Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah dan Makna Tradisi Sekaten
24 Desember 2024 17:17 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Lulu Fardiyatul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sekaten adalah sebuah tradisi yang sangat khas yang diadakan setiap tahun di Yogyakarta dan Surakarta sebagai memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini menggabungkan unsur-unsur budaya Jawa dan Islam, memiliki sejarah yang panjang sejak era Kesultanan Mataram. Sekaten bukan hanya sebuah perayaan keagamaan, tetapi sebagai simbol kkebersamaan, melambangkan persatuan, keberagaman, dan pelestarian budaya yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Asal Usul Sekaten
Tradisi Sekaten pertama kali diperkenalkan pada masa Sultan Hamengkubuwono I di Keraton Yogyakarta pada abad ke-18. Sultan Hamengkubuwono I ingin memperkenalkan Islam secara damai dan ramah, dengan menggabungkan ajaran Islam ke dalam budaya Jawa yang sudah berkembang pesat pada saat itu. Melalui tradisi Sekaten, Sultan Hamengkubuwono I mengajarkan masyarakat Jawa dapat memahami bahwa Islam dapat hidup berdampingan dengan tradisi dan budaya mereka.
Tradisi Sekaten pertama kali diperkenalkan pada masa Sultan Hamengkubuwono I di Keraton Yogyakarta pada abad ke-18. Sultan Hamengkubuwono I ingin memperkenalkan Islam secara damai dan ramah, dengan menggabungkan ajaran Islam ke dalam budaya Jawa yang sudah berkembang pesat pada saat itu. Melalui tradisi Sekaten, Sultan Hamengkubuwono I mengajarkan masyarakat Jawa dapat memahami bahwa Islam dapat hidup berdampingan dengan tradisi dan budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Nama "Sekaten" berasal dari kata "seka," yang berarti gamelan, alat musik tradisional Jawa yang memainkan peran penting dalam perayaan ini. Gamelan digunakan sebagai salah satu alat utama untuk memeriahkan acara, sekaligus menjadi sarana dakwah yang mengajak masyarakat merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Perayaan Sekaten diawali dengan pawai yang melibatkan gamelan dan berbagai elemen budaya lainnya. Pawai ini diikuti oleh masyarakat, prajurit, dan abdi dalem yang mengarak sesaji berupa gunungan (tumpukan hasil bumi) yang simbolis, dibawa mengelilingi keraton. Kemudian, gunungan tersebut dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol pembagian berkah dari perayaan tersebut.
Pelaksanaan Tradisi Sekaten
Tradisi Sekaten dilaksanakan dengan meriah, sering kali berlangsung selama seminggu penuh. Selain pawai gunungan, terdapat juga pasar rakyat yang digelar di sekitar keraton, di mana masyarakat dapat membeli berbagai jenis barang dan makanan khas. Pasar ini bukan hanya tempat berbelanja, tetapi juga menjadi arena untuk bersosialisasi, berinteraksi, dan memperkuat hubungan antar warga.
ADVERTISEMENT
Di malam hari, perayaan Sekaten dimeriahkan dengan pertunjukan seni tradisional, seperti tari-tarian dan pementasan gamelan. Semua kegiatan ini melibatkan berbagai segmen masyarakat, tanpa memandang perbedaan latar belakang sosial atau agama, menjadikan Sekaten sebagai perayaan yang terbuka dan meriah.
Makna Sekaten dalam Kehidupan Masyarakat
Sekaten bukan hanya sekadar merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi juga berfungsi untuk mempererat hubungan antar warga, membangun rasa kebersamaan, dan menjaga kelestarian budaya setempat. Tradisi ini mengajarkan pentingnya saling menghargai dan berbagi dalam kehidupan bermasyarakat, terlepas dari perbedaan agama, suku, atau status sosial.
1. Kebersamaan dalam Keberagaman
Pelaksanaan Sekaten melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang agama dan budaya, menjadikannya momentum untuk bersatu dalam kebersamaan. Pawai gunungan yang dibagikan kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang, menjadi simbol bahwa setiap individu berhak merasakan berkah dari perayaan Sekaten ini.
ADVERTISEMENT
2. Toleransi dan Penghargaan Terhadap Budaya Lokal
Meskipun berasal dari ajaran Islam, Sekaten menggabungkan unsur-unsur budaya Jawa yang kental. Ini menunjukkan bahwa Islam dapat berdampingan dengan budaya lokal tanpa mengabaikan nilai-nilai tradisional. Toleransi terhadap perbedaan agama dan budaya menjadi inti dari pelaksanaan Sekaten.
3. Peran Seni dan Budaya dalam Kehidupan Sosial
Sekaten mencerminkan pentingnya seni dan budaya dalam masyarakat. Melalui pertunjukan gamelan dan tarian, tradisi ini tidak hanya mengajarkan ajaran Islam, tetapi juga mendorong masyarakat untuk melestarikan dan menghargai warisan budaya dari nenek moyang.
4. Berbagi Rezeki dan Keadilan Sosial
Ciri khas Sekaten adalah pembagian gunungan yang berisi hasil bumi kepada masyarakat, yang simbolis sebagai bentuk berbagi rezeki dan berkah. Ini mencerminkan nilai-nilai keadilan sosial, di mana semua orang berkesempatan menikmati berkah perayaan.
ADVERTISEMENT
Tradisi Sekaten bukan sekadar memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga merupakan warisan budaya yang mengandung nilai sosial dan agama. Sekaten mengajarkan pentingnya kebersamaan, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman. Melalui pelestarian tradisi ini, kita dapat memperkuat hubungan sosial dan menghargai warisan budaya nenek moyang.