Konten Media Partner

Keluarga Korban Kecelakaan Akibat Lubang Jalan SBY Berharap Jadi Kasus Terakhir

15 Maret 2024 8:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lubang jalan SBY yang sudah sering mengakibatkan kecelakaan para pengendara sepeda motor.
zoom-in-whitePerbesar
Lubang jalan SBY yang sudah sering mengakibatkan kecelakaan para pengendara sepeda motor.
ADVERTISEMENT
MANADO - Giovani Mokoginta (31), korban kecelakaan yang disebabkan oleh lubang jalan di ruas jalan SBY, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), akhirnya dimakamkan di Warembungan, Kabupaten Minahasa, Kamis (14/3) kemarin.
ADVERTISEMENT
Raut wajah sedih tak bisa ditutupi oleh keluarga dan kerabat Giovani yang datang pada pemakaman itu. Rata-rata mereka mengaku jika Gio, sapaan akrabnya, adalah orang yang baik dan tak pernah bermasalah dengan orang lain.
"Saya merasa kehilangan sosok yang baik dan suka menolong teman. Sejak kecil saya berteman dengan Gio, dan selama itu juga dia adalah sosok yang baik. Kalau kami kesusahan, kalau dia bisa bantu, pasti dia bantu," kata Argon Tumengkol, rekan Gio.
Bahkan menurut Argon, kenangan terakhir bersama Gio ada di kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR).
Sementara itu, ayah Gio, Tino Mokoginta, mengaku sangat sedih dengan kepergian anak sulung dari empat orang bersaudara itu. Ada rasa kesal, karena kematian anaknya terjadi akibat kelalaian pemerintah yang tak memperbaiki jalan dan membiarkan lubang jalan tetap ada.
ADVERTISEMENT
Tino pun berharap agar pemerintah lebih peka dengan tugas mereka untuk memperbaiki infrastruktur, terutama yang sering digunakan oleh banyak masyarakat seperti jalan.
Dia pun meminta agar kasus kecelakaan yang disebabkan oleh lubang jalan cukup berhenti di kasus anaknya. Dia mengaku tak ingin ada lagi korban selanjutnya, karena rasa sedih dan pedih begitu terasa untuk keluarga yang ditinggalkan.
"Saya berharap pemerintah kerja dengan baik. Saya bermohon agar tidak ada lagi kasus kecelakaan seperti Gio yang disebabkan oleh jalanan berlubang. Saya tak ingin ada keluarga lagi yang sedih karena kelalaian pemerintah," ujar Tino kembali.
febry kodongan