Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pendidikan: Alat untuk Keuntungan atau Jalan Menuju Kebebasan?
13 Desember 2024 16:40 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Fadhil Athallah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan salah satu tujuan utama yang membantu kenaikan dari peradaban manusia di seluruh dunia, pendidikan sendiri memiliki peran sebagai media untuk mewujudkan cita-cita kehidupan para bangsa. Di Indonesia, pendidikan sangat dilindungi dan diprioritaskan termasuk dalam anggaran pendapatan belanja negara atau APBN yang memiliki alokasi sebesar 20%, sebagaimana yang sudah diamanatkan pada undang-undang dasar 1945. Adanya hal ini menegaskan bahwa pendidikan bukanlah salah satu elemen yang bisa kita hiraukan tapi pendidikan ialah hal pokok sebagai pembangun sumber daya manusia yang unggul ke depannya. Namun, tujuan dari pendidikan sendiri sering kali didebatkan; apakah pendidikan semata-mata alat untuk mendapatkan keuntungan dalam perekonomian, atau bisakah ia menjadi jalan menuju kebebasan intelektual, sosial, serta emosional? Perdebatan ini membawa kita untuk merenungkan bagaimana cara pendidikan digunakan dan memaknai dalam masyarakat modern saat ini.
ADVERTISEMENT
Orientasi Ekonomi Dalam Pendidikan
Pendidikan kerap kali disangkut pautkan dengan suatu cara yang menciptakan keuntungan dalam ekonomi. Pada lingkup dunia, gelar akademik merupakan suatu tiket untuk meraih kehidupan yang lebih baik baik di dunia kerja maupun di kehidupan bersosial. Faktanya, data badan pusat statistik atau BPS pada tahun 2023 menegaskan bahwa tingkat pengangguran terbuka yang ada di Indonesia mencapai angka 5,45%. Hal ini tentu sangat mempengaruhi adanya pendidikan formal yang dipandang sebagai salah satu solusi untuk memperluas peluang kerja dan mengurangi tingkat pengangguran. Beberapa orang tua berinvestasi pada pendidikan anak-anaknya, berharap bahwa ijazah yang didapatkan dari pendidikan sedari dini dapat membuka jalan kestabilitas ekonomi di zaman yang mendatang. Lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi juga lebih mengarah pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan ke pasar kerja, menawarkan program-program yang dianggap relevan dengan tren ekonomi yang ada seperti teknologi informasi bisnis dan ilmu kesehatan.
ADVERTISEMENT
Tetapi, pendidikan juga dapat memiliki dampak yang tidak bisa diabaikan jika hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi. Proses belajar sering menjadi mekanis, yang hanya berfokus pada nilai, ujian, dan hasil akhir. Peserta didik jarang diajak untuk berpikir kritis tentang bagaimana pengetahuan mereka relevan terhadap kehidupan sehari-hari. Berdasarkan laporan program for International student assessment atau PISA tahun 2022 menetapkan Indonesia pada peringkat bawah dalam kemampuan siswa dalam literasi. Hal ini tentu menjadi himbauan bagi sistem pendidikan yang terlalu pragmatis hingga mengabaikan pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan memahami masalah yang mendalam.
Pendidikan Sebagai Jalan Menuju Kebebasan
Di sisi lain, pendidikan tentu memiliki potensi yang sangat besar bagi jalan menuju kebebasan. Pendidikan yang sejati bukan hanya memberikan keterampilan teknis atau secara teoritis tapi juga membebaskan manusia dari adanya kebodohan, penindasan, dan juga prasangka buruk. Filsuf pendidikan Paulo fire dalam bukunya yang berjudul pedagogi of The Operation menjelaskan bahwa pendidikan adalah salah satu proses pembebasan. Menurut friere, pendidikan harusnya menolong individu untuk mengenali struktur sosial yang kerap menindas dan mendorong mereka demi terciptanya sebuah perubahan. Di Indonesia, pemikiran ini tercetus dalam berbagai inisiatif pendidikan alternatif, seperti rumah baca Indonesia, yang menyediakan akses buku gratis serta pembelajaran kritis bagi masyarakat marginal.
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang bisa fokus pada orientasi kebebasan dapat mendorong kreativitas serta inovasi. Work intelektual property organization atau wipol telah melakukan penelitian yang menegaskan bahwa negara yang memiliki tingkat pendidikan kritis yang cukup tinggi cenderung lebih inovatif dan memiliki daya saing global yang kuat. Hal ini dikarenakan pendidikan yang bebas bukan hanya mengajarkan keterampilan teknis, tapi juga membantu membangun kemampuan untuk memecahkan masalah, berpikir out of the box, serta memahami konteks sosial dan budaya di lingkungan sekitar.
Dilema dan Integrasi Tujuan Pendidikan
Namun, dilema kerap muncul pada dunia pendidikan yang dianggap sebagai alat ekonomi dan dunia pendidikan yang menjunjung kebebasan dianggap saling bertentangan. Pendidikan yang terlalu fokus pada pragmatis dianggap melupakan nilai-nilai kemanusiaan, sedangkan pendidikan yang terlalu idealis juga dianggap tidak relevan dengan kebutuhan pasar. Hal ini tentu menjadi tantangan besar dalam membangun sistem pendidikan yang seimbang di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, kedua tujuan yang terlihat berbeda sebenarnya tetap dapat diintegrasikan. Pendidikan yang ideal merupakan pendidikan yang mampu atau sanggup memenuhi kebutuhan pasar kerja tanpa mengabaikan perkembangan karakter dan kemampuan untuk berpikir kritis. Sistem pendidikan yang ada di negara Finlandia mendorong siswa untuk belajar melalui beberapa proyek kolaboratif yang tentu relevan dengan kehidupan nyata mereka, sekaligus mengembangkan pemahaman tentang isu-isu global dan nilai-nilai kemanusiaan.
Di negara Indonesia, pendekatan semacam ini masih terus dikembangkan. Salah satu upaya yang harus kita apresiasi adalah program kampus merdeka, di mana program ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk belajar diluar lingkungan kampus dan terlibat dalam proyek sosial di masyarakat. Program ini membantu peserta didik untuk terus mengembangkan keterampilan praktis sekaligus memperluas wawasan mereka tentang bagaimana peran pendidikan dapat mereka tekuni di kehidupan bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Masa Depan Pendidikan; Visi dan Tantangan
Pada akhirnya, pertanyaan tentang apakah pendidikan sebaiknya dijadikan alat untuk mencapai keuntungan atau jalan menuju kebebasan bergantung pada bagaimana cara kita memandang esensi suatu pendidikan itu sendiri. Jika pendidikan hanya dipandang sebagai sarana untuk mendapatkan pekerjaan atau kekayaan maka pendidikan hanya akan menjadi alat pragmatis yang kehilangan makna dalamnya. Sebaliknya jika pendidikan digunakan untuk mendalami pemahaman diri sendiri dan dunia secara luas maka akan menjadi suatu kekuatan yang membebaskan individu dari ketidakadilan dan kebodohan.
Pendidikan bukan hanya apa yang kita dapat cari selama bertahun-tahun, tetapi juga bagaimana cara kita menggunakan pendidikan tersebut untuk membangun dunia menjadi lebih baik lagi. Di tengah keberadaan tantangan global seperti ketimpangan sosial, perubahan iklim, serta krisis pada demokrasi, harus terjadi sebuah upaya dari sistem pendidikan yang bukan hanya mencetak pekerja tapi juga pemimpin yang harus visioner dan kritis. Pertanyaan yang tersisa adalah, apakah kita siap untuk melihat pendidikan yang dipandang sebagai lebih dari alat?
ADVERTISEMENT
Dengan menetapkan tujuan pendidikan, kita bisa berupaya untuk membangun sistem yang lebih inklusif serta berorientasi pada perkembangan manusia yang seutuhnya. Melalui pendidikan, kita bukan hanya meraih keuntungan ekonomi semata, tetapi juga menciptakan kebebasan yang hakiki bagi diri kita dan masyarakat luas. Karena sejatinya anak yang di sekolahkan oleh orang tua bukanlah sebuah alat untuk menghasilkan kekayaan semata.
Muhammad Fadhil Athallah, mahasiswa Ilmu Ekonomi UGM.