Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjelajahi DMZ, Perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara
15 Januari 2024 12:34 WIB
Tulisan dari Marina Ika Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjelajahi DMZ menjadi pengalaman traveling anti mainstream dan sangat berkesan. Apakah bisa turis mengunjungi DMZ yang merupakan wilayah perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara? Jawabannya, bisa, dengan menggunakan tur. Perlu dicatat bahwa berkunjung secara individu tidak dimungkinkan karena jumlah wisatawan dibatasi per harinya disertai dengan aturan dan pengecekan keamanan yang ketat. Berbagai paket tur DMZ ditawarkan oleh platform travel, mulai dari tur setengah hari atau satu hari penuh, dengan berbagai pilihan destinasi yang ingin dikunjungi.
DMZ merupakan wilayah perbatasan sepanjang 258 km yang membagi Semenanjung Korea menjadi dua, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan dengan lebar masing-masing 2 km di tiap sisi negara tersebut. DMZ didirikan sebagai zona penyangga antara negara Korea Utara dan Korea Selatan berdasarkan kesepakatan Perjanjian Gencatan Senjata Korea pada tahun 1953. Zona ini dipenuhi dengan pagar kawat berduri, menara pengawas, dan dijaga ketat oleh tentara dari kedua negara.
Salah satu rangkaian tur setengah hari yang ditawarkan adalah mengunjungi beberapa spot di DMZ seperti Taman Perdamaian Imjingak, Freedom Brigde, Third Tunnel, Observatorium Dora, hingga ke toko souvenir yang menjual produk khas Korea Utara dan produk hasil pertanian lokal Paju.
ADVERTISEMENT
Seorang pemandu akan menjelaskan semua aturan dan sejarah di tiap spot wisata selama tur berlangsung. Saat memasuki kawasan DMZ, para turis akan diperiksa paspornya oleh pihak militer Korea Selatan. Tur dimulai dengan mengunjungi Taman Perdamaian Imjingak yang dibangun untuk mengenang anggota keluarga yang terpisah semasa Perang Korea. Terdapat sebuah monumen yang didedikasikan kepada keluarga korban untuk dapat menghormati dan mendoakan leluhur mereka yang berada di Korea Utara. Pemandu juga menceritakan beberapa kisah pilu dan mengharukan ketika suatu kali pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan membuat sebuah program untuk para anggota keluarga yang terpisah selama berpuluh-puluh tahun untuk bertemu lagi untuk pertama kalinya pasca perang.
Destinasi selanjutnya adalah Freedom Brigde, yaitu jembatan kayu yang pernah digunakan oleh sekitar 12.000 tahanan perang dari Korea Utara yang menyeberang ke Korea Selatan dan menjadi simbol harapan reunifikasi kedua negara. Di samping jembatan tersebut, terdapat lokomotif tua yang dipenuhi lubang tembakan peluru, menjadi saksi bisu sejarah Perang Korea. Selain itu, kita juga dapat menuliskan doa atau harapan untuk perdamaian Semenanjung Korea dengan pita warna-warni yang digantung di pagar kawat berduri.
Untuk merasakan pengalaman lebih nyata semasa perang, pengunjung dibawa memasuki Third Tunnel yang merupakan salah satu dari empat terowongan bawah tanah yang ditemukan oleh pihak Korea Selatan pada tahun 1978. Terowongan dengan panjang 1,64 km tersebut diyakini dibangun oleh militer Korea Utara sebagai jalur untuk melakukan serangan ke Korea Selatan. Suasana di dalam terowongan terasa dingin, banyak tetesan air, ruangnya tidak terlalu luas dan tinggi, dan perlu stamina yang kuat karena jalurnya sangat curam. Untuk menelusuri terowongan ini, wisatawan akan dibekali dengan helm pengaman, semua barang bawaan akan disimpan di loker, serta tidak diizinkan untuk mengambil foto dan video.
Selanjutnya, pengunjung akan diajak untuk menyaksikan film dokumenter yang menggambarkan sejarah Perang Korea. Naik ke dek Observatorium Dora, wisatawan dapat melihat dan mengamati wilayah Korea Utara secara langsung melalui teropong. Observatorium Dora berada paling dekat dengan wilayah Korea Utara, hanya 10 mil dari kota Kaesong. Menariknya lagi, kita juga bisa melihat bendera negara Korea Selatan dan Korea Utara yang berkibar di wilayah perbatasan tersebut dalam satu jarak pandang.
Sebagai penutup, pengunjung bisa membeli souvenir khas DMZ seperti topi, kaos, jaket, tas dengan motif militer, mata uang Won Korea Utara, hingga produk agrikultur Paju seperti beras, kacang kedelai, dan ginseng.
ADVERTISEMENT
Traveling ke DMZ memberikan banyak pelajaran berharga di samping kitab isa menikmati pemandangan yang indah di luar kota Seoul. Kita dapat mempelajari mengenai sejarah Perang Korea hingga akhirnya Semenanjung Korea terbelah menjadi dua hingga saat ini dari kacamata Hubungan Internasional. Kisah nyata para korban perang juga membuat kita berempati dan menyadari mahalnya sebuah perdamaian, seperti yang tertulis di monumen di Taman Perdamaian Imjingak, “Freedom is not Free."