Konten dari Pengguna

Prasasti Batu Gong Rambipuji: Jejak Peradaban Kuno di Nusantara

Muhammad Yusron
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Jember
16 Oktober 2023 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Yusron tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prasasti Batu Gong (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Prasasti Batu Gong (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
Pada masa sebelum adanya tulisan daerah Jember telah didiami oleh penduduk. Hal ini dapat diketahui dengan banyaknya situs-situs benda cagar budaya yang ditemukan di Jember seperti dolmen, menhir, sarkofagus, waruga, dan batu kenong. Daerah-daerah yang terdapat benda-benda di era megalitikum itu adalah Situs Klanceng dan Situs Duplang di Desa Kamal Kecamatan Arjasa, Desa Tegalwaru Kecamatan Mayang, Situs Seputih di Desa Seputih Kecamatan Mayang, Situs Srino di Desa Sukosari Kecamatan Sukowono, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Arkeolog M.M. Sukarto Karto Atmodjo berpendapat bahwa daerah Jember merupakan daerah topographia sacra, yakni daerah hunian yang mempunyai tempat sakral atau suci. Dengan demikian membuktikkan bahwa masyarakat Jember sejak zaman dulu mempunyai kemampuan local genius yang tinggi serta selanjutnya menjadi local development. Banyak arkeolog Belanda yang meneliti mengenai zaman prasejarah di Jember seperti salah satunya Dr. W.F. Stutterheim dalam tulisannya yang berjudul “Oundheidkondige Aanteekeningen No. XLVI” dengan sub judul “de Oudste Insceriptie van Oost Java” yang meneliti Prasasti Batu Gong di bawah bukit kecil di pinggir jalan raya Desa Kaliputih, Kecamatan Rambipuji.
Banyaknya situs atau prasasti yang bernama “Batu Gong” yang ditemukan diberbagai daerah di Indonesia seperti Malang, Cirebon, Jambi, Sumbawa, dan lainnya. Prasasti-prasasti dan artefak itu semuanya berbentuk batu gong utuh. Sedangkan yang berada di Desa Kaliputih, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember lebih menyerupai batu persegi dan di bagian sisi berbentuk gong, akan tetapi dengan bulatan yang tidak halus sebab ada kemungkinan dipotong atau patah. Penamaan Batu Gong karena bagian atas batu alam yang besar terdapat sebuah bulatan yang berbentuk gong.
ADVERTISEMENT
Sejarawan M.M. Sukarto Karto Atmodjo berpendapat bahwa Prasasti Batu Gong merupakan peninggalan di era Neolitikum yang banyak melahirkan kebudayaan Megalitikum. Penggunaan batu sebagai kelengkapan dari ritual prasejarah yang selanjutnya diteruskan pada Masa Hindu. Hal ini dibuktikan sebab di bagian samping terdapat tulisan dengan huruf Pallawa yang berbunyi “Parvvateswara” yang berarti “Dewa Gunung” atau “Raja Gunung”. Dalam suatu penelitian atas prasasti yang ditemukan di Desa Kaliputih, Kecamatan Rambiputi ini, arkeolog Dr. W.F. Stutterheim berpendapat bahwa Prasasti Batu Gong Rambipuji merupakan prasasti tertua di Jawa Timur yang diperkirakan pada abad VI Masehi.
Batu Gong ini terbuat dari bahan batu kali (andesit) yang keras dan didapatkan di daerah itu. Pada awalnya keberadaan prasasti ini di bukit kecil di sebelah barat jalan raya, kemudian untuk mendapatkan bentuk asli dari batu ini maka kemudian digali dengan kedalaman lebih dari satu meter pada sekeliling batu. Pada tahun 1933 Dr. W.F. Stutterheim banyak melakukan penelitian arkeologi di Indonesia. Dari hasil penelitiannya, diperkirakan tonjolan pada Prasasti Batu Gong ini sebagai Lingga. Tonjolan dalam batu itu oleh Dr. W.F. Stutterheim diartikan sebagai sisa kerucut yang awalnya adalah sebuah Lingga yang dipotong seperti memotong nasi tumpeng.
ADVERTISEMENT
Huruf yang terdapat di dalam Prasasti Batu Gong memiliki kesamaan dengan Prasasti Dinoyo tahun 760 Masehi di Malang, yang dimana Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan pada masa Raja Gajayana berasal dari Abad ke-8 Masehi. Hurufnya juga tidak berbeda dengan prasasti peninggalan Raja Sanjaya dari Mataram Lama yaitu Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi. Prasasti Batu Gong memiliki kelas yang sama dengan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara seperti Prasasti Yupa pada masa Kerajaan Kutai. Tidak berbeda pula dengan Prasasti Mentyasih dan Prasasti Toek Mas di Jawa Tengah yang berasal sekitar tahun 650 Masehi.
Dari keterangan di atas, Prasasti Batu Gong diperkirakan berasal antara tahun 650-732 Masehi. Prasasti Batu Gong berukuran panjang 218 cm, lebar 180 cm dengan tinggi 120 cm. Penemuan Prasasti Batu Gong ini menunjukkan bahwa pada abad V atau VII Masehi di sekitar daerah ini sudah terdapat pemukiman yang relatif ramai. Keterangan mengenai siapa yang membuat atau meletakkan batu tersebut di lokasi ini masih menjadi pertanyaan besar. Belum ada keterangan yang menjelaskan lebih rinci dan mendalam tentang Prasasti Batu Gong ini.
ADVERTISEMENT