Konten dari Pengguna

Survei Penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut

Luciana Retno Prastiwi
Pranata Humas Pertama di Badan Informasi Geospasial
31 Oktober 2022 15:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Luciana Retno Prastiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Kegiatan Survei Penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut oleh Badan Informasi Geospasial (11-21 Oktober 2022, TWP Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat). Sumber: Dokumentasi Tim Survei BIG.
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Survei Penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut oleh Badan Informasi Geospasial (11-21 Oktober 2022, TWP Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat). Sumber: Dokumentasi Tim Survei BIG.
Informasi Geospasial (IG) punya beragam manfaat dan penggunaan. Mulai dari IG Dasar, IG tematik, hingga infrastruktur IG. Semua dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan pembangunan nasional.
ADVERTISEMENT
Sebagai upaya pemenuhan Rencana Strategis BIG (Badan Informasi Geospasial), yang salah satu targetnya adalah pemenuhan peta neraca sumber daya alam lingkungan hidup, BIG melalui PPTRA (Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas) melakukan kegiatan survei penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut pada tanggal 11-21 Oktober 2022 bertempat di Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat.
Kepala PPTRA-BIG Khafid menuturkan, dilakukannya penyusunan neraca sumber daya alam laut yang aktivitas utamanya adalah pemetaan neraca ekonomi lingkungan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Ini tak hanya meliputi kawasan ekonomi tapi juga bagi kawasan lingkungan. Jadi penyusunan dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan di masa depan, sebagai bagian dari perwujudan pembangunan berkelanjutan. Pernyataan itu disampaikan ketika melakukan supervisi kegiatan survei penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut di TWP Kepulauan Raja Ampat.
ADVERTISEMENT
Neraca sumber daya dan lingkungan hidup merupakan salah satu instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi. Neraca ini merupakan bagian dari instrumen ekonomi lingkungan hidup, yang disajikan dalam bentuk neraca aset yang satuannya fisik, maupun neraca aset yang satuannya uang. Artinya, sumber daya alam akan dihitung nilai ekonomi kuantitatifnya. Salah satu objek neraca sumber daya dan lingkungan hidup adalah neraca sumber daya alam pesisir dan neraca sumber daya laut (ocean accounts).
Yang dimaksud dengan ocean account adalah kompilasi informasi yang terstruktur, konsisten dan dapat dibandingkan. Termasuk dalam lingkungan laut dan pesisir, adalah keadaan sosial yang saling terkait, berikut aktivitas ekonominya. Fungsi dari ocean account untuk menyediakan struktur yang koheren dalam melakukan standardisasi data yang tersebar. Ini berguna untuk menghasilkan indikator terintegrasi yang andal bagi kepentingan kebijakan.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Khafid menjelaskan, BIG bekerja sama dengan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dalam penelahaan ocean accounts. Peran BIG dalam kerja sama ini, salah satunya terkait dengan penyusunan ocean assets. Ini diwujudkan dalam menyusun pemetaan neraca sumber daya laut dan pesisir, dengan objek terumbu karang, lamun dan mangrove.
Sedangkan dalam penyusunan pemetaan neraca sumber daya laut dan pesisir, BIG bekerjasama dengan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) maupun BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) sebagai walidata. Dalam kerjasama itu, BIG telah berkontribusi sejak tahun sebelumnya, dengan pemetaan di TWP (taman wisata perairan) Gili Matra. Dan tahun ini BIG melakukan pemetaan di 4 TWP. Ini meliputi: TWP Taman Laut Banda, Pulau Padaido, Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat. Pemetaan kondisi saat ini untuk dibuatkan perbandingan secara temporal, resolusi dari waktu ke waktu. Apakah terdapat perubahan, penambahan, atau pengurangan? Sehingga dengan data-data yang diambi itu dapat digunakan untuk penyusunan kebijakan di kawasan kelautan kita. Hal tersebut ditambahkan Khafid.
ADVERTISEMENT
Kegiatan pemetaan neraca spasial pesisir dan laut tersebut, rencananya hendak dilaksanakan pada 10 wilayah Kawasan Konservasi Perairan Nasional. Survei diselenggarakan mulai dari tahun 2021 hingga tahun 2024. Kegiatan survei lapangan, bertujuan untuk melakukan konfirmasi terhadap hasil interpretasi/delineasi objek mangrove, terumbu karang dan lamun. Kegiatan itu disertai pengumpulan informasi terkait dengan perubahan sumber daya pesisir dan laut, pada rentang waktu aktiva-pasiva. Diharapkan dengan pengambilan data yang tepat akurat, akan didapatkan ocean assets yang digunakan sebagai landasan dalam perumusan kebijakan, terkait ekonomi lingkungan hidup. Ini penting bagi kesinambungan pembangunan.
Rahmatia Susanti, penanggunjawab Tim Kerja IGT Neraca Spasial Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut PPTRA- BIG Tahun 2022, menjelaskan aspek spasial penting dalam ocean account. Ini disebabkan perhitungan ekosistem memerlukan pemahaman terkait luasan ekosistem dan kondisi yang meliputinya. Ekosistem menyediakan barang dan jasa yang berkontribusi pada kegiatan ekonomi manusia. Sedangkan jasa ekonomi bergantung pada lokasi, keterkaitan antara ekosistem dan pengguna layanan. Termasuk di dalamnya perlindungan pantai maupun pariwisata). Sedangkan untuk menghubungkan data lingkungan dengan ekonomi dan sosial, dapat dicapai secara spasial. Maka dari itu data spasial menjadi unsur yang penting untuk penyusunan ocean account nasional.
ADVERTISEMENT
Persiapan kegiatan survei penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut oleh Tim Survei BIG. Sumber: Dokumentasi Tim Survei BIG.
Kegiatan survei penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut di TWP Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat, dilakukan dalam beberapa tahapan. Rahmatia lebih lanjut menjelaskan, di tahap awal, dilakukan persiapan data. Data utama diambil dari citra penginderaan jauh, dalam periode dua tahun yang berbeda. BIG menggunakan data dari walidata terumbu karang yaitu BRIN sedangkan data mangrove dari KLHK. Setelah dilakukan interpretasi, datanya akan disusun sebagai peta pasiva tentatif, yang dibawa ke lapangan, untuk dilakukan validasi.
Pada tahap berikutnya, di lapangan disiapkan titik-titik sampel yang akan dikonfirmasi validitasnya, berdasar peta tersebut. Dari hasil sampling berdasar titik-titik itu dikonsultasikan terlebih dahulu kepada teman-teman TWP maupun daerah yang dituju. Ini disebabkan adanya kemungkinan, di titik-titik tersebut sudah menjadi titik monitoring mereka. Sebab kalau sudah menjadi titik monitoring tim di TWP maupun daerah, harus diganti ke titik lain. Makin banyak titik sampling maka informasi geospasial yang dihasilkan akan lebih akurat. Hal tersebut dijelaskan Rahmatia lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Untuk kegiatan survei penyusunan IG Tematik Neraca Spasial Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut di TWP Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat, tak kurang ada 300 titik yang divalidasi oleh tim BIG. Kegiatan survei kebanyakan dilakukan di perairan dangkal, maka dibutuhkan dokumentasi melalui kegiatan snorkeling dan diving di beberapa titik survei.
Peta pasiva tentatif hasil validasi akan direinterpretasi dan diuji akurasinya. Ini kemudian digunakan untuk menghasilkan peta pasiva. Peta pasiva ini akan digunakan sebagai dasar interpretasi citra tahun awal dan menghasilkan peta aktiva. Peta aktiva selanjutnya akan ditumpang tindihkan dengan peta pasiva untuk menghasilkan Peta Neraca Sumber Daya Alam Laut. Data dan IG inilah yang nantinya akan digunakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), KKP, dan Kemenkeu (Kementerian Keuangan) untuk menghitung nilai ekonomi dari luasan sumber daya alam yang ada pada daerah tersebut. Di masa depan diharapkan, ocean account ini dapat digunakan juga untuk menentukan zonasi kawasan perairan.
ADVERTISEMENT