Konten dari Pengguna

#BangunSendiriAja: Saat Bahan Baku Impor Menjadi Penghambat Kemajuan Industri

M Dedy Fitriyanto
Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya
9 April 2025 9:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Dedy Fitriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penulis: M Dedy Fitriyanto, mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
zoom-in-whitePerbesar
Penulis: M Dedy Fitriyanto, mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
ADVERTISEMENT
Ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku impor telah lama menjadi persoalan mendasar dalam pembangunan industri nasional. Banyak sektor industri, mulai dari tekstil hingga otomotif, sangat bergantung pada pasokan luar negeri untuk menjalankan proses produksinya. Namun, di tengah gejolak global, krisis logistik, dan fluktuasi nilai tukar, ketergantungan ini justru memperlihatkan sisi rapuhnya fondasi industri kita.
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang strategi bisnis internasional, ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor menciptakan risiko besar. Ketika terjadi gangguan pasokan global—seperti pandemi, perang dagang, atau krisis geopolitik—produksi dalam negeri bisa terhenti, harga bahan baku melonjak, dan produk lokal menjadi tidak kompetitif di pasar global maupun domestik.
Sebaliknya, negara-negara maju justru memperkuat rantai pasok domestik mereka, bahkan rela berinvestasi besar demi mengembangkan substitusi lokal. Inilah yang seharusnya menjadi alarm bagi Indonesia: pentingnya membangun industri bahan baku sendiri dan memacu kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi.
Substitusi impor bukan hanya soal mengganti produk luar dengan lokal, tapi membangun ekosistem industri yang terintegrasi dan inovatif. Indonesia punya potensi besar di sektor pertanian, kehutanan, tambang, dan bioteknologi—yang jika dikembangkan serius, bisa menjadi sumber bahan baku berkelanjutan dan berkualitas.
ADVERTISEMENT
Langkah awal bisa dimulai dengan insentif fiskal, dukungan riset terapan, serta penguatan pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri. Dengan pendekatan holistik dan konsisten, kita tidak hanya mengurangi impor, tetapi juga meningkatkan nilai tambah dan kemandirian industri nasional.
Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi yang tangguh harus didukung oleh fondasi produksi yang kuat. Membangun dari dalam, dengan mengandalkan potensi sendiri, bukan hanya strategi bertahan—tetapi cara terbaik untuk berdiri lebih kuat di panggung global.
Opini ditulis oleh M Dedy Fitriyanto, Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya