Konten dari Pengguna

Kolaborasi dan Talenta Mancanegara di Jakarta Fashion Week ke-11

Lynda Ibrahim
A Jakarta-based business consultant who loves telling a tale.
31 Oktober 2018 14:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
JFW 2019 (Foto: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
JFW 2019 (Foto: Lynda Ibrahim)
ADVERTISEMENT
Didirikan sebelas tahun lalu dengan semangat untuk memperkenalkan desainer mode Indonesia kepada publik, Jakarta Fashion Week tidak pernah menutup diri dari kolaborasi dengan talenta asing.
ADVERTISEMENT
Kadang kolaborasinya berbentuk langsung dalam penciptaan sebuah koleksi, seperti yang dilakukan Oscar Lawalata dengan desainer aksesoris Mada van Gaans (Belanda) untuk Jakarta Fashion Week 2015, atau berbagi panggung dalam napas koleksi yang senada.
Kolaborasi langsung yang terjadi tahun ini di Jakarta Fashion Week dan cukup menarik adalah antara stylist dan desainer berbakat Jepang, Makoto Washizu, dengan tiga label Indonesia yang tengah menanjak namanya; Danjyo Hiyoji, Bateeq, dan NY by Novita Yunus.
Di tangan Makoto, koleksi bersiluet resortwear NY by Novita Yunus dengan bahan serat daun Roselia yang motifnya diaplikasikan secara hand-stamp ditata menjadi urban dan hip.
Jakarta Fashion Week 2018 (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jakarta Fashion Week 2018 (Foto: istimewa)
Desain Bateeq dan Danjyo Hiyoji yang riuh bermotif grafis mendapatkan styling yang berbeda; koleksi Bateeq menjadi serangkaian pakaian kasual bergaya, koleksi Danjyo Hiyoji yang grafisnya cenderung liar terlihat ringan dan whimsical.
ADVERTISEMENT
Selain dari sisi kreatif, kolaborasi juga terjadi dari pemikiran inklusivitas. Dunia mode tidak harus dimonopoli demografi tertentu, lebih baik bila terbuka bagi banyak lapisan masyarakat.
Teatum Jones, brand Inggris pemenang International Woolmark Prize 2015/16 yang banyak mengangkat isu kepedulian sosial, menghadirkan perempuan-perempuan difabel untuk memeragakan koleksi terbarunya bersama para model profesional.
Berbagi runway dengan Teatum Jones adalah label Indonesia yang makin berkibar, Sean Sheila, yang membekali komunitas perempuan tuli Purbalingga dengan kelas menjahit dan menyulam, keterampilan yang lalu menghidupkan garis desain Sean Sheila yang tegas dan cenderung berwarna gelap.
ADVERTISEMENT
Beberapa desainer asing tidak berkolaborasi dengan desainer Indonesia, dan koleksinya amat memukau
Fashion Show Dewi Fashion Knights di Jakarta Fashion Week 2019 di Senayan City, Jakarta, Jumat (26/10). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fashion Show Dewi Fashion Knights di Jakarta Fashion Week 2019 di Senayan City, Jakarta, Jumat (26/10). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Konsisten menyasar kaum milenial, Korea Creative Content Agency (KOCCA) kembali membawa beberapa brand Korea. SYZ dan Royal Layor sama-sama menampilkan desain busana siap-pakai yang segar nan edgy, namun Royal Layor layak mendapatkan pujian lebih karena keberhasilannya menampilkan menswear yang berpola dekonstruktif dan asimetris namun tetap tegas maskulinitasnya.
Kembali hadir di Jakarta Fashion Week adalah beberapa brand Jepang yang telah tampil sebelumnya di Amazon Tokyo Fashion Week. Suatu kekuatan brand dari Jepang yang seharusnya menjadi contoh bagi brand Indonesia adalah pemolaan dan jahitan.
Jakarta Fashion Week 2018 (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jakarta Fashion Week 2018 (Foto: istimewa)
Terlepas dari jenis kainnya, semua pakaian yang pernah ditampilkan brand-brand Jepang terlihat mengayun dengan baik, yang menandakan konstruksi pola yang bagus, dan terjahit rapi sampai ke bagian aksen terkecil.
ADVERTISEMENT
Tiada jahitan miring, aplikasi terlepas, atau sisa benang berkibar saat pakaian Jepang digelar di runway atau dipegang langsung. Elendeek dan UN3D, label Jepang populer yang tampil di Jakarta Fashion Week tahun ini, adalah bukti kekuatan ini.
Elendeek menampilkan palet warna pastel monokromatik sementara UN3D bermain dengan corak dalam warna berani, namun keduanya tidak berlindung di balik warna atau corak untuk menampilkan koleksi yang sungguh siap-pakai, terpola baik, dan berkualitas.
Kelebihan yang dimiliki desainer Indonesia adalah sumber inspirasi budaya, alam, dan dinamika sosial Indonesia yang sungguh beragam. Pekerjaan rumah bagi banyak label Indonesia adalah menerapkan inspirasi menjadi koleksi yang berkonsep kuat, berpenampilan segar dan dieksekusi paripurna, dan semoga sederet kolaborasi dengan talenta mancanegara ini bisa menjadi forum pengayaan bagi talenta mode anak-bangsa.
Jakarta Fashion Week 2018 (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jakarta Fashion Week 2018 (Foto: istimewa)
ADVERTISEMENT