Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Benteng Kedung Cowek : Warisan Kolonial dan Perjuangan Arek Suroboyo
27 November 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Mustofa Bamal Barqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Benteng Kedung Cowek adalah salah satu peninggalan kolonial Belanda yang berada di Surabaya, Jawa Timur. Benteng ini memiliki peran penting dalam Perang 10 November 1945. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1900 di pesisir Kenjeran sebagai sistem pertahanan Hindia Belanda untuk melindungi Pelabuhan Tanjung Perak dan Surabaya dari serangan musuh.
ADVERTISEMENT
Sejarah Benteng Kedung Cowek
Benteng Kedung Cowek terletak di sisi timur Jembatan Suramadu. Masyarakat sekitar biasa menyebutnya sebagai "Gudang Peluru" karena berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan meriam pasukan Belanda. Berdasarkan cetak biru yang ditandatangani oleh Kapten Zeni J.C. Proper, benteng ini mulai dirancang dan dibangun pada tahun 1900. Benteng ini merupakan benteng terbesar yang mengelilingi Surabaya-Gresik dan dibangun di atas tanah seluas 71.876 m².
Sekitar tahun 1901, Benteng Kedung Cowek mulai tampak bentuknya. Setelah selesai dibangun, benteng ini dijadikan tempat pertahanan Belanda sekaligus lokasi penyimpanan peluru dan meriam. Dana sebesar 5 juta gulden disiapkan untuk pengadaan meriam yang diharapkan mampu menjaga dan mempertahankan perdamaian Benteng Kedung Cowek dari serangan asing.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Benteng Kedung Cowek menjadi perdebatan karena dianggap sangat penting dalam tiga aspek, yaitu:
1. Ekonomi: Benteng ini sangat penting untuk melindungi Pelabuhan Surabaya, yang merupakan akses utama perdagangan.
2. Militer: Surabaya merupakan pangkalan laut militer terbesar pada zaman Hindia Belanda.
3. Geografis: Surabaya berada di lokasi strategis yang sempit, sehingga dimanfaatkan oleh Belanda untuk memperlambat serangan musuh dengan menghadapi benteng di sebelah kanan dan kiri sebelum mencapai pusat kota.
Saat benteng berhasil dikuasai oleh Jepang, militer Dai Nippon memanfaatkan benteng ini untuk memperkuat pertahanan dari serangan musuh. Setelah Jepang kalah, Belanda berniat menguasai kembali benteng ini, tetapi benteng sudah menjadi tempat pertahanan Pasukan Sriwijaya.
Pasukan Sriwijaya adalah kelompok tentara yang terdampar di Surabaya. Mereka berasal dari Sumatra, seperti Tapanuli, Aceh, dan Deli Serdang, dan membantu arek-arek Suroboyo dalam perang melawan Sekutu pada 10 November 1945. Sebelumnya, pasukan Jepang yang berjumlah sekitar 400 tentara eks-Heiho dibawa ke Morotai untuk menghadapi pasukan Amerika.
ADVERTISEMENT
Ketika Jepang mengalami kekalahan, pasukan ini hendak kembali ke Sumatra tetapi terdampar di Surabaya. Mereka kemudian diajak bergabung untuk membantu arek-arek Suroboyo. Sebagian dari pasukan ini gugur di Benteng Kedung Cowek karena serangan bombardir Sekutu dari laut dan udara.
Kesimpulan
Benteng Kedung Cowek merupakan peninggalan sejarah penting di Surabaya yang memiliki nilai strategis dalam aspek ekonomi, militer, dan geografis. Dibangun oleh Belanda pada awal abad ke-20, benteng ini berfungsi sebagai sistem pertahanan untuk melindungi Pelabuhan Tanjung Perak dan Surabaya dari ancaman musuh.
Meski kini tak lagi digunakan secara militer, Benteng Kedung Cowek tetap menjadi monumen penting yang mengingatkan kita akan peran besar Surabaya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Benteng ini tidak hanya menyimpan cerita sejarah, tetapi juga menjadi simbol ketangguhan dan keberanian bangsa dalam menghadapi penjajahan.
ADVERTISEMENT