Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenali dan Mengobati TBC dengan Prinsip CINTA
14 Juni 2022 17:23 WIB
Tulisan dari Mareza Dwithania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini Indonesia sedang gembar gembor dalam kampanye penanganan Tuberkulosis (TBC). Bagaimana tidak, setelah 2 tahun dunia menaruh perhatian pada pandemi COVID-19, saat ini TBC pun mencuat menjadi pusat perhatian.
ADVERTISEMENT
TBC merupakan permasalahan global dan juga lokal. Dunia telah menanggung beban TBC selama lebih dari 2 abad lamanya. Menelusuri sejarahnya, pada 24 Maret 1882 Dr Robert Koch telah berhasil menemukan bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang merupakan penyebab penyakit TBC.
Pada saat itu wabah tengah menyebar di wilayah Eropa dan Amerika dengan angka kematian satu dari tujuh orang penderitanya. Maka dari itu ditetapkanlah peringatan Hari Tuberculosis Sedunia setiap tanggal 24 Maret.
TBC dulu dan kini tetap menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia. Dikutip dari WHO pada tahun 2021, setiap harinya hampir 4.000 orang meninggal karena TBC dan hampir 28.000 orang jatuh sakit karena penyakit ini.
Fakta yang harus kita ketahui adalah TBC dapat dicegah dan disembuhkan jika diketahui dan diobati dengan cepat dan tepat. Ini merupakan kabar baik bukan? Semua Orang Bisa Cegah TBC !
ADVERTISEMENT
Sejarah TBC di Indonesia memiliki perjalanan yang panjang dan dapat ditelusuri dengan membagi beberapa periode. Pada abad ke delapan kasus TBC tercatat pada salah satu relief di candi Borobudur dimana tergambar sosok penderita yang kurus kering.
Saat ini diperkirakan terdapat 824.000 kasus TBC baru setiap tahunnya tetapi yang ditemukan dan dilaporkan baru mencapai 393.323 kasus (48%), sisanya belum dilaporkan atau belum ditemukan. Angka ini menggambarkan bahwa kasus tersebut belum diobati dan sangat berpotensi menjadi sumber penularan di sekitar kita.
Berpijak pada data di atas maka tidak heran jika kasus TBC di Indonesia cukup tinggi mencapai 93.000 setiap tahunnya atau sebesar 11 kematian perjam.
Masalah yang ditimbulkan akibat beban TBC ini berdampak tidak hanya pada kesehatan tapi juga pada tatanan sosial, ekonomi, dan budaya. Upaya global yang telah diupayakan selama ini untuk memerangi TBC telah menyelamatkan sekitar 63 juta jiwa sejak tahun 2000.
ADVERTISEMENT
Rencana strategis saai ini bagaimana sebaiknya kolaborasi sektor kesehatan dengan lintas sektor lainnya untuk penanggulangan TBC. Nah, tentunya dengan program dan gerakan bersama yang lebih solid kita yakin bisa menuntaskan TBC khususnya di tanah air Indonesia menuju Eliminasi TBC 2030.
Nah, kita hanya punya waktu 8 tahun lagi lho. Pada tanggal 2 Juli lalu telah diselenggarakan Sosialisasi Pembentukan Forum Multi Sektor di Tingkat Nasional.
Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat TBC sering terjadi karena keterlambatan pengobatan. Oleh karena itu perlunya upaya penjaringan yang lebih maksimal dan critical thingking ke arah TBC oleh masyarakat dan fasilitas kesehatan.
Periksa Batuk, Periksa TBC !
Inilah semboyan saat ini yang digencarkan untuk mempercepat deteksi dini penyakit TBC agar penderitanya dapat sembuh dan terhindar dari komplikasi yang serius.
ADVERTISEMENT
Mengenali Gejala TBC
Kita harus mengenal dengan baik apa saja gejala TBC karena tanpa mengenalnya maka kita tak akan dapat mencegahnya. Tak kenal maka tak tahu, tak tahu maka tak bisa membasmi.
Gejala TBC adalah batuk yang tak kunjung reda lebih dari 14 hari, sering mengalami demam, nyeri dada dan beberapa pasien ada mengeluhkan nyeri tulang, nafsu makan menurun, berkeringat pada malam hari, dan penurunan BB (Berat Badan).
Pada kondisi tertentu ada pasien yang mengatakan bahwa batuknya bercampur darah.
Banyak orang yang mengabaikan batuk, karena dianggap keluhan yang sepele dan dapat sembuh dengan sendirinya. Padahal jika batuk yang berulang, belum tentu batuk yang kemarin sama dengan batuk yang sekarang.
ADVERTISEMENT
Jika ada anggota keluarga, teman atau kerabat yang mengalami gejala yang dipaparkan di atas maka segeralah berobat ke dokter atau ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Mengobati TBC dengan CINTA (Cepat-INdividu-Tepat-Akurat)
Jika tidak Cepat mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat, yang ikut dalam bahaya akibat TBC bukan hanya orang yang sedang sakit saja, namun juga orang-orang terdekatnya.
Semakin cepat TBC dideteksi dan diobati, maka semakin besar pula peluang seseorang untuk sembuh. TBC bisa disembuhkan dengan tuntas jika pasien disiplin dalam pengobatan yang dijalani. Ini merupakan tantangan bagi pasien TBC mengingat durasi pengobatan yang tidak sebentar.
Penanganan TBC juga memerlukan keterlibatan multidisiplin dan multisektor. Maksudnya, di balik penyakit TBC ini, penderitanya bisa saja memiliki permasalahan yang complicated.
ADVERTISEMENT
Jika tidak diatasi maka permasalahan itu akan terus menjadi akar dari berkembangnya dan cepatnya penularan TBC di lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, penanganan TBC harus secara Individu atau pendekatan personal. Permasalahan satu orang tentu akan berbeda dengan orang lainnya.
Permasalahan yang paling sering erat kaitannya dengan TBC adalah masalah gizi, ekonomi, kesehatan lingkungan dan budaya atau perilaku hidup bersih dan sehat. Maka kita harus melakukan intervensi pada masing-masing individu, diobati dan dibantu menuntaskan permasalahannya agar pengobatan maksimal dan memutus mata rantai penularan dengan cepat.
Permasalahan gizi kerap dihubungkan dengan pasien TBC, mereka cenderung kurus karena infeksinya tersebut menyebabkan kurang nafsu makan. Selain itu dalam memerangi infeksi tubuh kita membutuhkan amunisi yang lebih banyak dan daya tahan tubuh yang kuat.
ADVERTISEMENT
Gizi yang baik akan mempercepat penyembuhan akibat infeksi TBC. Permasalahan ekonomi juga erat kaitannya dengan kondisi lingkungan seperti bangunan rumah yang kurang pencahayaan, lantai dari tanah, sumber air, geografis tempat tinggal dan sebagainya. Semua permasalahan ini tentu butuh pananganan yang komprehensif.
Dalam segi hal perilaku atau kebiasaan disinilah peran tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan, mengubah perilaku masyarakat sehingga hidup bersih dan sehat.
Pengobatan yang Tepat, artinya sesuai dengan kuman penyebab batuknya akan lebih cepat menyembuhkan penderita TBC. Jika jenis kuman A, diberikan obat untuk pemusnah kuman B, tentu saja tidak tepat dan hal ini mengganggu proses perjalanan dan penyembuhan penyakit.
Obat TBC sudah ada ketentuannya sesuai dengan penelitian yang mutakhir. Obat-obatnya khusus dan dapat diakses secara gratis oleh masyarakat di pelayanan kesehatan milik pemerintah dengan Jaminan Kesehatan Nasional.
ADVERTISEMENT
Nah, tidak ada salahnya kita manfaatkan dengan lebih bijak memeriksakan kesehatan jika mengalami gejala mengarah pada penyakit TBC.
Akurat, ini tentu saja disesuaikan dengan kondisi pasiennya, apakah anak anak, dewasa atau lansia tentu saja memiliki ketentuan obat yang berbeda-berbeda. Selain itu dosis obat juga disesuaikan dengan berat badan pasien TBC.
Demikian pengobatan TBC dengan Prinsip CINTA.
CINTA yang utama adalah cinta yang sebenarnya, yaitu perasaan cinta. Jika ada anggota keluarga, teman atau kerabat yang menderita TBC maka dukunglah mereka untuk menjalani pengobatan dengan disiplin dan tuntas, berikan perhatian dan kasih sayang serta semangat agar mereka bisa menjalani hari-hari dengan gairah dan kualitas hidup yang bagus. Jangan kucilkan mereka, jangan jauhi mereka. Psikologi yang kurang baik akan menyebabkan mereka mengalami stress, tidak semangat, bahkan merasa putus asa. Hal ini dapat memperburuk imun dan kondisi kesehatan fisik serta mentalnya sehingga dapat jatuh pada kondisi yang fatal.
ADVERTISEMENT
Yuk, Kita bisa Mengobati TBC dengan CINTA !
Semua Orang Bisa Cegah TBC!
TOSS TBC (Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh)