Kita lihat dahulu pada posisi kotak 1 (1st), yang intinya "hanya" melihat bagaimana manusia (user) beriteraksi dengan setiap artefak digitalnya. Perspektif ini terbatas untuk memahami dampak sebab-akibat yang terbatas, semisal apakah teknologi A yang digunakan user X (Y, Z dan seterusnya) memberikan dampak yang diharapkan ataupun tidak).
ADVERTISEMENT
Adapun pada posisi kotak no 3 (3rd), lebih memandang interaksi yang terjadi adalah tentang user X yang menggunakan teknologi A, B, C dan pengalaman apa yang didapatkannya, diharapkan maupun tidak. Perspektif ini lebih melihat pada teknologi apa yang tengah "mengepung" dan digunakan user serta bagaimana dampaknya.
Nah pada posisi kotak no 2 (2nd), kecenderungan yang dilihat adalah bahwa seorang manusia atau user bisa memiliki beberapa ragam aktifitas sekaligus yang melekat sebagai atribusi pada dirinya. Sebutlah semisal si X tadi, dia adalah seorang konsultan di sebuah perusahaan swasta, yang tengah menempuh pendidikan lanjutan di sebuah perguruan tinggi dan juga penyuka olahraga lari.
Maka bisa jadi X akan menggunakan sebuah piranti digital yang digunakan sama intensnya di beberapa aktifitas tersebut. Semisal penggunaan laptop untuk urusan pekerjaan dan kuliah, namun tidak untuk urusan olahraga. Pun tentu ada piranti digital khusus yang digunakan hanya pada aktifitas tertentu, semisal aplikasi run tracker di smartwatch-nya yang hanya digunakan beberapa kali dalam seminggu saat berolahraga.
ADVERTISEMENT
Maka di sinilah kita bisa melihat ekologi digital sebagai sebuah pendekatan untuk memetakan dampak (impact), nilai (value) dan makna (meaning) seorang manusia dari penggunaaan piranti digital untuk aktifitas-aktifitas tertentu yang dibatasi berdasarkan apa tujuan awal dari aktifitas tersebut. Tentu saja aktifitas-aktifitas tersebut dapat terkait dengan konteks sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, lingkungan dan lainnya.
-
CMC dan Sosiologi Digital
Berkaitan dengan ekologi digital tersebut, maka kajian CMC atau Komunikasi Bermediasi Komputer mengambil peran yang signifikan. CMC pada intinya adalah pola dan karakteristik komunikasi antar manusia yang menggunakan piranti digital. CMC memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi, baik secara asynchronous ataupun real-time, dengan segala dinamikanya. (note: silakan akses Jurnal CMC secara gratis dan dapatkan kajian-kajian yang up-to-date untuk mendalami isu ini secara mendalam).
ADVERTISEMENT
CMC pun dapat disebut pula sebagai sociology of online communication, karena mengkaji tentang (1) pola praktik linguistik dan komunikatif, dan (2). proses interaksi sosial seperti identitas, relasi dan komunitas (Thurlow dkk., 2004). Tentu saja kita pahami bahwa sosiologi adalah ilmu yang mengkaji berbagai aspek dalam masyarakat dan fakta-fakta seosial serta pengaruhnya bagi kehidupan manusia.
Penulis berpendapat bahwa CMC tak dapat dipisahkan dalam kajian ekologi digital, tersebab artefak atau piranti digital yang terus "mengepung" manusia, atapun demikian pula sebaliknya, manusialah yang sejatinya secara sadar sebagai user berkemauan dan berkemampuan memilah-milih artefak digital tertentu untuk membantu aktivitasnya secara produktif dan efektif.
Irisan antara Sosiologi, Sosiologi Digital dan Ilmu Sosial Komputasional (Zhao dkk., 2023)
Dan ketika artefak digital tersebut digunakan untuk beriteraksi antar sesama manusia, maka tak dinyana akan membawa dampak pada kehidupan dan perubahan sosial serta konsekuensi pada perilaku individu, kelompok, organisasi atau masyarakat. Disinilah lantas pendekatan tentang Sosiologi Digital diperkenalkan, bukan terbatas tentang ilmu sosiologi di era digital, juga tidak sama dengan ilmu sosial komputasional (yang berfokus pada metodologi), namun sebagai upaya memahami tren pengembangan dan penggunaan teknologi digital serta dampaknya pada perubahan sosial dengan perspektif sosiologi (Zhao dkk., 2023).
ADVERTISEMENT
-
Kesimpulan
Secara ringkas dapat dilihat bahwa baik ekologi digital dan CMC keduanya menggambarkan keterkaitan mendalam dengan sosiologi digital. Maka penulis berpendapat bahwa:
Konsepsi Integrasi Cyberspace dan Real Word (Thurlow dkk., 2004)
Sekedar catatan tambahan, teknologi digital kini tidak lagi terbatas sebagai alat komunikasi, namun telah menjadi pembentuk "sub-kultur" tersendiri yang inheren dalam kehidupan kita sehari-hari. Dunia siber (cyberspace) memang senyatanya membawa dampak sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, lingkungan dan lainnya, pada dunia nyata (real world).
ADVERTISEMENT
Memahami ekologi digital, walau memang titik fokusnya adalah pada individu dan artefak digital yang digunakannya, ketika digunakan secara intensif dan kemudian di-normalized / standardized secara umum, tentu akan dapat mengubah perilaku dan corak kehidupan masyarakat secara lebih luas.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengembangkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang ekologi digital, CMC dan sosiologi digital dengan memperhatikan dan mengedepankan nilai-nilai sosial budaya setempat. Masa depan masyarakat Indonesia akan bergantung pada bagaimana kita merancang dan merumuskan kebijakan serta tata kelola pengembangan dan pemanfaatan teknologi digital secara lebih rasional, berbasiskan data, sistematis dan berkelanjutan.
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil diperlukan untuk menciptakan kebijakan dan tata kelola digital yang mendukung keseimbangan antara pesatnya inovasi teknologi, peningkatan kualitas hidup manusia serta penegakan perlindungan hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
-
Note: Artikel ini akan dapat terus dikembangkan, dilengkapi atau dikoreksi oleh penulis secara berkala. Pembaruan terakhir: 27 September 2024
-
Penulis: Donny Utoyo, Pemerhati Sosiologi Digital dan Pegiat Literasi Digital pada ICT Watch (ictwatch.id) dan Gerakan Nasional Literasi Digital - Siberkreasi (siberkreasi.id). Dapat dihubungi melalui https://donnybu.id.