Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Human Interest: Gulali Besar Rasa Stroberi
3 Desember 2021 15:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Marista Indy Haqiena tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kereta Api Sritanjung tujuan Lempuyangan-Ketapang selalu berangkat sekitar pukul tujuh pagi dan tiba di tujuan akhir sekitar pukul sembilan malam. Jika seorang penumpang asal Yogyakarta akan pergi menuju Banyuwangi, maka diperlukan sekitar 12 jam untuk sampai tujuan. Perjalanan yang cukup membosankan untuk seseorang berumur 20 tahun yang hanya mengandalkan handphone untuk hiburan dan tanpa ada teman untuk mengobrol. Apalagi jika seseorang tersebut dianggap memiliki wajah “menakutkan” untuk diajak mengobrol, bisa dipastikan interaksi akan sulit terjadi meskipun hanya sekelebat. Penumpang dengan nomor kursi 12E gerbong satu salah satunya.
ADVERTISEMENT
Penumpang 12E telah duduk di kursinya 10 menit sebelum keberangkatan kereta dari Stasiun Lempuyangan. Penumpang 12E adalah seorang wanita. Terlihat umurnya sekitar 20 tahunan dan sedang duduk di bangku kuliah atau bekerja dengan ditemani komputer setiap hari. Raut wajah datarnya menunjukkan seolah dia jarang tersenyum dan hanya berbicara sesingkat mungkin sesuai dengan kebutuhan.
Namun, pandangan pertama selalu salah.
Pukul satu siang adalah waktu pergantian posisi kepala kereta di stasiun Kota Surabaya. Waktu pemberhentian di Stasiun Kota Surabaya sekitar 30 menit, waktu yang cukup untuk berjalan-jalan ke luar kereta untuk sekadar makan, minum, salat, atau pun belanja. Penumpang 12E keluar dari gerbong kereta menuju warung makanan ringan di kantin stasiun. Dia membeli lima permen tangan dengan rasa yang berbeda-beda. Permen-permen itu dimasukkan ke dalam kantong jaket dan dia kembali ke gerbong tempat kursinya berada. Tujuh menit setelah penumpang 12E duduk, kereta itu mulai berjalan meninggalkan Stasiun Kota Surabaya.
ADVERTISEMENT
Pukul tiga sore, ketika mata mulai terasa berat dan ingin memejamkan mata untuk tertidur, penumpang 12E masih berkutik dengan laptopnya, menimbulkan suara-suara kecil yang dikalahkan oleh suara gesekan rel kereta dengan roda kereta. Seorang anak perempuan, kira-kira berusia tiga tahun, berjalan dari sebrang tempat duduk penumpang 12E. Pakaian serba merah jambu membuat anak perempuan itu terlihat seperti gulali besar rasa stoberi yang bisa berjalan dan siap dimakan. Benar, anak perempuan itu mendatangi penumpang 12E dan tertarik dengan suara yang dihasilkan laptopnya. Suara yang bahkan dikalahkan oleh suara rel kereta.
Penumpang 12E melihat gulali besar rasa stroberi itu, memberinya permen rasa stroberi, dan membuatnya duduk di kursi 12D. Anak perempuan itu meminta bantuan untuk membuka bungkus permen rasa stroberinya, penumpang 12E segera mematikan laptop, membantu membukakan bungkus permen rasa stroberi milik anak perempuan itu dan miliknya sendiri. Mereka saling bercerita, kemudian bermain, dan mereka tertawa bersama. 30 menit setelah itu, penumpang 12E mengembalikan anak perempuan itu ke orang tuanya yang berada di kursi 7ABC.
ADVERTISEMENT
Mata penumpang 12E tidak bisa menutupi jika dia senang bertemu dengan gulali besar rasa stroberi itu. Seorang penumpang 12C tiba-tiba memulai percakapan dengan penumpang 12E.
“Sepertinya tadi sangat menyenangkan, Mbak?”
“Cukup menyenangkan, Pak.” Penumpang 12E tersenyum membalas pertanyaan itu.
“Bisa sampe akrab gitu sama anak kecil, Mbaknya ada pengalaman sama anak kecil?”
“Nggak, juga, Pak. Dari tadi saya ga sengaja lihat anak itu. Dia cuma main sendiri, sering nangis malahan. Tapi orang tuanya tetap sibuk sama Hp-nya. Padahal di umur segitu, anak-anak harusnya dapat perhatian lebih dari orang tuanya.”
Penumpang 12C tersenyum dan mulai bercerita tentang dirinya yang tidak bisa menemani istrinya saat proses kelahiran anak pertama.