Konten dari Pengguna

Memahami Teknologi Melalui Lensa Antropologi

Jonson Handrian Ginting
Dosen Departemen Antropologi Universitas Andalas dan Peneliti di Bidang Sosial dan Budaya
20 Agustus 2024 10:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Virtual Reality (VR), salah satu bentuk perkembangan teknologi saat ini (Sumber: Bradley Hook/ Pixels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Virtual Reality (VR), salah satu bentuk perkembangan teknologi saat ini (Sumber: Bradley Hook/ Pixels.com)
ADVERTISEMENT
Teknologi kini mendominasi hampir semua aspek kehidupan kita, dari cara kita berkomunikasi hingga bagaimana kita bekerja dan berpikir. Namun, melihat teknologi dari sudut pandang antropologi memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat, tetapi juga sebagai elemen yang membentuk dan dipengaruhi oleh budaya. Dengan memahami teknologi melalui lensa antropologi, kita dapat lebih baik menghargai interaksi kompleks antara teknologi dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, mari kita eksplorasi bagaimana teknologi membentuk identitas budaya. Bayangkan sebuah komunitas yang baru saja memperkenalkan smartphone dalam kehidupan sehari-hari mereka. Teknologi ini bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga simbol status sosial. Di beberapa budaya, memiliki perangkat teknologi terbaru dapat menunjukkan kekayaan atau kemajuan. Ini terlihat jelas dalam fenomena seperti media sosial, di mana tidak hanya fungsi komunikasi yang penting, tetapi juga bagaimana penyampaian identitas dan status dilakukan melalui platform ini.
Dalam perspektif antropologi, fenomena ini dijelaskan dengan konsep simbolisme teknologi. Teknologi sering kali digunakan untuk menegaskan identitas dan status sosial. Misalnya, seseorang yang memposting foto dengan gadget terbaru atau berlibur ke destinasi eksklusif sering kali mendapat pengakuan sosial. Ini mencerminkan pandangan yang disampaikan oleh Clifford Geertz dalam bukunya "The Interpretation of Cultures," di mana teknologi berfungsi sebagai simbol dalam sistem budaya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, mari kita lihat bagaimana teknologi dapat mengubah struktur sosial. Sebagai contoh, revolusi digital telah mempengaruhi cara kita berinteraksi dan bekerja. Media sosial dan aplikasi komunikasi telah menciptakan ruang baru untuk interaksi sosial, yang sering kali melampaui batasan geografis. Hal ini sejalan dengan argumen Michael J. B. Smith dalam "Technology and Culture: The Meeting of Two Worlds," yang menyatakan bahwa teknologi dan budaya saling mempengaruhi satu sama lain secara dinamis.
Namun, perubahan ini tidak selalu bersifat positif. Penggunaan teknologi sering kali menciptakan jurang antara mereka yang memiliki akses ke teknologi canggih dan mereka yang tidak. Misalnya, dalam beberapa komunitas, terutama di negara berkembang, akses terbatas ke teknologi dapat memperburuk ketidaksetaraan sosial dan ekonomi. Teknologi, dalam hal ini, berfungsi sebagai alat untuk memperkuat perbedaan sosial yang ada, bukan menyatukan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Contoh lain yang menarik adalah bagaimana masyarakat adat mengadopsi teknologi. Misalnya, di Amazon, teknologi pertanian modern diperkenalkan kepada masyarakat adat dengan cara yang memodifikasi praktik tradisional mereka. Ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat diadaptasi untuk sesuai dengan konteks budaya lokal. David S. Wilkerson dalam "Indigenous Technologies and Cultural Transformation" menjelaskan bahwa adopsi teknologi sering melibatkan penyesuaian untuk mempertahankan harmoni dengan budaya lokal, dan bukan sekadar penerimaan langsung dari teknologi luar.
Proses ini memperlihatkan bahwa teknologi tidak selalu diterima secara seragam di seluruh dunia. Adaptasi teknologi sering melibatkan penyesuaian dengan cara hidup dan nilai-nilai lokal. Ini mencerminkan dinamika interaksi antara teknologi dan budaya, di mana teknologi sering kali diubah untuk memenuhi kebutuhan dan nilai-nilai lokal.
ADVERTISEMENT
Terakhir, mari kita eksplorasi bagaimana teknologi mempengaruhi hubungan sosial dan informasi. Dalam era digital, kita tidak hanya berkomunikasi melalui teknologi, tetapi juga membentuk jaringan sosial dan identitas kita melalui platform tersebut. Buku "The Social Life of Information" oleh John Seely Brown dan Paul Duguid menyoroti bagaimana teknologi informasi mengubah cara kita bekerja, berkomunikasi, dan membangun hubungan sosial.
Namun, dari perspektif yang lebih luas, teknologi informasi juga menciptakan tantangan baru dalam hal privasi dan keamanan data. Misalnya, dengan semakin banyaknya informasi pribadi yang dibagikan di media sosial, individu sering kali menghadapi risiko terkait privasi dan pengawasan. Ini menunjukkan bahwa teknologi tidak hanya berfungsi untuk memfasilitasi komunikasi, tetapi juga menciptakan masalah baru yang perlu diatasi.
ADVERTISEMENT
Dalam melihat teknologi dari perspektif antropologi, kita mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana teknologi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh budaya. Teknologi bukan hanya alat yang kita gunakan, tetapi juga elemen yang membentuk identitas sosial dan budaya kita. Dari simbolisme teknologi dalam identitas budaya hingga dampak transformasi sosial dan adaptasi dalam konteks lokal, teknologi memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat kita.
Dengan memahami teknologi melalui lensa antropologi, kita dapat lebih menghargai kompleksitas hubungan antara teknologi dan budaya. Ini juga membantu kita untuk merumuskan kebijakan teknologi yang lebih inklusif dan sensitif terhadap konteks budaya. Teknologi dapat menjadi kekuatan positif dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan, tetapi juga memerlukan perhatian dan pertimbangan yang matang dalam penerapannya.
ADVERTISEMENT