Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Penggunaan AI Mulai Merebak, Berkah atau Musibah?
17 Desember 2024 18:43 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Margaretha Setiona tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
AI atau Artificial Intelligence merupakan sebuah program kecerdasan buatan yang dirancang untuk memecahkan suatu masalah atau bertindak dan berpikir layaknya manusia. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh AI, mengingat ia dibuat untuk menirukan kecerdasan manusia namun dengan proses dan hasil yang lebih singkat dan cepat.
ADVERTISEMENT
Istilah AI dibuat di awal tahun 1950-an oleh John McCarthy di sebuah konferensi yang diadakan di Kampus Dartmouth. Awalnya, AI berfokus pada penyelesaian masalah-masalah sederhana, seperti menyelesaikan permasalahan berlandaskan logika hingga bermain catur. Sejak itu, AI memegang harapan para peneliti sebagai suatu mesin yang nantinya mampu berpikir dan belajar layaknya manusia.
Dengan kemajuan zaman dan sesuai dengan harapan para peneliti, AI berkembang dan mulai meledak penggunaannya di tahun 2020 ini. Banyak website AI yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, ChatGPT si mesin penjawab segala, Perplexity si penjawab dengan sumber akurat, Character.ai yang membuat kamu bisa bicara dengan karakter fiksi atau idolamu, hingga website-website AI yang dapat memberikan gambar sesuai prompt yang kamu berikan.
ADVERTISEMENT
Tentu seluruh website AI yang ada mampu membantu pekerjaan atau kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Nampaknya, eksistensinya mampu membawa perubahan yang baik bagi peradaban manusia saat ini. Namun perubahan yang ada tentunya tidak hanya membawa sebuah poin plus, setiap perubahan yang ada akan selalu memiliki sisi baik dan buruk dalam eksistensinya.
Akhir-akhir ini, terdapat banyak perbincangan tentang AI di aplikasi X (dahulu Twitter), salah satunya adalah penggunaan AI untuk teaser dua film baru garapan Bayu Skak.
Melalui postingan akun WatchmenID (@WatchmenID ) pada tanggal 11 Desember 2024 kemarin, diberitakan bahwa Bayu Skak akan merilis dua film baru berjudul FOuFO dan Expedisi yang nantinya akan menjadi sebuah film bergenre komedi. Dalam kolom komentar, banyak netizen yang menyayangkan, mengkritik, bahkan kecewa pada Bayu Skak dan rumah produksi upcoming film ini karena teaser poster yang digunakan merupakan hasil dari generative AI.
ADVERTISEMENT
Memang terdapat beberapa komentar baik yang sudah menunggu kehadiran kedua film garapan Bayu Skak ini, melihat bagaimana memang Bayu Skak sudah memiliki jejaknya sendiri dalam film komedi Indonesia. Tetapi komentar teratas dan mendominasi kolom komentar adalah protes dan kritik yang berputar pada dua hal: penggunaan gambar AI untuk poster dan kekecewaan pada Bayu Skak yang menggunakan hal tersebut melihat dirinya adalah seorang seniman.
AI merupakan mesin yang bekerja dengan tujuan menyerupai kecerdasan manusia, dalam prosesnya AI membuat suatu karya dengan melihat karya-karya manusia yang sudah ada lalu mengkombinasikan hal-hal tersebut menjadi suatu hal baru. Dengan itu, hasil yang didapat dalam penggunaan AI bisa menjadi cepat tanpa menunggu lama seperti normalnya buatan manusia.
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang seniman, AI merupakan sebuah musibah dibanding sebuah berkah. Dalam menghasilkan sebuah karya, khususnya karya lukisan atau gambar seperti yang digunakan oleh Bayu Skak dalam poster upcoming filmnya, AI akan membuat suatu gambar dengan cara 'mencuri' karya-karya gambar yang sudah ada, lalu menirukan hal tersebut, mengkombinasikannya, dan menghasilkan suatu hal 'baru'.
Secara singkat, bila manusia membuat suatu gambar dari goresan sketsa dasar lalu akan dibuat secara tersusun hingga tahap pewarnaan dan memperhatikan segala aspek detail di dalamnya. AI membuat suatu gambar layaknya menyusun sebuah puzzle. Ia akan mengambil potongan-potongan gambar yang ada, lalu memasangkannya dengan potongan gambar lain untuk membuat satu gambaran utuh. Ia tidak peduli apakah potongan gambar itu menjadi suatu gambar yang baik dan cantik, selama potongan gambar itu bisa menjadi suatu puzzle yang saling melengkapi bentuk, maka jadilah seperti itu—baik sempurna maupun tidak.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang menjadi fokus kekecewaan netizen pada Bayu Skak. Sebagai seorang seniman, rasanya tidak apik baginya untuk menggunakan AI dibanding mengajak seniman lain untuk membuat poster tersebut. Tentu Bayu tidak hanya diam, melalui akun pribadi instagramnya (@moektito), ia menjelaskan bahwa logo project dan poster yang digunakan merupakan hal sementara yang nantinya akan diubah bila semua persiapannya sudah difinalisasikan, dan tentunya nanti akan menggunakan jasa pembuat poster.
Dengan itu, penggunaan AI yang sangat besar dan tersebar di kalangan masyarakat menimbulkan banyak pro dan kontra. Tidak sedikit dari masyarakat yang juga berpendapat bahwa penggunaan AI merupakan hal yang normal dan oke-oke saja, melihat AI merupakan suatu produk dari kemajuan zaman yang tidak bisa ditolak keberadaan dan perkembangannya.
ADVERTISEMENT
Namun, tentunya kita juga harus senantiasa mengingat satu hal. Penggunaan teknologi harus selalu disertai oleh kesadaran untuk wawas diri. Penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari harus disertai oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Bila ada alternatif lain untuk menghasilkan suatu karya selain AI, seperti membuatnya sendiri atau melakukan commission pada seniman-seniman yang ada, kita harus memilih hal tersebut lebih dulu. Karena bagaimanapun, AI ada sebagai suatu copyan dari kemampuan asli manusia, mengapa memilih tiruan bila masih ada dan mampu untuk menggunakan hal asli?
Sebagai seorang seniman juga, rasanya AI menjadi seorang pencuri di rumah sendiri. Seluruh hasil kerja keras di tiap goresan yang dicurahkan pada canvas, dengan mudah ditiru dan diambil untuk dipadupadankan dengan karya milik seniman lain untuk dijadikan sebuah gambar 'baru' yang bahkan masih memiliki kecacatan dan tidak memiliki 'rasa' di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya pencurian karya, tidak jarang juga banyak orang-orang bertangan nakal yang menggunakan AI untuk menghasilkan karya yang tidak senonoh, seperti menggunakan video deepfake untuk memasukkan foto orang lain ke dalam suatu foto atau video baru sesuai prompt yang mereka mau seperti kasus yang terjadi Pennsylvania, di mana seorang pria menggunakan deepfake untuk membuat konten pelecehan seksual terhadap anak-anak yang menggunakan foto selebriti cilik .
Teknologi akan menjadi berkah bila manusia tidak serakah. Perkembangan dan penggunaan AI tidak akan bisa dibendung, yang menjadi fokus kita saat ini adalah bagaimana kita bisa menggunakan AI sebagai suatu bantuan yang tidak merugikan manusia lain agar hal tersebut bisa menjadi berkah bagi semua kalangan tanpa terkecuali.
ADVERTISEMENT