Konten dari Pengguna

Konsep Kematangan dan Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik

Lutfiah Dwi Tanti
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20 Oktober 2024 14:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lutfiah Dwi Tanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kelas 3A Psikologi Pendidikan, Senin (23 September 2024). Sumber: dokumentasi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Kelas 3A Psikologi Pendidikan, Senin (23 September 2024). Sumber: dokumentasi pribadi.
ADVERTISEMENT
1. Kematangan dan Proses Belajar
Kematangan adalah kondisi di mana seseorang mencapai tahap perkembangan tertentu yang mencakup aspek fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Kematangan memungkinkan individu siap untuk menerima dan mengolah informasi.
ADVERTISEMENT
Proses kematangan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis tetapi juga oleh lingkungan sosial. Kematangan fisik, seperti perkembangan sistem saraf, mendukung kesiapan belajar, sedangkan kematangan emosional dan sosial penting dalam membangun hubungan yang efektif dalam belajar.
Kesiapan belajar merupakan keadaan di mana individu sudah mencapai tahap kematangan yang cukup untuk menyerap pengetahuan. Tanpa kesiapan ini, pembelajaran akan sulit karena individu belum mampu merespons rangsangan pembelajaran secara optimal.
2. Teori Belajar Behavioristik
Teori Behavioristik berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan dikendalikan melalui hubungan antara stimulus dan respons. Teori ini menekankan bahwa belajar terjadi melalui pengkondisian (conditioning), di mana individu mengasosiasikan stimulus tertentu dengan respons tertentu.
Teori Classical Conditioning dari Pavlov dan Watson menjelaskan bahwa respons belajar terjadi melalui asosiasi rangsangan berulang-ulang. Sementara itu, Operant Conditioning dari Skinner menyoroti peran penguatan (reinforcement) positif dan negatif dalam membentuk perilaku.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks pembelajaran, teori ini digunakan untuk memperkuat perilaku siswa yang diinginkan melalui pemberian hadiah atau hukuman yang tepat. Teori ini efektif dalam situasi yang memerlukan pengaturan perilaku eksternal siswa.
Namun, kritik terhadap teori ini menyatakan bahwa behaviorisme terlalu terfokus pada perilaku eksternal dan mengabaikan aspek-aspek internal seperti motivasi dan pemikiran.
3. Teori Belajar Humanistik
Humanisme berfokus pada potensi individu untuk berkembang secara optimal melalui pengalaman pribadi dan pencarian makna. Teori ini menempatkan manusia sebagai agen yang aktif dalam pembelajaran.
Abraham Maslow, melalui teorinya tentang hierarki kebutuhan, menyatakan bahwa untuk mencapai aktualisasi diri (self-actualization), individu harus memenuhi kebutuhan dasar seperti fisiologis, keamanan, cinta, penghargaan, dan barulah menuju aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan ini berperan penting dalam motivasi belajar.
ADVERTISEMENT
Carl Rogers menekankan pentingnya belajar bermakna, di mana siswa merasa memiliki relevansi dengan materi yang dipelajari. Pembelajaran yang paling efektif adalah yang terjadi ketika siswa merasa bebas untuk mengeksplorasi, tanpa ancaman hukuman.
Arthur Combs melihat guru sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan potensi diri. Menurut Combs, guru harus sensitif terhadap perasaan siswa dan menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa untuk memahami dan memaksimalkan potensi diri mereka.
Pendekatan humanistik mengedepankan pentingnya relasi interpersonal yang positif antara guru dan siswa. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mencapai potensi mereka, bukan sebagai otoritas yang mengontrol pembelajaran.
4. Implikasi Teori dalam Pembelajaran
Teori Behavioristik dalam pendidikan memberikan pendekatan praktis untuk mengelola perilaku siswa melalui penguatan positif (hadiah) dan negatif (hukuman). Pembelajaran behavioristik sering digunakan dalam pelatihan keterampilan dasar, yang membutuhkan pengulangan dan pembiasaan.
ADVERTISEMENT
Teori Humanistik menekankan pembelajaran holistik yang memperhatikan aspek emosional dan motivasi siswa. Teori ini berimplikasi pada pendekatan yang lebih personal dalam mengajar, di mana guru berperan sebagai pendukung dalam perkembangan individu siswa. Pendekatan ini mengarah pada pembelajaran yang lebih kreatif dan fleksibel, yang mendorong siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Kedua teori ini memiliki nilai penting dalam konteks pembelajaran. Behaviorisme efektif dalam membentuk perilaku dasar dan pengendalian lingkungan belajar, sementara humanisme lebih berfokus pada pertumbuhan pribadi dan pencapaian diri. Penggabungan kedua pendekatan ini dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang seimbang, di mana kebutuhan dasar siswa terpenuhi dan potensi mereka dapat berkembang secara optimal.
5. Konsep Kematangan dalam Pembelajaran
Kematangan seseorang mempengaruhi kesiapan belajar. Aspek kematangan yang meliputi sosial, emosional, dan intelektual membantu menentukan kapan seseorang siap untuk belajar materi tertentu.
ADVERTISEMENT
Kematangan kognitif membantu individu memahami informasi yang lebih kompleks, sedangkan kematangan emosional mempengaruhi bagaimana mereka mengelola stres dan tantangan dalam proses belajar. Kematangan sosial memungkinkan siswa bekerja sama dengan orang lain dan membangun hubungan yang mendukung pembelajaran.
Prinsip-prinsip kematangan ini mengajarkan bahwa perkembangan seseorang tidak dapat dipaksakan sebelum mereka mencapai kesiapan, sehingga penting bagi pendidik untuk memahami tingkat kematangan siswa saat merancang proses pembelajaran.
Simpulan
Kematangan individu memainkan peran penting dalam kesiapan dan efektivitas proses pembelajaran. Teori Behavioristik dan Humanistik memberikan wawasan yang berbeda namun saling melengkapi dalam pendekatan pembelajaran. Teori Behavioristik mengajarkan bahwa perubahan perilaku dapat dicapai melalui penguatan eksternal, sementara Humanistik menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan internal dan perkembangan pribadi yang holistik. Dengan memahami konsep kematangan dan mengintegrasikan kedua teori ini, pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan potensi individu.
ADVERTISEMENT
Jangan lewatkan untuk mengenal konsep kematangan, teori behavioristik, dan humanistik!
Dosen Pengampu: Maolidah, M.Psi.