Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Sulawesi Utara Alami Inflasi 0,41 Persen di November, Imbas Kenaikan Harga Tomat
3 Desember 2024 5:33 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
MANADO - Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), di bulan November 2024 mengalami inflasi 0,41 persen jika dilihat secara month to month (m-to-m), atau dibandingkan dengan bulan Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan bulan kedua berturut-turut, Provinsi Sulut mengalami inflasi, setelah sebelumnya mengalami deflasi di tiga bulan yakni bulan Juli (-0,11 persen), Agustus (-0,04) dan September (-0,54). Pada bulan Oktober 2024, inflasi terjadi sebesar 0,21 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS ) Provinsi Sulut, Aidil Adha, mengatakan jika salah satu faktor terjadinya inflasi adalah kenaikan harga tomat . Komoditas ini menjadi pendorong dominan terjadinya inflasi dengan angka 0,31 persen.
"Kenaikan harga tomat terjadi sejak bulan Oktober. Hal ini disebabkan pasokan di berbagai daerah Sulawesi Utara berkurang karena sudah melewati musim panen. Selain itu, petani masih dalam musim tanam dan terkendala cuaca musim hujan," ujar Aidil.
Selain tomat, Aidil menjelaskan jika ada komoditas dominan lain yang menyebabkan terjadinya inflasi. Beberapa di antaranya adalah bawang merah (0,15 persen), minyak goreng (0,06), emas perhiasan (0,03) dan daun bawang (0,03).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, untuk komoditas yang memiliki andil sebagai penahan inflasi di bulan November 2024 ini, ada komoditas beras. Komoditas ini mengalami penurunan harga sebesar -0,12 persen. Selain itu ada juga cabai rawit yang turun -0,05 persen serta semangka dan cabai merah, masing-masing -0,03 persen.
Lebih lanjut, untuk inflasi tahun ke tahun atau November 2024 terhadap November 2023, sebesar 2,12 persen. Aidil mengatakan, angka ini mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,58 persen.
"Untuk komoditas dominan yang memiliki andil sebagai pendorong inflasi adalah daging babi dengan persentase sebesar 1,16 persen. Sementara penahan laju inflasi adalah komoditas cabai merah yang turun mencapai -0,08 persen," ujar Aidil kembali.