Konten dari Pengguna

Pujian, Racun Bila Salah Menafsirkan

Darkim
menyukai sastra, peduli masalah sosial, politik, dan keadilan. menjadikan keluarga sebagai titik awal semangat kebajikan.
6 Juni 2020 7:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darkim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ilustrasi : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi : pixabay.com
"Pujian bisa mengobati
Pujian bisa menyakiti
Ribuan hati telah terlena
ADVERTISEMENT
Jutaan nama tenggelam karenanya
Siapa sih yang tidak ingin di puji, mendapat pujian itu kadang lebih dahsyat dari menang undian. Bukan hanya sepasang kekasih yang ingin merasakan manis puja dan puji, semua manusia rasanya akan dengan senang hati menerima pujian. Dan itu manusiawi
Dalam takaran tertentu, pujian bisa membangkitkan semangat, menumbuhkan produktifitas, melancarkan kebekuan dan sumbatan dalam pergaulan, mencairkan ketegangan suasana yang mungkin terlanjur tercipta. Begitu dahsyatnya efek dari pujian yang di terima bagi seseorang, sehingga pujian adalah obat yang sangat bermanfaat bila di berikan dalam dosis dan takaran yang wajar.
Tapi di sisi lain, pujian ternyata bisa membunuh kepribadian seseorang, mematikan daya kreatifitas dan kepekaan batin, merontokan nilai-nilai dan prinsip hidup yang selama ini di pegang teguh. Dengan satu pujian, jiwa yang labil bisa terjerumus dalam kubangan kehancuran.
ADVERTISEMENT
Itulah pujian yang berlebihan, baik yang memuji dan yang di puji sedang dalam ambang menghancurkan diri sendiri. Seperti racun yang di suntikan ketubuh secara perlahan, menyebar kedalam aliran darah, kemudian merusak organ-organ penting sebelum pemilkinya sadar apa yang akan terjadi kemudian.
Bagi yang melontarkan pujian, bila pujian itu telah melebihi kewajaran, sesungguhnya bisa di duga ada maksud lain dari pujianya. Entah sedang mengharap sesuatu, atau mungkin pula sedang bermuslihat untuk menghancurkan seseorang secara perlahan, pelan-pelan dan halus yang tersamar.
Bila saatnya tiba, pujian itu bisa berbalik menikam dengan penghianatan, menjatuhkan dengan penghinaan. Seperti udang di balik batu, pujian yang berlebihan bisa jadi cela bagi sang pemuji untuk menjadi penjilat atau penghianat.
ADVERTISEMENT
Dan ternyata banyak orang yang terlena dengan banyaknya pujian yang ia terima, puja-puji secara perlahan mematikan kreatifitasnya, daya kritisnya menurun bahkan hilang karena tersandera oleh pujian yang ia terima. Kepekaan batinya untuk terus mengasah ketrampilan dan belajar musnah tenggelam dalam pujian.
Bagi orang yang telah terperangkap dalam sanjung -puja, sering kali tidak mempan lagi dengan nasihat, tersebab jiwanya mabuk dalam permainan puja dan puji yang ternyata menikamkan duri. Berapa banyak manusia yang lupa daratan, merasa paling baik,paling unggul, paling superior hanya karena derasnya pujian yang membanjir.
Agar pujian tidak membunuh dan menghancurkan, tempatkan ia di tempat semestinya. Biarkan hidup apa adanya, birkan pujian itu sebagai bagian untuk lebih mawas diri. Pujian bukan sesuatu yang harus di benci, tapi pujian hendaknya bisa kita kendalikan.
ADVERTISEMENT
Kemampuan diri kita mengendalikan pujian yang datang, sesungguhnya menandakan kualitas hati dan jiwa yang dewasa dan penuh pertimbangan. Jangan jadikan pujian seperti racun yang sangat mematikan, membunuh kita secara perlahan, menimbulkan kehinaaan dan kesengsaraan yang berkepanjangan.
Salah menafsirkan pujian, bisa berakibat fatal. Hancur nama baik, hancur karir dan reputasi, bahkan tidak sedikit pribadi yang semula santun dan rendah hati, begitu di sanjung orang dengan pujadan puji, kemudian berubah karakternya menjadi orang yang culas dan sombong.
“Waspadalah! Pujian mesti di kelolah dan di pilah dengan kejernihan hati nurani.”
Salam.