Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Fenomena Magang Tanpa Kompensasi: Antara Pengalaman dan Eksploitasi
27 Mei 2024 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Malva Sasmaya Febryana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bagaimana Fenomena Unpaid Internship?
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang sarjana saja tidak cukup untuk dapat terjun ke dunia kerja profesional. Diperlukan berbagai pengalaman yang dapat membantu meningkatkan soft skill dan hard skill sehingga ketika memasuki dunia profesional, seseorang sudah memiliki modal keterampilan yang memadai. Salah satu kegiatan yang sangat efektif untuk mengembangkan diri adalah program magang.
ADVERTISEMENT
Namun, sangat disayangkan, saat ini program magang sering kali dijadikan oleh berbagai oknum perusahaan sebagai cara untuk mengatasi kekurangan sumber daya manusia (SDM) dan biaya untuk mempekerjakan karyawan penuh waktu. Mereka mengadakan program magang tanpa kompensasi atau unpaid internship guna memenuhi kebutuhan SDM mereka.
Program Magang: Peluang atau Eksploitasi?
Secara umum, magang tanpa kompensasi dapat menjadi solusi bagi mahasiswa maupun fresh graduate untuk mendapatkan pengalaman profesional dan membangun jejak karir. Pengalaman ini memberikan mereka kesempatan untuk menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah, mempelajari dinamika kerja di industri, dan memperluas jaringan profesional. Namun, pada kenyataannya, sering kali dijumpai bahwa anak magang justru diberikan beban pekerjaan dan jam kerja yang sangat padat sehingga hal tersebut dirasa tidak seimbang antara apa yang sudah dikerjakan dan apa yang didapat.
ADVERTISEMENT
Perspektif Marxisme dalam Fenomena Unpaid Internship
Hal ini sesuai dengan asumsi dasar dari marxisme yang mengatakan bahwa kehidupan sosial pada dasarnya adalah konflik kepentingan, yaitu kepentingan antara kaum borjuis (orang-orang yang memiliki alat dan modal dalam masyarakat) dan kaum proletar (orang-orang yang berasal dari kaum marginal dan hanya dapat menjual tenaga pada pasar kapitalisme). Dalam konteks magang tanpa kompensasi, kaum borjuis memanfaatkan kaum proletar, yakni umumnya mahasiswa atau fresh graduate, untuk dieksploitasi tenaganya namun tanpa mengeluarkan biaya pengeluaran tambahan.
Pandangan Terhadap Magang Tanpa Kompensasi
Fenomena magang tanpa kompensasi atau unpaid internship yang sedang marak saat ini menimbulkan berbagai pandangan. Di satu sisi, magang tanpa kompensasi dianggap sebagai bentuk pelatihan yang berguna untuk mengembangkan keterampilan dan pengalaman kerja bagi mahasiswa. Program ini juga memberikan kesempatan untuk membangun jaringan dan mendapatkan referensi yang dapat berguna di masa depan.
ADVERTISEMENT
Namun, di sisi lain, praktik ini sering kali dianggap tidak adil dan eksploitatif. Mahasiswa yang bekerja tanpa kompensasi sering kali harus menanggung beban biaya hidup dan kebutuhan lainnya tanpa mendapatkan imbalan yang setimpal. Selain itu, beban pekerjaan yang berat dan jam kerja yang panjang dapat menimbulkan stres dan kelelahan, yang justru dapat mengganggu proses pembelajaran dan pengembangan diri mereka.
Solusi untuk Magang yang Lebih Adil
Untuk menciptakan program magang yang lebih adil dan bermanfaat, perusahaan seharusnya memberikan kompensasi yang layak bagi para magang. Kompensasi ini tidak hanya dalam bentuk finansial, tetapi juga dalam bentuk pelatihan yang berkualitas, kesempatan untuk terlibat dalam proyek-proyek yang menantang, dan bimbingan dari para mentor profesional. Dengan cara ini, program magang dapat menjadi pengalaman yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak: perusahaan mendapatkan tenaga kerja yang segar dan penuh semangat, sementara mahasiswa mendapatkan pengalaman berharga yang dapat membantu mereka dalam karir profesional mereka.
ADVERTISEMENT
Fenomena magang tanpa kompensasi merupakan isu yang kompleks dengan berbagai sudut pandang. Meskipun dapat memberikan pengalaman berharga, praktik ini sering kali dianggap eksploitatif dan tidak adil. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menciptakan program magang yang memberikan nilai tambah nyata bagi mahasiswa, baik melalui kompensasi yang layak maupun kesempatan pengembangan diri yang optimal. Dengan demikian, magang dapat menjadi sarana yang efektif untuk menghubungkan dunia pendidikan dan dunia kerja, serta membantu menciptakan tenaga kerja yang lebih siap dan kompeten.