Konten dari Pengguna

Relevansi Ilmu Antropologi dalam Membaca Kasus Kriminal

Jonson Handrian Ginting
Dosen Departemen Antropologi Universitas Andalas dan Peneliti di Bidang Sosial dan Budaya
7 Agustus 2024 16:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Penjara dampak Kriminal (https://pixabay.com/id/photos/pengacara-pembela-840062/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penjara dampak Kriminal (https://pixabay.com/id/photos/pengacara-pembela-840062/)
ADVERTISEMENT
Ilmu antropologi, yang mempelajari manusia dan budaya, memiliki peran penting dalam memahami kasus kriminal. Pendekatan antropologis tidak hanya melihat kejahatan dari sudut pandang hukum atau psikologi, tetapi juga memperhatikan konteks sosial dan budaya di mana kejahatan itu terjadi. Tindakan kriminal sering kali tidak bisa dipisahkan dari lingkungan sosial dan budaya yang membentuk individu dan komunitas. Oleh karena itu, untuk benar-benar memahami fenomena kriminal, kita perlu menggali lebih dalam bagaimana norma, nilai, dan praktik budaya mempengaruhi perilaku yang menyimpang.
ADVERTISEMENT
Dengan melakukan penelitian lapangan, antropolog bisa mengamati interaksi sosial di dalam komunitas dan bagaimana faktor-faktor seperti kelas sosial, etnisitas, dan gender memengaruhi perilaku kriminal. Misalnya, dalam studi tentang kekerasan di masyarakat, antropolog mungkin menemukan bahwa kekerasan itu berkaitan erat dengan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang dialami oleh kelompok tertentu. Dalam konteks ini, kekerasan tidak hanya dilihat sebagai tindakan individu, tetapi juga sebagai respons terhadap kondisi sosial yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Selain itu, antropologi memberikan perspektif berharga dalam memahami dinamika kekuasaan yang ada dalam kasus kriminal. Penelitian antropologis dapat mengungkap bagaimana struktur kekuasaan di dalam masyarakat mempengaruhi akses individu terhadap keadilan. Misalnya, dalam masyarakat yang sangat hierarkis, individu dari kelompok yang lebih rendah mungkin merasa terpinggirkan dan memiliki sedikit akses ke sistem peradilan. Dengan demikian, antropologi dapat membantu kita memahami ketidakadilan dalam sistem hukum dan memberikan wawasan tentang bagaimana sistem tersebut dapat diubah untuk menciptakan keadilan yang lebih baik.
Antropologi juga mengajarkan pentingnya mendengarkan suara individu yang terlibat dalam kasus kriminal. Dalam banyak penelitian, antropolog berusaha untuk mendengarkan cerita individu yang terlibat dalam tindakan kriminal, baik sebagai pelaku, korban, maupun saksi. Dengan cara ini, kita dapat mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengalaman dan perspektif mereka. Seseorang yang terlibat dalam kejahatan mungkin memiliki latar belakang yang rumit, seperti pengalaman trauma atau pengabaian, yang mempengaruhi pilihan hidup mereka. Dengan memahami konteks ini, kita dapat mengembangkan pendekatan yang lebih manusiawi dalam menangani isu kriminal.
ADVERTISEMENT
Pendekatan antropologis juga bermanfaat dalam pengembangan program pencegahan kejahatan. Dengan memahami faktor-faktor budaya dan sosial yang berkontribusi pada perilaku kriminal, pembuat kebijakan dapat merancang intervensi yang lebih efektif. Misalnya, program pencegahan yang melibatkan keterlibatan komunitas dan penguatan norma sosial positif dapat membantu mengurangi tingkat kejahatan. Dalam hal ini, antropologi berfungsi sebagai jembatan antara ilmu sosial dan praktik kebijakan, memberikan wawasan yang diperlukan untuk merancang solusi yang lebih berkelanjutan.
Lebih jauh, penting untuk menyadari bahwa antropologi juga memberikan perspektif kritis terhadap sistem peradilan pidana itu sendiri. Melalui pendekatan antropologis, kita dapat mengkritisi bagaimana praktik-praktik hukum dan kebijakan penegakan hukum tidak selalu mencerminkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan. Misalnya, penelitian antropologis telah mengungkapkan bagaimana sistem penjara sering kali mereproduksi ketidakadilan sosial dan diskriminasi rasial. Dengan pemahaman ini, kita dapat mendorong reformasi sistemik yang lebih baik dalam sistem peradilan.
ADVERTISEMENT
Antropologi juga berperan dalam memahami fenomena kriminal yang bersifat global, seperti perdagangan manusia, narkoba, dan terorisme. Di era globalisasi, banyak tindakan kriminal tidak terbatas pada batas-batas negara. Dengan demikian, pendekatan antropologis yang mempertimbangkan interaksi antara budaya, politik, dan ekonomi di berbagai negara dapat memberikan wawasan yang lebih komprehensif tentang fenomena-fenomena ini. Melalui penelitian lintas budaya, antropologi dapat membantu kita memahami bagaimana tindakan kriminal dipengaruhi oleh faktor-faktor global, seperti kebijakan perdagangan internasional, migrasi, dan ketidakadilan ekonomi.
Kesimpulannya, relevansi ilmu antropologi dalam membaca kasus kriminal sangatlah luas dan mendalam. Dengan pendekatan yang holistik dan sensitif terhadap konteks sosial dan budaya, antropologi memberikan wawasan yang diperlukan untuk memahami perilaku kriminal secara lebih menyeluruh. Dari analisis norma dan nilai budaya hingga kritik terhadap sistem peradilan pidana, antropologi menawarkan alat penting untuk mengatasi isu-isu kompleks terkait kejahatan. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan kriminal, kita dapat merancang solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan aman. Dengan demikian, mengintegrasikan perspektif antropologis dalam studi kasus kriminal tidak hanya memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang perilaku menyimpang, tetapi juga membuka jalan bagi perubahan sosial yang lebih positif.
ADVERTISEMENT