Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bahasa Gaul Memengaruhi Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja DIY: Mengapa begitu?
5 Desember 2024 11:02 WIB
·
waktu baca 11 menitTulisan dari M Deni Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai lambang kebanggaan, identitas, dan perhubungan. Bahasa Indonesia saat ini mulai terkontaminasi dengan bahasa remaja atau sering disebut bahasa gaul. Menurut Suratno (2016), bahasa gaul adalah bahasa yang digunakan dalam situasi informal dan cenderung mengikuti tren terkini dalam penggunaan bahasa. Sedangkan menurut Kridalaksana (1984) dalam bukunya yang berjudul Kamus Linguistik, bahasa gaul adalah bentuk bahasa yang diciptakan oleh kelompok sosial tertentu sebagai alat komunikasi di antara sesama anggota kelompok tersebut. Bahasa gaul dapat berfungsi sebagai tanda identitas kelompok atau tanda perlawanan terhadap kelompok lain.
ADVERTISEMENT
Dinamika interferensi bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia baku mencerminkan perubahan sosial dan budaya yang signifikan, di Daerah Istimewa Yogyakarta, penggunaan bahasa gaul sudah menjadi bagian dari budaya remaja dan semakin populer dengan adanya media sosial sebagai teknologi komunikasi yang canggih. Bahasa gaul seringkali menambahkan kosakata baru atau mengubah makna kata yang sudah ada, sehingga sulit dipahami oleh orang yang tidak terbiasa dengan bahasa gaul tersebut, terutama orang tua penutur asli bahasa Jawa di Yogyakarta. Bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa resmi Indonesia dan digunakan untuk komunikasi resmi dan formal, telah menghadapi tantangan dalam beberapa tahun terakhir karena pengaruh bahasa gaul. Bahasa gaul yang sering digunakan oleh remaja sering kali mengandung kata-kata slang, dan frasa informal yang tidak selalu diakui oleh masyarakat lebih luas. Bahasa gaul di kalangan remaja khususnya mahasiswa adalah ragam bahasa casual yang dipakai untuk berkomunikasi antarindividu dengan latar belakang yang sama, biasanya ditandai dengan penggunaan kosakata yang berbeda dari bahasa Indonesia formal, termasuk singkatan, dan istilah-istilah populer. Bahasa gaul juga seringkali dipengaruhi oleh budaya populer, seperti musik, film, media sosial, dan digunakan untuk mengekspresikan identitas kelompok atau komunitas tertentu, karena memiliki peran penting dalam membentuk hubungan sosial yang erat antarindividu.
ADVERTISEMENT
Globalisasi memperkenalkan banyak konsep dan terminologi baru yang sebelumnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Sebagai hasilnya, bahasa Indonesia harus mengakomodasi perubahan ini dengan menciptakan istilah baru atau menyerap istilah asing. Menurut Alwi (2000), bahasa berkembang melalui penambahan kosakata baru yang dipinjam dari bahasa lain untuk menutupi kekurangan dalam kosakata. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memainkan peran penting dalam memasok kosakata baru bagi bahasa Indonesia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, dampak globalisasi juga terlihat dalam aspek sosial budaya, terutama terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia. Dengan adanya globalisasi, bahasa Inggris masuk sebagai bahasa internasional, dan memengaruhi bahasa Indonesia. Pengaruh ini dapat dilihat dari munculnya kata serapan penggunaan bahasa gaul atau slang.
ADVERTISEMENT
Yogyakarta bukan hanya kota pelajar, tetapi juga pusat budaya yang memadukan tradisi Jawa dengan modernitas. Keberadaan kampus-kampus ternama seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Institut Seni Indonesia menjadikan Yogyakarta sebagai melting pot budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini menciptakan lingkungan yang kaya akan interaksi sosial dan budaya, sehingga menjadi tempat bagi perkembangan bahasa gaul di kalangan remaja. Bahasa gaul di kalangan remaja Yogyakarta mencerminkan dua sisi identitas, yaitu keterikatan pada budaya lokal dan keterbukaan terhadap tren global.
Interferensi bahasa gaul di kalangan remaja Yogyakarta menunjukkan bagaimana bahasa berkembang secara dinamis sesuai dengan perubahan sosial dan budaya yang terjadi di lingkungan tersebut. Yogyakarta sebagai kota yang dijuluki pusat pendidikan memiliki banyak mahasiswa yang sangat heterogen berasal dari berbagai daerah di Indonesia, keberagaman latar belakang ini menciptakan interaksi antar budaya yang kaya dan menjadi sarana utama bagi penyebaran dan perkembangan bahasa gaul di kalangan remaja. Bahasa gaul sering dipengaruhi oleh faktor lingkungan pertemanan dan media sosial. Di Yogyakarta, interaksi sosial antar mahasiswa sangat intens, baik di dalam maupun di luar kampus. Dalam interaksi tersebut, bahasa gaul berfungsi sebagai simbol solidaritas kelompok dan sebagai media untuk menunjukkan identitas sosial tertentu.
ADVERTISEMENT
Remaja di Yogyakarta tidak hanya menggunakan bahasa gaul untuk menunjukkan identitas kelompok, tetapi juga sebagai bentuk adaptasi terhadap budaya populer yang masuk melalui media sosial. Istilah-istilah baru yang muncul dalam bahasa gaul sering kali dipengaruhi oleh tren nasional maupun global, tetapi di Yogyakarta istilah tersebut sering dipadukan dengan nuansa lokal. Misalnya, di lingkungan kampus percakapan antar mahasiswa sering kali mencampurkan bahasa Jawa dengan bahasa gaul, menciptakan bentuk komunikasi yang unik. Istilah-istilah seperti gue nggak papa berubah menjadi gue ra popo, atau loe lagi apa? menjadi loe ngopo? ketika disandingkan dengan bahasa gaul yang lebih umum seperti baper atau julid. Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa gaul di Yogyakarta tidak hanya sekadar meniru tren nasional dan global, tetapi juga mengalami lokalisasi yang memperkaya khasanah bahasa. Selain itu, remaja Yogyakarta cenderung menggunakan bahasa gaul sebagai bentuk ekspresi kreatif dan solidaritas komunitas. Media sosial dan komunitas remaja kreatif di Yogyakarta memiliki peran penting dalam menyebarkan istilah-istilah baru, kemudian banyaknya acara budaya, diskusi komunitas, dan karya seni kontemporer juga sering memanfaatkan bahasa gaul sebagai medium untuk menyampaikan pesan, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa gaul tidak hanya terbatas pada percakapan informal, tetapi juga menjadi bagian dari dinamika budaya dan intelektual di Daerah Istimewa Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa gaul atau slang adalah ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi internal dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti. Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya globalisasi yang menyebabkan berkembangnya media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan TikTok, bahasa gaul tidak lagi digunakan dalam ruang lingkup internal suatu kelompok. Melalui media sosial, bahasa gaul justru menjadi fenomena nasional di Indonesia karena hampir seluruh pengguna aktifnya dapat memahami bahasa tersebut. Bahasa gaul memiliki bentuk yang beragam, salah satunya berupa kosakata bahasa Inggris. Ada banyak ungkapan bahasa Inggris yang memperkaya kosakata bahasa gaul di kalangan remaja Yogyakarta, di antaranya merupakan kosakata bahasa Inggris yang dipertahankan, diadaptasi, atau telah sedikit banyak diubah secara fonetis dan ortografis (Wijana, 2012:316). Contoh bahasa gaul Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kepo, akronim dari knowing every particular object. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepo diartikan sebagai rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain. Selain itu, masih ada banyak contoh lainnya yang tidak terdapat dalam KBBI, seperti kiyut (cute), GWS atau gewees (get well soon), OTW atau otewe (on the way), jujurly (honestly), aku gak papa (i’m not father), POV (point of view), LOL (laugh out loudly), TBH (the be honset), serta masuk angin (enter wind). Peningkatan penggunaan bahasa gaul yang mengandung elemen dari bahasa Inggris ini menunjukkan bagaimana bahasa dapat berkembang seiring dengan perubahan sosial dan budaya. Hal ini juga mencerminkan proses adaptasi bahasa Indonesia terhadap pengaruh luar, sekaligus menciptakan identitas baru yang relevan dengan masyarakat modern. Perubahan ini tidak hanya menciptakan warna baru dalam bahasa, tetapi juga mencerminkan dinamika komunikasi antar generasi yang sering kali berusaha untuk mengekspresikan diri dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif. Namun, hal tersebut menimbulkan tantangan interferensi bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia baku dapat memengaruhi kemampuan remaja dalam menggunakan bahasa formal, terutama dalam situasi akademik. Remaja yang terbiasa menggunakan bahasa gaul cenderung mengalami kesulitan saat harus menulis atau berbicara dalam konteks formal.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Kompasiana.com, bahasa tidak formal cenderung kurang terstruktur dan kurang memperhatikan tata bahasa yang benar. Hal ini dapat menyebabkan generasi muda mengalami kesulitan dalam menulis atau berbicara dengan bahasa yang baik dan benar. Ketidakmampuan ini bukan hanya berdampak pada kemampuan komunikasi sehari-hari, tetapi juga pada prestasi akademik. Dalam ranah pendidikan, kemampuan untuk menggunakan bahasa Indonesia baku sangat penting, karena dapat memengaruhi cara siswa menyampaikan ide dan argumen secara jelas dan efektif. Lebih jauh lagi, kebiasaan menggunakan bahasa gaul dapat menciptakan jarak komunikasi antara remaja dengan orang dewasa atau dalam situasi formal lainnya. Remaja yang terbiasa dengan gaya bahasa santai mungkin merasa canggung atau tidak percaya diri ketika harus berbicara dengan senior, guru atau dosen. Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan komunikasi interpersonal yang diperlukan dalam dunia kerja maupun kehidupan sosial.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dibuat juga survei menggunakan metode kuantitatif melalui kuesinoer untuk mengetahui interferensi penggunaan bahasa gaul pada kalangan mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta, berikut data yang diperoleh dan telah dikumpulkan.
Hasil kuesioner yang melibatkan 23 mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa penggunaan bahasa gaul telah menjadi sesuatu yang sangat umum di kalangan remaja. Seluruh responden mengakui pernah mendengar dan menggunakan istilah bahasa gaul, menandakan bahwa bahasa ini telah mengakar kuat dalam komunikasi sehari-hari. Faktor utama yang memengaruhi fenomena ini adalah lingkungan pertemanan dan media sosial. Lingkungan pertemanan memberikan ruang bagi remaja untuk berekspresi secara bebas, menggunakan bahasa gaul sebagai simbol solidaritas dan identitas kelompok. Dalam pergaulan sehari-hari, bahasa gaul tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial yang berkembang. Media sosial juga memainkan peran signifikan dalam penyebaran bahasa gaul sebagai sarana utama bagi remaja untuk memperkenalkan dan mempopulerkan istilah-istilah baru. Kosakata seperti bucin, mager, sotoy, bokap, nyokap, japri, cmiiw, serta pansos muncul melalui tren viral, meme, atau konten populer yang beredar di media sosial. Proses adopsi ini sangat cepat, istilah yang baru muncul dapat dengan mudah menyebar luas dalam hitungan hari atau bahkan jam. Penggunaan bahasa gaul di media sosial juga memperkuat identitas digital para remaja, yang sering kali menggunakan istilah-istilah ini untuk menunjukkan keterkaitan dengan tren atau komunitas tertentu. Kosakata bahasa gaul yang paling sering digunakan oleh remaja Yogyakarta mencerminkan pola adaptasi dan kreativitas linguistik. Istilah seperti anjay dan njir merupakan modifikasi dari kata-kata kasar yang diubah menjadi lebih ringan dan dapat diterima dalam percakapan informal. Kata mager adalah bentuk singkatan dari malas gerak, yang menunjukkan kecenderungan untuk menyederhanakan ekspresi dan menciptakan efisiensi dalam berbahasa, hal ini memperlihatkan bagaimana bahasa gaul tidak hanya menambah warna dalam komunikasi, tetapi juga menjadi cerminan dari dinamika budaya pop yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjadi fenomena yang menarik. Bahasa gaul yang merupakan bentuk komunikasi informal yang sering digunakan oleh kelompok sosial tertentu sudah mengakar kuat dalam budaya remaja dan semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan media sosial, penting untuk merumuskan solusi yang dapat membantu menjaga keseimbangan antara penggunaan bahasa gaul dan bahasa Indonesia baku, terutama dalam situasi akademik.
Pertama-tama, pendidikan bahasa di sekolah-sekolah perlu diperkuat dengan pendekatan yang lebih komprehensif. Kurikulum harus dirancang sedemikian rupa agar siswa tidak hanya diajarkan tata bahasa dan kosakata formal, tetapi juga diberikan pemahaman tentang perbedaan antara bahasa gaul dan bahasa baku. Melalui pengajaran yang kontekstual, siswa dapat memahami kapan dan bagaimana menggunakan kedua bentuk bahasa tersebut secara efektif. Misalnya, dalam pelajaran bahasa Indonesia, guru dapat memperkenalkan istilah-istilah gaul yang populer di kalangan remaja dan menjelaskan padanan kata dalam bahasa formal. Dengan cara ini, remaja sebagai generasi penerus bangsa akan lebih mudah mengaitkan penggunaan bahasa gaul dengan kehidupan berbahasa di lingkungan sosial mereka tanpa mengabaikan keharusan untuk berkomunikasi dengan baik dalam situasi formal. Penting juga untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dalam upaya menjaga penggunaan bahasa yang baik. Sosialisasi mengenai pentingnya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia baku perlu dilakukan agar orang tua dapat memberikan contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Di sisi lain, media sosial sebagai platform komunikasi yang dominan di kalangan remaja harus dimanfaatkan secara positif. Kreativitas dalam menggunakan media sosial bisa diarahkan untuk mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia baku melalui konten-konten menarik seperti video edukatif atau kampanye tagar yang mendukung penggunaan bahasa yang baik. Dengan demikian, remaja dapat terinspirasi untuk mengekspresikan diri mereka tanpa kehilangan identitas budaya.
ADVERTISEMENT
Bahasa gaul di kalangan remaja Daerah Istimewa Yogyakarta merefleksikan dinamika budaya lokal dan global yang saling memengaruhi. Penggunaan bahasa tersebut tidak hanya mencerminkan identitas kelompok dan solidaritas sosial, tetapi menghadirkan tantangan dalam penggunaan bahasa Indonesia baku, khususnya di lingkungan akademik. Untuk menjaga keseimbangan ini, diperlukan kesadaran akan peran masing-masing ragam bahasa. Pendidikan dan lingkungan sosial harus mendorong remaja memahami ranah penggunaan bahasa formal dan informal. Bahasa gaul bukan sekadar tren, melainkan bagian dari ekspresi budaya yang jika dikelola dengan baik, dapat memperkaya komunikasi tanpa mengorbankan identitas bahasa resmi.
Daftar Pustaka:
Suratno. (2016). Bahasa Gaul dan Implikasinya terhadap Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(1), 23-34.
Kridalaksana, H. (1984). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
ADVERTISEMENT
Kridalaksana, Harimurti. (2001). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. (2009). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Wijana, I Dewa Putu. (2012). THE USE OF ENGLISH IN INDONESIAN ADOLESCENT'S SLANG. Humaniora, Vol. 24, No. 3, 315-323.
Alwi, Hasan. (2000). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Riadoh. (2021). Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja. EUNOIA (Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia). Vol. 1 (2), hal. 148-155.
Sumber referensi:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Slang. Diakses pada 29 November 2024, pukul 20.00 WIB, dari KBBI Daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/slang
Zidan, M. Dampak Penggunaan Bahasa Tidak Formal Bagi Generasi Muda. Kompasiana. Diakses pada 29 November 2024, pukul 21.15 WIB, dari https://www.kompasiana.com/muhammadzidan8228/649592ec4addee70855ca282/dampak-penggunaan-bahasa-tidak-formal-bagi-generasi-muda
ADVERTISEMENT