Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Masuknya Agama Islam di Asia Tenggara
31 Maret 2024 13:53 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Yusron tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asia Tenggara merupakan tempat tinggal bagi penduduk Muslim terbesar di dunia. Agama Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Selain itu, minoritas Muslim dapat ditemukan di Burma (Myanmar), Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Secara geografis, kawasan Asia Tenggara merupakan tempat yang unik dan menarik bagi perkembangan agama-agama dunia, sehingga hampir seluruh agama terutama agama besar pernah singgah dan mendapat pengaruh di beberapa tempat di kawasan ini, termasuk agama Islam. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa penduduk Muslim terbesar ada di kawasan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Islam biasanya dibuktikan dengan melihat peninggalan sejarah seperti prasasti, batu bertulis, batu nisan, dan lain-lain. Dari bukti inilah kemudian di perkirakan awal kedatangan Islam di suatu tempat tertentu. Kedatangan Islam di suatu tempat tidak selalu berarti bahwa masyarakat setempat telah menganut Islam. Konversi Islam suatu masyarakat seringkali berselang waktu kurang lebih setengah abad dengan kedatangan Islam itu sendiri. Sedangkan Islamisasi adalah suatu proses panjang yang berlangsung selama berabad-abad bahkan sampai sekarang yang selain mengandung arti mengajak untuk memeluk Islam juga mengandung arti upaya pemurnian Islam dari unsur-unsur kepercayaan non-Islam serta berusaha agar Islam dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan, yang mencakup ritual keagamaan, ekonomi, sosial-budaya, politik, hukum, dan pemerintahan.
Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang berlangsung selama berabad-abad. Penyebaran Islam di kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik atau bukan melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan politik atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma masyarakat dari luar negeri. Melainkan Islam masuk melalui jalur perdagangan, perkawinan, dakwah, dan pembauran masyarakat Muslim Arab, Persia, dan India dengan masyarakat pribumi. Tabiat Islam seperti itu diakui oleh banyak pengamat atau “orientalis” lainnya di masa lalu, di antaranya Thomas W. Arnold.
ADVERTISEMENT
Dalam buku klasiknya, The Preaching of Islam, Arnold menyimpulkan bahwa penyebaran dan perkembangan historis Islam di Asia Tenggara berlangsung secara damai. Azyumardi menambahkan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara berbeda dengan ekspansi Islam di banyak wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut Fath atau Futuh, yakni pembebasan yang dalam praktiknya sering melibatkan kekuatan militer. Walaupun futuh di kawasan-kawasan yang disebutkan terakhir ini tidak selamanya berupa pemaksaan penduduk setempat untuk memeluk Islam. Sebaliknya, penyebaran Islam di Asia Tenggara tidak pernah disebut sebagai futuh yang disertai kehadiran kekuatan militer.
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia Tenggara tidak berada dalam satu waktu yang bersamaan, tetapi berlangsung selama berabad-abad, dan tidak merata di seluruh tempat. Kondisi wilayah-wilayah di Asia Tenggara pada saat itu berada dalam situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Misalnya, pada paruh kedua abad ke-13 M, para penguasa di Sumatera Utara (di Aceh yag sekarang ini) sudah menganut agama Islam. Pada saat yang sama hegemoni politik di Jawa Timur masih di tangan raja-raja beragama Syiwa dan Buddha di Kediri dan Singasari. Ibu kota majapahit, yang pada abad ke-14 sangat penting, pada waktu itu belum berdiri. Begitu juga dengan kerajaan Islam Demak baru berdiri bersamaan dengan melemahnya kekuasan Majapahit. Oleh karena itu tidaklah mudah untuk menjawab “kapan, dimana, mengapa, dan dalam bentuk apa” agama Islam menimbulkan dampak pada masyarakat Asia Tenggara untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Banyak peneliti yang menyatakan bahwa agama Islam telah datang ke Asia Tenggara sejak abad pertama hijriah (7 M), seperti yang diyakini oleh Arnold. Ia mendasarkan argumennya kepada sumber-sumber China yang menyebutkan bahwa menjelang akhir perempatan ketiga abad ke-7 seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah permukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Sebagian orang-orang Arab ini dilaporkan melaksanakan perkawinan dengan wanita lokal, sehingga nukleus sebuah komunitas Muslim yang terdiri dari orang-orang Arab pendatang dan penduduk lokal. Menurut Arnold anggota-anggota komunitas Muslim ini juga melaksanakan kegiatan-kegiatan penyebaran agama Islam. Pendapat yang sama juga ditegaskan oleh J.C. Van Leur bahwa koloni-koloni Arab Muslim sudah ada di barat laut Sumatera, yaitu Barus daerah penghasil kapus barus yang terkenal sejak tahun 674 M. Pendapatnya ini didasarkan pada cerita perjalanan para pengembara yang sampai ke wilayah Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Catatan China juga menyebutkan bahwa di masa dinasti Tang, tepatnya pada abad ke-9 dan 10 M, orang-orang Ta-Shih sudah ada di Kanton (Kan-fu) dan Sumatera. Ta-Shih merupakan sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia, yang ketika itu sudah jelas menjadi Muslim. Terjalinnya hubungan dagang yang bersifat internasional antara negara-negara di Asia bagian barat dan timur disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah pemerintahan Bani Umayyah di bagian barat dan kerajaan China pada zaman dinasti Tang di Asia bagian timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.
Referensi
Helmiati. (2014). Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU.