Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cinta, Perjuangan, dan Tekanan Sosial dalam Balutan Adat dan Nasionalisme
28 Oktober 2024 13:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Luthfiyah Sulistio tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Novel Pertemuan Jodoh karya Abdul Muis mengangkat tema cinta yang terjalin di antara berbagai tantangan sosial dan adat yang mengisahkan perjuangan cinta antara dua insan dengan latar belakang yang berbeda di tengah ketatnya tradisi sosial. Abdul Muis, seorang sastrawan dan pejuang nasionalisme, berhasil menyisipkan kritik sosial dalam novel ini, mencerminkan realitas kehidupan yang penuh tantangan di era kolonial Indonesia. Abdul Muis tidak hanya berperan sebagai sastrawan tetapi juga sebagai aktivis pergerakan nasional yang aktif mempromosikan semangat kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Kisah ini berfokus pada perjuangan seorang pemuda bernama Suparta, yang harus berhadapan dengan pandangan masyarakat dan adat dalam mencari jodohnya. Abdul Muis menggambarkan bagaimana tokoh-tokoh utamanya menjalani konflik batin dan sosial dalam menghadapi aturan tradisional yang membatasi kebebasan mereka untuk menentukan pasangan hidup. Novel ini bercerita tentang dua mahasiswa, Ratna dan Suparta, yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda. Ratna adalah seorang gadis dari keluarga sederhana yang bercita-cita tinggi, sementara Suparta berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Mereka bertemu di kampus saat mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa. Abdul Muis, seorang sastrawan dan pejuang nasionalisme, berhasil menyisipkan kritik sosial dalam novel ini, mencerminkan realitas kehidupan yang penuh tantangan di era kolonial Indonesia. Abdul Muis tidak hanya berperan sebagai sastrawan tetapi juga sebagai aktivis pergerakan nasional yang aktif mempromosikan semangat kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Sinopsis Cerita
Kisah dimulai dengan pertemuan antara Ratna, seorang murid Frobelkweekschool, dan Suparta, pemuda ningrat yang bersekolah di STOVIA, saat perjalanan di kereta dari Jakarta ke Bandung. Setelah pertemuan singkat itu, hubungan mereka berlanjut melalui surat, dan tak lama kemudian Suparta melamar Ratna.
Namun, rencana mereka tak berjalan mulus. Ibu Suparta, Nyai Raden Tedja Ningrum, tidak setuju karena Ratna bukan dari keturunan bangsawan. Setelah serangkaian cobaan, termasuk kebangkrutan keluarga Ratna dan difitnah sebagai pencuri saat bekerja sebagai pelayan, hidup Ratna penuh dengan lika-liku yang menguji ketabahan hatinya. Pada akhirnya, cinta Ratna dan Suparta dipertemukan kembali setelah Ratna ditemukan dalam keadaan sekarat dan dirawat oleh Suparta yang kini menjadi dokter.
ADVERTISEMENT
Pesan Moral dalam Pertemuan Jodoh:
1. Pentingnya Tidak Membeda-bedakan Derajat
Novel ini mengajarkan bahwa manusia setara di mata Tuhan, dan derajat seseorang tidak seharusnya dilihat dari keturunan. Abdul Muis melalui tokoh Suparta dan Ratna menggambarkan bahwa moral yang baik dan ketulusan hati lebih utama daripada status sosial.
2. Keberanian dalam Memilih Jalan Hidup Sendiri
Abdul Muis menunjukkan bahwa meskipun Suparta menghormati ibunya, ia tetap teguh pada pendiriannya untuk menikahi Ratna. Novel ini mengajarkan pentingnya memiliki prinsip hidup yang kuat dalam menghadapi tekanan keluarga.
3. Ketabahan dan Keuletan dalam Menghadapi Ujian Hidup
Ratna menjadi contoh keberanian dan ketabahan, berusaha mencari nafkah dengan berbagai pekerjaan, walaupun hanya sebagai pelayan toko atau pembantu rumah tangga demi membiayai adiknya. Hal ini menunjukkan sikap rendah hati dan ketidakputusasaan dalam mencapai kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
4. Kesetiaan dan Keteguhan Hati
Suparta dan Ratna sama-sama menunjukkan kesetiaan dalam cinta mereka. Meskipun terpisah oleh berbagai rintangan, mereka tetap mempertahankan hubungan dengan keteguhan hati, dan pada akhirnya mereka dipertemukan kembali dalam kebahagiaan.
Kutipan Inspiratif:
"Tak akan goyah cintaku pada Ratna, meski badai berhembus di antara kami. Cinta ini berakar dalam, menembus batas keturunan, hingga jiwa Ratna menjadi bagian dari hidupku." (Pertemuan Jodoh, halaman 56)
Kesimpulan
Novel Pertemuan Jodoh mengajarkan kepada pembacanya tentang pentingnya kesetaraan, ketekunan, dan kebesaran hati dalam menghadapi tantangan hidup. Abdul Muis dengan cemerlang meramu kisah cinta ini sebagai kritik terhadap stratifikasi sosial dan adat yang kaku. Dengan latar belakang perjuangan cinta yang rumit, novel ini juga mencerminkan semangat kebebasan dan keadilan, menjadikannya sebagai bacaan yang relevan dan inspiratif bagi setiap generasi.
ADVERTISEMENT
Profile Penulis:
Abdul Muis (1886-1959) adalah sastrawan dan pejuang yang turut berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Karya-karyanya, seperti Salah Asuhan dan Pertemuan Jodoh, dikenal luas karena menggambarkan konflik sosial dan pergulatan individu dalam tradisi. Abdoel Moeis adalah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan pengurus besar Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut. Abdoel Moeis dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959.