Konten dari Pengguna

Mangan Ora Mangan, Sing Penting Ojo Kumpul

Darkim
menyukai sastra, peduli masalah sosial, politik, dan keadilan. menjadikan keluarga sebagai titik awal semangat kebajikan.
21 Mei 2020 7:00 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darkim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Masih nekat mau mudik lebaran? Masih belum kuat menahan rindu berkumpul dengan keluarga di Hari Raya Idul Fitri ? Masih ngeyel mau bepergian ke kampung halaman di saat wabah virus Corona belum lagi menunjukkan tanda-tanda mereda? Sebaiknya pikir dahulu semua itu, sambil menimbang secara matang untung rugi bila kita pulang mudik di lebaran nanti.
ADVERTISEMENT
Pikir itu pelita hati, maka hendaknya kita semua mendahulukan pertimbangan dengan mengedepankan hati nurani yang mampu berpikir jernih. Jangan sampai rasa rindu dan cinta berakhir malapetaka bagi keluarga, jangan sampai kebiasaan mudik lebaran yang telah menjadi tradisi selama ini bisa menimbulkan akibat buruk bagi orang-orang tersayang di kampung halaman.
Rumus “mangan ora mangan sing penting kumpul” sudah saatnya kita ganti untuk sementara waktu. Karena rumus ini pula setiap tahun jutaan orang mudik ke kampung halaman. Berdesak-desakan, kehujanan-kepanasan, kecopetan-kemalingan, bahkan ada yang sampai harus meregang nyawa demi “kumpul walau ora mangan.”
Melihat situasi terkini yang masih bergelut dengan penyebaran virus corona, perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain punya peluang besar menjadi salah satu sumber penularan dan penyebaran virus. Apalagi ini tradisi mudik yang biasanya di lakukan manusia dalam jumlah banyak, siapa bisa menjamin bila virus corona tidak dibawa serta mudik ke kampung halaman.
ADVERTISEMENT
Alangkah baik dan bijaksana, bila cinta dan rindu itu kita wujudkan dengan memutus dan memotong rantai penyebaran virus corona dengan tidak mudik. Alangkah nistanya kita, bila hanya karena alasan rindu dan tradisi akhirnya kita menjadi tunggangan virus Corona menyerang orang tercinta di kampung halaman.
Toh sekarang alat komunikasi telah canggih dan terjangkau, mengapa tidak kita salurkan rasa rindu dan tradisi lebaran bersama keluarga dengan fasilitas tersebut. Rasa-rasanya orang di kampung halaman pasti maklum bila lebaran tahun ini kita tidak mudik. Nanti bila wabah Corona sudah reda, kita bisa kembali berkumpul bersama keluarga.
Sambil menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri, orang lain, serta orang-orang tercinta di kampung halaman, mari kita ganti slogan kita di lebaran ini, “mangan ora mangan sing penting ojo kumpul.” Biarlah bila ada rezeki lebih, uang kita yang mudik lewat transfer bank.
ADVERTISEMENT
Di sini makan opor ayam, di kampung juga makan opor ayam. Di sini daging rendang, di sana juga daging rendang. Kita sungkem dan menghaturkan permohonan maaf, kita silaturahmi kepada semua sanak famili. Kita saling tertawa dan bercengkrama, tapi tahun ini cukup dengan sarana media telekomunikasi saja. Hikmat dan nilai hakiki dari lebaran rasanya tidak akan hilang, karena kita semua maklum dengan kondisi dan situasi.
Selamat lebaran di rumah masing-masing, mohon maaf jika lebaran tahun ini, saya Kang Marakara tidak datang berkunjung ke rumah anda. Tapi yakinlah, rasa cinta dan rindu itu tidak pernah berubah. Hanya keadaanlah yang memang tidak memungkinkan kita berkumpul seperti lebaran tahun kemarin.
Salam.