Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Barli Asmara: 19 Tahun Liku Perjalanan Sang Desainer Multi Talenta
29 Agustus 2020 17:34 WIB
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia mode Indonesia berduka minggu ini. Desainer Barli Asmara wafat di Bali karena sakit dalam umur relatif muda untuk ukuran karier masa kini, 42 tahun. Sontak berbagai kanal berita, jejaring media sosial, sampai obrolan pagi di salah satu radio swasta Jakarta, dipenuhi ucapan duka dan kilas kenangan. Barli Asmara memang dikenal dan disenangi lintas kalangan.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana dikisahkan oleh penulis mode Syahmedi Dean dalam Lima Belas Warsa Barli Asmara: Di Antara Gemerlap Ornamentasi, biografi lima belas tahun karier Barli Asmara yang diterbitkan oleh Gramedia di penghujung 2016, desainer populer ini lahir dalam keluarga dengan akses ke kehidupan indah dan bergaya. Sang ibu, Ida Kastubi, adalah putri dari pasangan eksekutif BUMN awal 1970-an dan pemilik salon ternama di Kebayoran Baru. Ida Kastubi menekuni pendidikan tata rias di Paris dan London sebelum menikahi pembalap Baron Asmara, putra saudagar beras Priangan masa itu.
Bukan berarti masa remaja Barli penuh kemudahan. Ia sempat “dititipkan” ke salah satu tantenya, Poppy Kastubi, yang dikenal publik sebagai Poppy Hayono Isman, pegiat budaya dan istri dari menteri kabinet saat itu. Sempat kuliah Desain Interior di Universitas Trisakti, Barli memutuskan pindah belajar komunikasi bisnis di London School Public Relations (LSPR) demi tidak memberatkan orangtuanya dengan biaya peralatan desain.
ADVERTISEMENT
Meninggalkan kuliah desain tak mematikan naluri desain Barli yang sejak kecil senang mencorat-coret sketsa. Mungkin karena saat cilik kerap diajak salah satu tantenya, Ieke Kastubi, menjelajahi Pasar Baru dan Mayestik mencari kain. Mungkin karena setelah remaja melihat tantenya yang lain, Corrie Kastubi, menjadi desainer mode. Mungkin juga karena bertahun-tahun menyaksikan aktivitas bisnis tata rias rambut-wajah yang dilakoni nenek dan ibunya.
Saat di LSPR, Barli dan beberapa temannya memulai butik busana Nui Masu yang aktif berpromosi melalui acara-acara di klub atau SMA elit. Lalu pada tahun 2001, Barli Asmara memulai labelnya sendiri dari sebuah rumah kontrakan kecil di Kebayoran Lama. Salah satu klien awalnya adalah teman sekolah di LSPR yang sedang meniti karir musik, Dewi Sandra. Seiring majunya karier Dewi, ia membawa rekan-rekan penyanyi lainnya ke studio Barli. Seperti dinukilkan dalam Lima Belas Warsa, setelah Samuel Wattimena yang secara eksklusif merancang busana panggung AB Three dan Ruth Sahanaya, Barli Asmara adalah salah satu pemula praktik endorsement busana untuk pesohor di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dan memang begitulah Barli Asmara mulai dikenal publik, sebagai desainer muda yang mendandani talenta dunia hiburan Indonesia. Karya Barli mulai diangkat oleh media gaya hidup melalui lembaran mode dan sampul majalah. Majalah Dewi memilihnya sebagai salah satu talenta untuk Dewi Fashion Knights 2008 pada Jakarta Fashion Week (JFW), dan koleksinya yang didasarkan pada teknik smock (pengerucutan kain melalui ikatan jahitan) mendapat standing applause. Pada tahun 2010, berderet gelar yang disematkan majalah mode Indonesia kepadanya; Talented Young Fashion Designer (majalah Amica), Best Designer of the Year (majalah Kartika), Indonesian Fashion Designer of the Year (majalah Elle).
Saat JFW dan British Council pada tahun 2012 memulai program inkubasi Indonesia Fashion Forward (IFF) bagi talenta mode Indonesia yang berpotensi masuk ke pasar dunia, nama Barli Asmara terseleksi masuk bersama Albert Yanuar, Jeffry Tan, Dian Pelangi, Yosafat D Kurniawan, Cotton Ink, Bretzel dan Major Minor.
ADVERTISEMENT
Selain penghargaan media, keramahan dan keluwesannya mengundang berbagai ajakan berkolaborasi. Untuk membingkai rambut warna-warni yang diolah produk L'Oreal Professionel, afiliasi perusahaan Perancis ini memilih busana Barli Asmara yang minimalistik pada dekade lalu. Antara 2012-2013, Alleira Batik mengangkat Barli sebagai desainer tamu bagi label May & June, dan koleksi romantisnya yang penuh mawar dan renda itu cukup diminati pasar. Pada Fimela Fashion & Kain Fest 2016, Barli bekerjasama dengan Nitieq Batik untuk koleksi bernada gothic dalam warna metalik. Di IPMI Trend Show 2017, Barli berkolaborasi dengan All the Horses, sebuah merk dari Bali, untuk koleksi yang menggoda dan berani. Antara 2017-2018, Pemprov Jambi menggandeng Barli untuk mengkaryakan batik Jambi sebagai pilihan busana urban berkualitas; koleksi sensual ala flapper 1920-an diparadekan pada perhelatan mode Plaza Indonesia, koleksi bersiluet santun dikeluarkan pada Muslim Fashion Festival (Muffest).
Beberapa tahun terakhir ini, Barli Asmara digandeng oleh merk kosmetika Wardah sebagai desainer jangkar bersama dengan Dian Pelangi, Ria Miranda dan Zaskia Sungkar. Bersama Dian Pelangi dan Zaskia Sungkar lah Barli menapaki New York Couture Fashion Week 2015, dan dinaungi payung Wardah lah Barli terakhir menggelar karyanya, di Muffest 2020, sebulan sebelum pandemi merebak.
ADVERTISEMENT
Di luar catwalk, Barli Asmara sempat berkiprah di ranah media elektronik. Dimulai dari mendesainkan koleksi khusus untuk sebuah episode Gebyar BCA dan pagelaran peluncuran Net TV, selepas 2013 Barli diberikan tanggungjawab atas busana acara-acara hiburan di Net TV sebelum akhirnya diberikan posisi sebagai pembawa sebuah acara hiburan.
Ia memang terkesan serba bisa dan serba bersedia. Walau membawa rejeki kolaborasi, keluwesan ini juga mendatangkan kritik sahih bahwa desain Barli Asmara terlalu mudah mengikuti kebutuhan mitra sampai tidak memiliki DNA. Amat mungkin karena ia tidak datang dari disiplin sekolah mode formal, Barli cenderung tidak memelihara identitas desain yang kuat. Kalau saja ia tak terlalu cepat dipanggil Yang Maha Kuasa, akan menarik untuk dipantau apakah setelah tahun depan, genap dua dasawarsa berkarya, Barli Asmara akan mulai memahat DNA desain untuk jenama modenya.
ADVERTISEMENT
Di luar semua itu, tidak dipungkiri bahwa selama 19 tahun berkarya, Barli Asmara telah menorehkan banyak jejak dalam berbagai sudut blantika mode dan bisnis hiburan Indonesia.
Bagi saya pribadi, kenangan khusus adalah saat diundang ke peluncuran buku Lima Belas Warsa dan pertama kali diperkenalkan secara resmi kepada sosok Barli Asmara, walau sebelumnya telah menghadiri dan menulis tentang pagelarannya. Tidak sadar dirinya dipancing lelucon oleh Syahmedi Dean, Barli mengira nama saya adalah "Lynda Blair" sehingga mulai dari penanda kursi sampai tandatangan di buku dilabeli "Lynda Blair". Saat tersadar, Barli tergopoh-gopoh meminta maaf dan mendesak untuk mengganti bukunya, tapi saya tolak karena tidak ingin kehilangan momen lucu itu. Setelahnya, tiap berjumpa, Barli kerap memanggil saya "Lynda Blair" sambil tertawa-tawa. Dan sampai hari ini, saya masih menyimpan buklet program, kartu menu, penanda kursi dan buku Lima Belas Warsa yang ditujukan kepada "Lynda Blair" itu sebagai penanda sejarah.
Selamat jalan, Mas Barli yang selalu ramah dan menyenangkan, engkau akan banyak dikenang dan dirindukan. Semoga di alam sana dirimu pun selalu dikelilingi gaya dan keindahan.
ADVERTISEMENT