Konten dari Pengguna

NEET VS Indonesia Emas 2045

Maichel Firmansyah
Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang
26 Agustus 2024 15:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maichel Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
istock
zoom-in-whitePerbesar
istock
ADVERTISEMENT
Neet akronim pemberian penyebutan bagi anak muda yang merupakan kelompok tidak sekolah, bekerja atau ikut pelatihan (not In education, employment or training). Neet tergolong kepada penduduk muda yang berusia 15-24 tahun yang jika di kategorikan mereka termasuk kepada gen Z. Sedang tidak melakukan apa-apa dan termasuk kelompok paling banyak waktu luangnya.
ADVERTISEMENT
Penduduk usia muda termasuk ke dalam angka yang relatif besar, bahkan penduduk usia muda lebih mendominasi proporsi penduduk di Indonesia. Hal itu membuat disisi lain Indonesia diuntungkan dan disisi lain juga akan dirugikan. Untung dan rugi akan dipengaruhi oleh kinerja dan perhatian pemerintah kepada anak muda. Kesenjangan yang curam dan kurangnya dukungan negara akan jadi langkah buruk bagi perkembangan Indonesia ( Beta, A. R. 2021). Maka Optimalisasi kepada neet dengan dukungan negara akan memberikan angin segar untuk menuju Indonesia emas 2045. Tanpa adanya persiapan yang baik pada penduduk usia muda yang berada di masa produktif, maka negara Indonesia akan dirugikan.
Pada tahun 2020, misalnya, orang Indonesia berusia 20-39 tahun yang mengenyam pendidikan di universitas jumlahnya kurang dari 15% akibat ketimpangan ekonomi yang juga diperparah oleh terbatasnya bantuan beasiswa kuliah. Mulai naiknya angka biaya pendidikan di universitas negeri, membuat kesempatan anak muda untuk melanjutkan pendidikan semakin terbatas dan minim. Negara harus mendukung anak muda sebagai pioner menuju Indonesia maju, memprioritaskan pada perkembangan karakter, kognitif dan keterampilan.
ADVERTISEMENT
Sebuah kutipan dari Nelson mandela “pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat anda gunakan untuk mengubah dunia”. Pendidikan dikenal dapat membuat seseorang menjadi berubah (change behavior), karena pendidikan tidak hanya transfer pengetahuan, akan tetqpi juga proses pembentukan budaya. Mengubah Indonesia menjadi negara adikuasa dunia dengan prediksi The International Monetary Fund (IMF), pada 2045, Indonesia akan menjadi negara ke-4 dengan ekonomi terbesar di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, dimulai dengan berbagai upaya.
Berbagai upaya itu dapat dilihat dari apa yang telah dilakukan pemerintah, dari hilirisasi SDA, ekonomi digital, sektor pangan, hingga pariwisata dan ekraf. Semua yang dijalankan adalah katalisator bagi kemajuan Indonesia menuju negara maju. Bagaimana upaya hilirisasi dilakukan seperti pada nikel atau kelapa sawit, ekonomi digital dengan starup yang hingga kini berjumlah 2.321 yang terbesar ke-enam di dunia (Erik Thohir, 2022). Sektor pangan lewat program makmur yang dilakukan dan revitalisasi industri lainnya. Kemudian , pariwisata dan ekraf dengan mengoptimalkan pariwisata domestik. Pada dasarnya, sasaran pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dapat dilihat dari sudut pandang materil, terletak pada peningkatan produksi negara yaitu SDA dan menambah nilai suatu barang (produksi) sekaligus pemagaatan teknologi. Maka ada yang tertinggal dari apa yang dilakukan hari ini, yaitu revitalisasi sumber daya manusia dengan pendekatan pendidikan, yaitu pembangunan bukan pada perspektif konstruksi produk/barang tetapi manusia. Mempersiapkan Indonesia emas tidak hanya bisa dilakukan dengan optimalisasi pada produk/barang, akan tetapi orang yang akan mengelola dan melakukan pekerjaannya juga mesti di optimalkan. Pengoptimalan bukan hanya fokus sebagai pekerja, akan tetapi pemikir.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan yang terjadi pada struktur sosial masyarakat, dengan rentannya masyarakat menengah ke bawah untuk termarjinalkan, maka negara harusnya hadir di sana sebagai institusi yang menjamin rakyatnya. Memberikan kesempatan dan mendukung masyarakat untuk dapat berdaya dan mencerdaskan, sesuai dengan apa yang di amanahkan UUD 1945. Akan tetapi, mulai naiknya angka/biaya pendidikan di perguruan tinggi hingga 500%, dan pernyataan bahwa pendidikan adalah kebutuhan tersier, maka berbanding terbalik dengan apa yang seharusnya dilakukan negara. Semestinya, pemerintah hadir saat rakyatnya mengalami kesulitan ekonomi, pasar global yang semakin terbuka, dan daya saing yang membuat kelompok rentan terpinggirkan.
Pemerintah mendukung agenda Indonesia emas 2045 tidak hanya dengan dibangunnya perusahaan, hilirisasi, makan gratis dan bantuan tunai, akan tetapi menjamin pendidikan bagi anak muda adalah bentuk dari hadirnya negara bagi masyarakat. Karena pendidikan menjadi senjata paling ampuh untuk mobilisasi masyarakat menegah ke bawah untuk merubah nasibnya menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Pemerintah ikut andil menggapai cita-cita Indonesia emas 2045, dengan telah diluncurkannya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 guna mewujudkan visi “Indonesia Emas 2045”. Akan tetapi, fokus tersebut tentu harus mampu menjawab semua kebutuhan anak muda dan tantangan zaman. Kebutuhan pendidikannya untuk dapat mengaktualisasikan diri mereka kauwlah muda merupakan titik sentrum paling krusial demi menyosong masa depan Indonesia emas yang cemerlang.
Secara harfiah, ketika membangun suatu bangunan, maka pondasi menjadi tempat tumpuan untuk dapat membuat suatu bangunan menjadi kuat dan kokoh, anak muda ibaratkan pondasi, dalam membangun Indonesian maka pondasi ini mesti dibentuk dan dibangun sekuat mungkin agar tidak goyah dan roboh oleh gempa, banjir, longsor dan lainnya. Maka pertanyany, apakah pondasi Indonesia, maka jawabannya tentu anak muda. Sudahkah anak muda diprioritaskan, di bangun dengan sungguh-sungguh dan cekatan. Merilis data dari Portal data Kemdikbudristek (2023) bahwa angka anak putus sekolah sebanyak 45.047 jiwa. Artinya masih banyak anak muda yang tidak mendapatkan pendidikan yang cukup.
ADVERTISEMENT
Angka pengangguran dari kalangan anak muda di Indonesia ijuga menyumbang angka yang cukup tinggi. karakteristik tingkat pengangguran terbuka (TPT) mayoritas pengangguran di Indonesia didominasi oleh Generasi Z (Gen Z). Penduduk usia dengan rata-rata 15-24 tahun itu menyumbang 19,40 persen dari total pengangguran 7,86 juta orang. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk periode Agustus 2023, sebanyak 9,9 juta atau nyaris 10 juta anak muda usia 15-24 tahun di Indonesia masih menganggur.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa anak muda masih belum mendapat kesempatan dan perhatian yang serius dari pemerintah. Minimnya lapangan pekerjaan, membuat anak muda sulit untuk mengaktualisasikan dirinya untuk mandiri dalam ekonomi. Naiknya UKT pada perguruan tinggi yang berstatus PTN-BH juga memperkecil kesempatan anak muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi. Apakah pemerintah merawat kebodohan dan memperkecil kesempatan Indonesia emas 2045 terwujud. Maka ini harus direnungan kita bersama. Optimisme dan pesimisnya kesempatan untuk memanfaatkan bonus demografi menuju Indonesia emas 2045 akan ditentukan dari pemerintahan yang berjalan.
ADVERTISEMENT