Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menelusuri Ancaman Malaria Zoonosis yang Meningkat di Asia Tenggara
28 Juli 2024 10:23 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rita Maliza, PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia, yang dikenal karena keanekaragaman hayati dan lahan pertaniannya yang luas, menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin mendesak, salah satunya malaria zoonosis. Jenis malaria ini, yang disebabkan oleh Plasmodium knowlesi, ditularkan dari monyet ke manusia melalui vektor nyamuk, terutama yang termasuk dalam kelompok Anopheles leucosphyrus.
ADVERTISEMENT
Plasmodium knowlesi telah menjadi penyebab utama malaria pada manusia di Malaysia dan telah dilaporkan di semua negara Asia Tenggara di mana terdapat inang monyet dan vektor nyamuk yang relevan. Parasit ini, yang sebelumnya terbatas di hutan, telah menemukan cara baru untuk menginfeksi manusia akibat perubahan penggunaan lahan seperti deforestasi, pertumbuhan pertanian, dan pengembangan perkotaan.
Penelitian terbaru didedikasikan untuk mempelajari seluk-beluk penularan malaria zoonosis dan penggunaan lahan pertanian di Indonesia. Memahami dan mengatasi masalah ini sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat dan keberlangsungan jangka panjang kegiatan pertanian.
Meningkatnya Ancaman Malaria Zoonosis
Buku "The Primate Malarias" secara menarik menjelaskan tentang penemuan P. knowlesi pada tahun 1932 dan penularannya yang disengaja kepada manusia untuk tujuan eksperimental. Peringatan awal dikeluarkan setelah kemunculan kasus alami yang ditularkan oleh P. knowlesi, menunjukkan potensi ancamannya sebagai zoonosis. Pada awalnya, kasus zoonosis P. knowlesi dan malaria simian lainnya dianggap jarang karena sifat inang primata dan vektor nyamuk yang sangat tersembunyi. Namun demikian, perubahan besar telah terjadi selama 50 tahun, mengurai hubungan yang rumit antara intervensi manusia dan penularan “malaria monyet” ke manusia.
ADVERTISEMENT
Buruh tani, terutama yang tinggal di dekat kawasan hutan dan daerah yang mengalami gangguan, menghadapi kerentanan yang lebih tinggi untuk tertular malaria zoonosis. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang bekerja di pertanian dan di daerah tersebut lebih rentan untuk terpapar dengan nyamuk yang terinfeksi P. knowlesi. Peningkatan risiko ini dapat ditelusuri secara langsung melalui kegiatan seperti pembukaan lahan untuk tujuan pertanian, yang akan mengganggu ekosistem alami kera dan nyamuk, dan pada akhirnya mendorong lonjakan interaksi antara manusia dan vektor.
Perkembangan Terbaru dan Arah Masa Depan
Studi terbaru menekankan pentingnya data komprehensif tentang vektor malaria zoonosis dan dampak perubahan penggunaan lahan terhadap perilaku mereka. Deforestasi dan aktivitas lainnya seperti penebangan, penambangan, dan ekspansi pertanian banyak dikaitkan dengan peningkatan populasi vektor nyamuk dan perubahan perilaku, yang meningkatkan risiko paparan manusia. Memahami dinamika ini sangat penting untuk mengembangkan strategi pengendalian vektor yang efektif.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, metode surveilans inovatif, termasuk alat pemantauan elektronik dan online, telah menunjukkan potensi dalam mengurangi malaria. Misalnya, proyek percontohan yang menggunakan aplikasi kesehatan seluler untuk pemantauan real-time telah menunjukkan pengurangan signifikan dalam kasus malaria. Mengintegrasikan metode deteksi canggih, studi ilmiah dan vektor yang menyeluruh, serta strategi kesehatan masyarakat yang kuat dapat membantu mengurangi bahaya malaria zoonosis.
Upaya penelitian perlu difokuskan pada beberapa tujuan utama dalam perang melawan malaria zoonosis:
• Memperbaiki Metode Deteksi
• Mengevaluasi Faktor Pertanian dan Penggunaan Lahan
• Memahami Vektor Nyamuk
Pelajaran Utama
Penanganan malaria zoonosis di Indonesia membutuhkan pendekatan multifaset yang menggabungkan berbagai inisiatif kesehatan masyarakat dengan praktik pertanian yang berkelanjutan. Dengan memperbaiki metode deteksi, memahami dampak aktivitas pertanian, dan mengidentifikasi vektor nyamuk, dimungkinkan untuk mengurangi ancaman malaria zoonosis. Upaya semacam itu tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga dapat mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan, yang pada akhirnya dapat menguntungkan lingkungan dan masyarakat lokal.
ADVERTISEMENT