Konten dari Pengguna

Tahukah Kamu? Indonesia Bangsa si Paling Relawan di Dunia

M Chozin Amirullah
Masa kecil dan masa muda banyak dihabiskan di pesantren di Pekalongan Jawa Tengah dan Jombang Jawa Timur. Menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Gadjah Mada, melanjutkan pascasarjana di Ohio University, USA.
9 Desember 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Chozin Amirullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Masih dalam rangka memperingati hari kerelawanan Internasional atau International Volunteer Day (IVD) yang bertema "Diverse volunteers, Stronger Communities" pada 5 Desember, tidak ada salahnya kita kembali melihat lebih jauh baik ke belakang maupun melihat harapan ke depan. Perayaan International Volunteer Day telah lama diamanatkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1985. Amanat ini bertujuan untuk bagaimana seluruh dunia mengakui peran penting sukarelawan terutama dalam pembangunan sosial dan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Penetapan 5 Desember sebagai tanggal peringatan untuk relawan ini, didasarkan pada pelaksanaan Konferensi Internasional tentang Sukarelawan yang diselenggarakan pada tanggal tersebut. Dalam konferensi tersebut, Hari Sukarelawan Internasional adalah hari di mana para sukarelawan diakui dan semangat kesukarelawanan dikampanyekan di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Dalam konteks ini, Indonesia patut berbangga sebab hingga sekarang Indonesia masih menjadi negara terdepan dan memiliki posisi yang kuat dalam kerelawanan internasional. Di tahun 2024 ini, berdasarkan rilis dari Charities Aid Foundations (CAF) dalam laporan World Giving Index 2024, Indonesia berturut-turut untuk ke empat kalinya meraih predikat negara paling dermawan sedunia dan berhasil mengungguli negara-negara lain dengan meraih skor 74 dari skala penilaian 0-100. Skor yang diraih Indonesia tahun ini juga mengalami peningkatan dibanding skor yang diperoleh pada tahun 2023 yakni sebesar 68. Menyusul Indonesia, di peringkat 2-5 ada Kenya dengan skor 63, Singapura dengan skor 61, Gambia dengan skor 61 dan Nigeria dengan skor 60.
ADVERTISEMENT
Skor yang dirilis oleh CAF ini berdasarkan 3 komponen yang telah ditetapkan yaitu pernah/tidaknya mendonasikan uang ke amal, pernah/tidaknya memberi bantuan pada orang asing dan pernah/tidaknya menjadi sukarelawan di organisasi. Semakin besar skor yang diperoleh suatu negara, maka bisa dikatakan semakin banyak penduduk di negara tersebut yang sering terlibat dalam kegiatan amal.
Meningkatnya peringkat Indonesia sebagai negara paling dermawan disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu di antaranya yaitu faktor adanya lembaga filantropi. Selain itu, faktor yang menyebabkan peningkatan kedermawanan di Indonesia yaitu meningkatnya peran dan keterlibatan kalangan muda dan key opinion leader/influencer dalam kegiatan kerelawanan di lembaga filantropi (Filantropi.id, 2021).
Perjalanan kerelawanan Indonesia sebetulnya telah lama di mulai bahkan sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga sekarang merambah ke dunia global. Hal itu terbukti dari adanya semangat gotong royong dan saling membantu sesama di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Misalnya, pada masa kemerdekaan sekitar (1945-1950), salah satu bentuk solidaritas rakyat dibuktikan dengan keberadaan dapur umum. Berperan penting dalam menopang perjuangan para gerilyawan, dapur umum menjadi simbol kebersamaan dan kerelawanan dalam menghadapi penjajahan.
Pada masa revolusi, dapur umum dikelola di rumah-rumah penduduk dengan kerahasiaan tinggi untuk menghindari ancaman pasukan Belanda. Tugasnya melibatkan banyak elemen masyarakat, mulai dari memasak nasi, menyiapkan lauk-pauk, hingga mengelola logistik lainnya. Dukungan berupa bahan pangan seperti beras, sayuran, dan kayu bakar diberikan secara sukarela oleh masyarakat setempat.
Di sisi lain, lurah juga punya peran penting terutama dalam mendata dan mengorganisasi kontribusi warga untuk memperkuat efektivitas dapur umum. Selain menyediakan kebutuhan dasar, dapur umum juga berfungsi sebagai tempat strategis untuk menyusun rencana gerilya. Solidaritas ini menjadi kekuatan utama dalam melawan penjajahan, menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya dilakukan di medan perang, tetapi juga melalui aksi kolektif di balik layar.
ADVERTISEMENT
Saat ini, semangat kerelawanan Indonesia masih terus mengalir. Hingga kini, tradisi gotong-royong tetap hidup dalam berbagai bentuk, baik di dalam negeri maupun dalam kancah internasional. Ketika Indonesia menghadapi situasi bencana seperti gempa bumi atau pandemi COVID-19, ribuan relawan dikerahkan untuk membantu masyarakat terdampak.
Banyak organisasi atau komunitas kerelawanan memainkan peran vital dalam pelatihan, simulasi bencana, hingga distribusi bantuan. Hal ini tidak hanya mengurangi beban pemerintah tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara masyarakat. Di tingkat global, banyak warga Indonesia terlibat dalam misi kemanusiaan melalui organisasi yang berkontribusi lintas negara. Misalnya saja, sejumlah relawan Indonesia hingga sekarang masih aktif membantu di wilayah konflik seperti Palestina.
Kontribusi sukarelawan ini seperti menjadi identitas dan budaya sosial yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki solidaritas yang melampaui batas geografis. Tentu, semangat untuk membantu ini tidak hanya telah memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, tetapi juga mempertegas identitas bangsa sebagai masyarakat timur yang peduli dan berdaya.
ADVERTISEMENT