Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Sakral dan Penuh Khidmat, Prosesi Adat Tulude di Kabupaten Sitaro
12 Februari 2024 15:06 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
SITARO - Bertempat di halaman kantor Bupati Sitaro, Pemerintah Kabupaten Sitaro menggelar Prosesi Adat Tulude yang berlangsung sakral dan penuh khidmat.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini mengusung tema "Karangetang Mandolokang Kolo-kolo Sumombo Singkahindo" atau berarti Sitaro Berkembang Bersama, dengan sub tema, "Dengang Kawawahansanghe Tulude, Mahie Kite Mumpanoghase Kasasimbau Ore Lai Mungkariadi Munara Pamamile Ko Kapiane Su Pudarame, Takardeau Karangetang Mandolokang Kolo-kolo Nangilembo Tumendang" (Dengan Semangat Tulude Kita Tingkatkan Kebersamaan Untuk Pemilu Damai Menuju Sitaro Unggul").
Gelaran Prosesi Adat Tulude ini sendiri berlangsung dalam 26 rangkaian kegiatan yang diawali dengan kegiatan Mahasune Kalonge (pengumuman pelaksanaan pesta adat Tulude) hingga kegiatan penutup yang disebut dengan Manonda Sake (mengantar tamu kehormatan meninggalkan lokasi upacara adat}.
Sakralnya perayaan budaya masyarakat Nusa Utara ini dapat terlihat di kegiatan Manengkang Mohong (ungkapan doa dan harapan untuk pemerintah), yang dilakukan pentua adat melalui syair dan tangonggong.
ADVERTISEMENT
Kemudian dilanjutkan dengan Manahulending (memohon ampun dosa serta berkat untuk pemerintah dan masyarakat) yang diiringi dengan lagu rohani berbahasa daerah, di mana hal itu semakin menambah khidmatnya perayaan adat yang dilaksanakan setiap awal tahun tersebut.
Adapun puncak perayaan upacara Gelar Adat Tulude tersebut, pada kegiatan Mamoto Tamong Banua (pemotongan kue tamo oleh pentua adat). Pada prosesi ini pentua adat melantunkan syair pemotongan yang berisi doa dan pengajaran nilai-nilai hidup, yang mana itu menjadi warisan secara turun-temurun dalam budaya masyarakat adat Nusa Utara.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Ferry R J Sangian, yang hadir mewakili Gubernur Sulut, Olly Dondokambey, menyampaikan rasa hormat dan bangga atas terlaksana gelar adat tulude ini.
ADVERTISEMENT
“Saya berharap tradisi turun-temurun ini juga dapat terus kita laksanakan di waktu mendatang. Karena kegiatan ini memiliki makna yang mendasar, di mana sebagai bentuk rasa syukur sekaligus kewajiban dan rasa bangga dalam menjaga kekayaan budaya ,” ungkap Ferry.
Sementara, Penjabat Bupati Sitaro, Joi Eltiano B Oroh, menyampaikan upacara adat Tulude adalah salah satu acara budaya warisan leluhur yang masih dilestarikan sampai saat ini.
Menurut Bupati, pada hakekatnya merupakan khazanah budaya asli masyarakat Nusa Utara, sehingga perlu dijaga dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai religius yang sangat tinggi.
“Arti kata Tulude atau Menulude berasal dari kata Suhude yang dalam bahasa daerah berarti tolak. Dalam arti luas Tulude berarti menolak untuk terus bergantung pada masa lalu dan bersiap menyongsong masa depan yang baru,” ujar Joi.
Joi juga menambahkan bahwa Tulude sejatinya adalah upacara pengucapan syukur kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi (Tuhan Yang Maha Kuasa) atas berkatNya kepada umat manusia selama setahun yang telah berlalu dan memohon penyertaan dan pertolonganNya di tahun yang baru.
ADVERTISEMENT
"Saya berharap Tulude tidak hanya sebagai bentuk pelestarian budaya semata, akan tetapi juga sebagai wadah memupuk kebersamaan, menyatukan visi misi dan komitmen untuk membangun daerah ke depan sebagai tindakan nyata dan implementasi dari rasa sukacita dan syukur,” ujarnya kembali.
Gelaran Adat Tulude itu turut dihadiri Anggota DPRD Sulut, Dr Toni Supit, Ketua DPRD Sitaro, Djon P Janis dan anggota DPRD Sitaro, Forkopimda, para pejabat di lingkup Pemkab Sitaro, undangan kehormatan lainnya, dan warga masyarakat.
franky salindeho/*