Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kisah Allan Umboh, Caleg Penyandang Disabilitas Asal Sulawesi Utara
10 Maret 2019 17:24 WIB
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
Keterbatasan Bukan Halangan
ADVERTISEMENT
Cemoohan 'Orang kayak begitu mau jadi Caleg' mengiringi langkah Allan Zefo Umboh, saat mengurus surat keterangan berbadan sehat sebagai syarat menjadi Calon Anggota Legislatif (Caleg) di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
Maklum, sebagai seorang penyandang disabilitas, yakni tunadaksa, pria kelahiran 18 Januari 1983 ini mengalami kesulitan bergerak dan juga berbicara. Namun, hal inilah yang lebih memberikan semangat kepada Allan, yang kesehariannya menjadi tenaga pengajar di Sekolah Luar Biasa Kasih Angelia Bitung.
"Tapi syukur, hingga sekarang saat saya sosialisasi dari rumah ke rumah, dari komunitas ke komunitas, tidak ada lagi orang yang mencemooh seperti waktu pertama kali mau tes kesehatan. Mereka, semuanya menerima saya. Kalau di belakang mereka lain, ya itu terserah," tutur Allan saat bersua dengan manadobacirita (partner resmi kumparan), di Manado, Sabtu malam (9/3).
Allan maju sebagai Caleg DPR RI Daerah Pemilihan Sulawesi Utara dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dia mendapatkan nomor urut 3 dari 6 calon yang diusung partai yang diketuai Grace Natalie ini.
ADVERTISEMENT
"Kalau di daerah baik itu di kota atau provinsi, banyak sekali teman saya. Saya tidak ingin berkompetisi dengan mereka. Jadi saya pilih maju ke DPR RI," kata pemegang gelar Sarjana Sastra dan Sarjana Pendidikan ini.
Pembuktikan Penyandang Disabilitas Bukan Orang Lemah
Menyandang status sebagai disabilitas, Allan banyak dipandang sebelah mata. Hal inilah yang membuatnya bertekad untuk memperjuangkan hak-hak kaum disabilitas, seandainya dia terpilih sebagai anggota DPR RI.
Walaupun berbicara terbata-bata, Allan dengan penuh semangat menyatakan jika dirinya ingin menunjukkan bahwa kaum disabilitas bukanlah orang lemah.
"Disabilitas bisa bersaing dengan normal. Kami ingin memperjuangkan hak-hak kaum disabilitas," kata Allan yang menyelesaikan studi Sarjana Sastra pada tahun 2012 ini.
Menurut Allan, hingga saat ini, hak-hak dari kaum disabilitas masih jauh dari harapan seperti diamanatkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Dalam undang-undang itu, kata Allan, jelas disebutkan bahwa terdapat ruang bagi kaum disabilitas untuk bisa bersekolah di semua jenjang pendidikan.
ADVERTISEMENT
"Tapi ternyata sekolah reguler tidak menerima kaum disabilitas. Walaupun di beberapa daerah ada yang menerima," kata Allan.
Allan juga menyentil persoalan ketenagakerjaan, di mana menurutnya hak-hak kaum disabilitas masih menjadi masalah yang serius. Belum lagi ada hak-hak kaum disabilitas yang sudah diatur dalam undang-undang, tetapi belum dipenuhi oleh pemerintah.
"Seperti moto kami, 'Aku Juga Bisa', saya ingin menyampaikan jika kami kaum disabilitas juga bisa seperti orang-orang biasanya," ungkap Allan kembali.
Menaruh Perhatian Besar terkait Pekerja Outsourcing dan Petani Kopra
Tak hanya persoalan disabilitas, rupanya Allan juga menaruh perhatian besar terkait dengan tenaga kerja outsourcing dan nasib para petani kopra di wilayah Sulawesi Utara.
Saat bersua dengan manadobacirita di kawasan Megamas Manado, Allan yang menggunakan baju merah PSI tampak begitu bersemangat menjelaskan hal-hal yang ingin diperjuangkannya. Walaupun, saat dirinya begitu bersemangat, lulusan sarjana pendidikan luar biasa di Universitas Negeri Manado ini kadang kala harus menjeda kalimatnya agar bisa terdengar dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Sebagai penyandang tunadaksa, Allan memang terlihat kesulitan untuk berbicara. Bahkan, untuk menyelesaikan satu kalimat harus membutuhkan waktu. Namun, dia mampu menjelaskan dengan baik maksud yang ingin disampaikannya.
"Fokus utama saya untuk disabilitas. Tapi, saya juga ingin membedah undang-undang outsourcing dan regulasi untuk kopra yang menjadi mata pencaharian masyarakat di Sulawesi Utara," tutur Allan.
Allan bercerita, dirinya tergerak ingin banyak membedah undang-undang terkait outsourcing yang dinilai tidak terlalu baik dan tidak berpihak pada tenaga kerja, terutama terkait dengan masa depan tenaga kerja.
"Pekerja itu harus dilindungi. Tapi kalau aturan yang melindungi kurang kuat, itu bisa jadi masalah. Makanya, saya ingin aturan itu benar-benar berpihak," kata Allan.
Persoalan regulasi untuk para petani kopra juga dirasa perlu oleh Allan. Menurutnya, harus ada batas minimal harga kopra, sehingga tidak ada lagi petani kopra yang menjerit seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
"Itulah kenapa saya ingin berjuang dari dalam. Selama ini tidak ada regulasi yang kuat tentang kopra, padahal inilah hasil utama dari banyak petani di Sulawesi utara. Saya kasian melihat petani, yang karena tidak ada regulasi yang jelas, akhirnya menjadi pihak yang dirugikan," tutur Allan dengan begitu bersemangat.
Punya Banyak Prestasi dan Telah Menulis 6 Buku
Aku Juga Bisa, menjadi buku pertama yang ditulis oleh Allan Zefo Umboh. Buku yang terbit tahun 2006 ini berisi puisi-puisi yang ditulis sendiri oleh Allan, terinspirasi dari kehidupannya sebagai seorang disabilitas. Judul buku itu pun menjadi slogan para kaum disabilitas di Indonesia.
Tak hanya satu, 5 buku berturut-turut, mulai dari tahun 2007, ditulis oleh Allan. Semuanya mengambil judul tentang kehidupan. Buku-buku Allan, di antaranya Syukurku Pada-Mu (2007), Terimakasih Pada-Mu (2008), Dibalik Kata Cinta (2008), Ada??? (2010), Ada Rahasia (2012), dan Seperti Kemarin (2018).
ADVERTISEMENT
Sejumlah prestasi pun berhasil ditorehkannya. Mulai dari Juara I lomba baca puisi tingkat Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, Juara III Lomba baca puisi tingkat nasional penyandang cacat, Juara I Kuis Pramuka Berani di Cibubur, Bintang Jambore Nasional hingga menjadi Ketua Sanggar Pemuda Remaja Nafiri di tahun 2013-2015. Semua itu menjadi catatan manis tentang Allan.
Allan sendiri hingga saat ini juga aktif di dunia teater, dengan nama panggung Azu Soahara. Setiap hari di tengah kesibukannya, pagi mengajar, siang sosialisasi, malamnya barulah dia berlatih teater.
"Menjadi disabilitas tak menutup kita untuk bisa belajar dan berprestasi. Kita tak boleh menyerah karena kita memiliki kemampuan lain yang belum tentu dimiliki orang lain," kata Allan mengakhiri percakapan.
ADVERTISEMENT
Isa Anshar Jusuf