Konten dari Pengguna

Memperbaiki Bobroknya Kepemimpinan di Tubuh Jiwasraya dengan Teknologi Simulasi

Maniek Akbar Susetyo
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Universitas Indonesia
21 Desember 2021 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maniek Akbar Susetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: kumparan.com
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita tahu, pada masa disrupsi ini di mana perkembangan teknologi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan organisasi manusia sehingga terciptalah banyak metode pelatihan kepemimpinan organisasi yang menggunakan sarana teknologi, salah satunya adalah menggunakan instrumen digital managerial simulation. Sebelum membahas tentang penerapan digital managerial simulation pada organisasi sektor publik, akan dijelaskan lebih dahulu beberapa poin penting mengenai kepemimpinan sektor publik di Indonesia. Arti dari kepemimpinan itu sendiri adalah kemampuan memengaruhi kebiasaan anggota organisasi yang selanjutnya akan digunakan untuk mencapai tujuan organisasi.
ADVERTISEMENT
Jika teman-teman belum tahu, pemimpin yang ditunjuk untuk memimpin sebuah organisasi sektor publik harus menguasai kemampuan yang koheren dengan jenis organisasi yang dia pimpin. Akan menjadi sulit ketika sebuah organisasi yang bergerak pada sektor publik memiliki pemimpin yang tidak betul-betul paham mengenai problematika yang sedang organisasi tersebut hadapi sehingga dalam perumusan kebijakan organisasi, pemimpin tersebut melakukan kesalahan hitung (miscalculation) dan mismanagement yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian pada organisasi tersebut.
Salah satu contoh kasusnya mungkin masih terpatri jelas di ingatan kita mengenai kejadian financial distress yang pada akhirnya menyebabkan gagal bayar polis asuransi pada produk JS Savings Plan yang dialami oleh Jiwasraya beberapa waktu lalu. Kasus Jiwasraya ini merupakan bukti dari ketidakmampuan Hendrisman Rahim sebagai pemimpin organisasi publik dalam menerapkan prinsip POLC (planning, organizing, leading, and controlling) yang baik dan benar.
ADVERTISEMENT
Masalah Kepemimpinan Perlu diketahui bahwa problematika Jiwasraya sebenarnya mulai diketahui sejak 2006 tetapi baru terbongkar secara menyeluruh pada tahun 2018 setelah dilakukannya audit yang mengungkapkan fakta bahwa terdapat mismanagement dalam pengelolaan yang ada pada tubuh Jiwasraya. Poin terpenting dalam kejadian gagal kelola organisasi publik seperti yang telah terjadi di Jiwasraya ini adalah keteledoran yang menyebabkan mismanagement dan salah hitung risiko yang dilakukan oleh pemimpin organisasi.
Jika kita telaah kembali menggunakan teori pendekatan situasional, saya rasa Hendrisman Rahim sebagai pemimpin Jiwasraya cenderung tidak memiliki kualitas pengelolaan yang mumpuni ketika dia dihadapkan pada situasi darurat organisasi karena terdapat banyak kegagalan kalkulasi dan mismanagement yang terjadi akibat dari ketidakmampuan pemimpin Jiwasraya dalam membentuk rancangan kebijakan untuk mengatasi beban defisit organisasi.
ADVERTISEMENT
Kesalahan hitung pada rencana keuangan inilah yang pada akhinya menyebabkan Jiwasraya mengalami kerugian yang sangat besar dan sekarang terpaksa melakukan restrukturasi dengan cara mengalihkan polis mereka ke perusahaan asuransi lainnya. Pemimpin Jiwasraya, yaitu Hendrisman Rahim sebagai subjek yang memiliki kekuasaan formal (legitimate power) seharusnya dapat lebih bijak dalam menentukan kebijakan yang akan diambil karena sebagai pemimpin ia memiliki kontrol terhadap kualitas decision making yang akan diambil organisasi tersebut, bukan malah membuat kebijakan yang asal-asalan, bahkan terindikasi melakukan tindakan yang melawan hukum dengan memanipulasi laporan keuangan Jiwasraya.
Dari berita yang telah dibaca oleh pembaca sekalian dapat disimpulkan bahwa sebagai pemimpin sebuah organisasi publik, Hendrisman Rahim terbukti tidak mampu menciptakan arah organisasi yang jelas serta gagal dalam menyelesaikan problematika yang ada di Jiwasraya, hal tersebut agaknya merupakan patologi kepemimpinan yang seharusnya tidak dimiliki pemimpin organisasi yang bergerak di sektor publik karena fungsi organisasi tersebut berkaitan dengan hajat hidup masyarakat.
ADVERTISEMENT
Lalu jika fakta tentang kegagalan kepemimpinan di atas kita lihat melalui tujuh faktor kontingensi milik Victor Vroom dan Philip Yetton, setidaknya ada dua faktor kontingensi yang tidak dipenuhi oleh Hendrisman Rahim sebagai pemimpin Jiwasraya, yaitu faktor kualitas keputusan (the importance of decision quality) dan faktor keterpenuhan penerimaan informasi yang dibutuhkan (the extent of which the decision maker has necessary information).
Penanganan Masalah Kepemimpinan di Sektor Publik Pemimpin organisasi sektor publik sudah seharusnya dibekali dengan kemampuan manajerial yang mumpuni karena sebagai pemimpin, mereka bertanggung jawab dalam aspek pengelolaan dan kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Mungkin sudah saatnya bagi para pemimpin organisasi sektor publik untuk memperoleh pelatihan kepemimpinan berbasis digital managerial simulation di mana para pemimpin dapat melakukan telaah kasus tentang problematika manajerial seperti penyempurnaan visi-misi organisasi, pembentukan struktur organisasi yang efektif dan efisien, pembuatan skema prioritas, analisis keuangan dasar, pengelolaan aset, dll, tanpa harus mempraktikannya secara langsung pada skema organisasional.
ADVERTISEMENT
Simulasi manajerial berbasis digital ini memungkinkan bagi para pemimpin untuk membentuk sebuah ekosistem organisasi fiksi yang harus dikelola secara eksperimental melalui sebuah aplikasi yang dilengkapi dengan mekanisme multiple choice sehingga dapat melatih para pemimpin sektor publik dalam memilih problem solving mana yang paling tepat untuk menyelesaikan problematika di dalam organisasi mereka.
Contoh pengaplikasian sederhana dari metode ini mungkin sudah pembaca ketahui, yaitu ada pada gim Football Manager yang dikembangkan oleh perusahaan bernama Sports Interactive. Bagi yang belum mengetahui apa itu gim Football Manager, gim ini membuat pemain dapat berperan sebagai manajer sebuah tim sepak bola di mana mereka diharuskan untuk menentukan tujuan jangka panjang klub, staff and player development, finansial klub, strategi manajerial, dan memastikan klub puas dengan kemampuan manajer dalam menegelola sebuah tim sepak bola. Tim dari perusahaan Sports Interactive membuat gim ini serealistis mungkin dengan menggunakan data statistik yang diperoleh di dunia nyata sehingga gim ini banyak dimainkan oleh pelatih klub sepak bola asli karena diyakini dapat meningkatkan kemampuan memimpin mereka secara konstan.
ADVERTISEMENT
Perlu diingatkan bahwa peran pemimpin menurut Robert Senge, yaitu sebagai motivator, partner, desainer, guru, dan pelayan bagi anggota organisasi lainnya, metode simulasi manajerial berbasis digital ini mungkin menawarkan suatu cara melatih kemampuan memimpin yang dapat dilakukan secara eksperimental dan serealistis mungkin dapat digunakan untuk memperbaiki bukan hanya kinerja manajerial mereka saja, tetapi juga relasi hubungan antara pemimpin dengan anggota organisasi lainnya. Metode simulasi ini juga diketahui dapat memengaruhi performa anggota organisasi, memperbaiki perencanaan keuangan mereka, dan berhasil meningkatkan profit organisasi secara berkala.
Yang membuat metode ini lebih unggul daripada metode konvensional adalah dengan menggunakan metode simulasi ini para calon pemimpin tidak perlu harus mengimplementasikan gaya kepemimpinan mereka dengan memimpin sebuah organisasi faktual terlebih dahulu, mereka bisa mensimulasikan gaya kepemimpinan mereka ke dalam simulasi komputer yang ada, sehingga dapat meminimalisir kegagalan yang disebabkan oleh ketidakcocokan gaya kepemimpinan dengan budaya yang ada pada organisasi.
ADVERTISEMENT
Mungkin kedepannya metode ini dapat diimplementasikan pada organisasi sektor publik khususnya pada organisasi sekelas dengan Jiwasraya sehingga dapat menciptakan pemimpin yang benar-benar memiliki kemampuan memimpin dan manajerial yang mumpuni sesuai dengan tupoksi organisasi yang akan mereka pimpin dan juga mungkin dapat meminimalisir terjadinya miscalculation and mismanagement dalam aspek tata kelola organisasi.
Referensi:
Smutny, P., Prochazka, J., & Vaculik, M. (2016). The relationship between managerial skills and managerial effectiveness in a managerial simulation game. Innovar, 26(62), 11-22.
Trivena, S. M. (2020, September). Analisis Penyebab Financial Distress Yang Dialami Oleh Pt Asuransi Jiwasraya (Persero). In Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial (Vol. 2, No. 1).