Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melampaui 5 Sumber Daya dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial
14 Agustus 2024 17:14 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Martin Dennise Silaban tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah cukup mengelola dan mengembangkan kewirausahaan sosial dengan terpaku pada 5 sumber modal seperti finansial, lingkungan, manusia, fisik, sosial semata?
ADVERTISEMENT
Apalagi dalam konteks perkembangan teknologi dan semakin kompleksnya permasalahan sosial maupun lingkungan yang dihadapi manusia. Lantas apa yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kewirausahaan sosial di masa sekarang ini?
Dalam tulisan ini saya menggunakan istilah kewirausahaan sosial yang merujuk pada bentuk usaha yang bersama-sama mengatasi masalah ekonomi dan sosial secara bersama-sama. Sedangkan social entrepreneur merujuk pada orang yang menjalankan kewirausahaan sosial. Dalam hal ini, saya mengikuti definisi terkait social entrepreneur yaitu a social entrepreneur is a person who pursues novel applications that have the potential to solve community-based problems. (Hayes, 2024). Mereka adalah orang-orang yang tidak semata-mata menjalankan usaha dengan mencari keuntungan semata namun juga menciptakan maupun mengembangkan inovasi yang dipergunakan untuk membantu mengatasi permasalahan-permasalahan sosial. Salah satu yang saya angkat dalam tulisan ini yaitu Mina Dewi Sukmawati yang mengembangkan Bank Sampah di kota Padang untuk mengatasi permasalahan yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
Kota Padang merupakan salah satu kota yang terletak di Pulau Sumatera. Salah satu permasalahan yang turut dialami oleh kota Padang adalah peningkatan jumlah sampah seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Padang melaporkan bahwa hampir 640 ton dihasilkan oleh Masyarakat setiap harinya. (Azizah, 2022). Hal tersebut lah yang mendorong Mina Dewi sukmawati untuk turut terlibat dalam membantu mengatasi permasalahan yang ada.
Proses ini dimulai pada tahun 2011 dengan menggagas Bank Sampah Limpapeh (yang akhirnya berubah nama menjadi Bank Sampah Panca Daya) dengan sumber dana dan fasilitas yang kurang cukup. Pada proses awal, operasional bank sampah dilakukan di salah satu perumahan warga. Dengan minimnya fasilitas, Bank Sampah yang didirikan ini pun sempat berhenti dikarenakan tidak tersedianya lokasi untuk operasional. Namun, meski demikian dewi tetap berupaya untuk melakukan proses penyadaran terkait sampah pada Masyarakat sekitar. (Alwi, 2019). Proses yang dilakukan dewi ini pun mampu membawa Bank Sampah yang dikelolanya menjadi percontohan dan menjadi ‘laboratorium’ bagi banyak bank sampah lainnya. Ia mampu mendorong peningkatan pemasukan (income generating) bagi keluarga-keluarga yang turut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah rumah tangga serta mengurangi permasalahan sampah.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa sumber daya yang dimiliki oleh Dewi?
Melampaui 5 Sumber Daya: Spiritual-Intelectual-Information-Digital
Dalam proses yang dilakukan, dewi memiliki serangkaian sumber daya yang akhirnya berperan dalam keberhasilan nya di dalam mengelola Bank Sampah. Sumber daya ini berbeda dengan apa yang lumrah diketahui.
Sumber daya yang dimiliki pertama yaitu Spiritual Capital. Sumber daya spiritual adalah seperangkat sumber daya yang salah satunya berasal dari agama yang dipergunakan untuk pembangunan ekonomi. (games, dkk, 2024). Meskipun demikian, sumber daya spiritual tidak selalu berasal dari agama, (Neubert, et.al, 2017). Penelitian memperlihatkan bahwa sumber daya spiritual adalah salah satu sumber yang mendorong refleksi diri dari proses yang dilakukan, belajar dari kesalahan dan akhirnya mampu meningkatkan inovasi. (games,dkk, 2024; Neubert, et.al 2017). Hal ini juga yang terjadi pada dewi ketika mengembangkan Bank Sampah. Ada masa dimana Bank sampah yang digagas olehnya pernah terhenti. Namun belajar dan berefleksi dari hal tersebut, Dewi melanjutkan kembali dengan mendorong inovasi baru melalui perubahan nama, menyusun program, serta merumuskan visi misi yang berkaitan dengan tujuan (goal) yang ingin dicapai.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, adalah sumber daya intelektual. Sumber daya intelektual adalah seperangkat pengetahuan yang terkait dengan organisasi, keterampilan, maupun informasi terkait dengan rantai nilai usaha yang dijalankan oleh suatu organisasi. (Iskandar, dkk, 2024). Ketika Bank Sampah yang dijalankan oleh Dewi tidak beroperasi hampir 1 tahun, Ia lantas kemudian mengidentifikasi berbagai mitra yang mungkin dapat membantu proses yang dilakukannya. Dari sanalah ia mendapatkan informasi adanya peluang dari kecamatan yang memberikan Gedung untuk operasional Bank Sampah. Ia juga lantas mengajak ibu-ibu penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk terlibat di dalam pengelolaan Bank Sampah. Selain itu, Ia juga melakukan sosialisasi-sosialisasi di Pos pelayanan terpadu (Posyandu) dan Masyarakat di sekitar lokasi Bank Sampah untuk mendorong mereka terlibat. Proses ini kemudian berhasil mengajak Masyarakat hingga mendapat perhatian dari beberapa Perusahaan yang kemudian memberikan dana tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) pada Bank Sampah Panca Daya.
ADVERTISEMENT
Sumber daya ke tiga yang dimiliki oleh Dewi adalah Sumber daya Informasi. Sumber daya informasi adalah kesiapan yang dimiliki terkait dengan berbagai hal yang menyangkut kesiapan perangkat keras yang memadai (laptop dll), pengetahuan yang terkait penggunaan teknologi informasi, jaringan internet, maupun aplikasi yang dapat meningkatkan proses usaha. (Tjahjadi, B et.al, 2024). Saat terjadi Covid-19, Dewi berinovasi dengan meluncurkan pelayanan aplikasi digital Bank Sampah Pancadaya. Melalui aplikasi tersebut, masyarakat yang akan menjual sampah dapat menggunakan aplikasi tersebut, termasuk mengetahui beragam informasi harga barang-barang yang mau mereka kirimkan ke Bank Sampah. (Syafarud, 2020). Dewi bekerja sama dengan Institusi Pendidikan untuk terus melakukan inovasi demi menjawab tantangan yang datang dari luar organisasi tersebut. Dalam hal ini, hadirnya Covid-19 mendorong Dewi melakukan inovasi dengan pengetahuan yang dimiliki maupun sumber daya (hardware/perangkat keras ) yang ada di dalam organisasi bank sampah Pancadaya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, adalah sumber daya Digital. Sumber daya digital adalah kumpulan kemampuan (kapabilitas) digital serta kompetensi yang dimiliki oleh individu yang diwujudkan melalui kemampuan penggunaan teknologi digital, yang dapat diperoleh dari internet maupun sumber lainnya. (Prayoga, et.al, 2024). Sumber daya digital mirip dengan sumber daya informasi. Namun pada bagian ini lebih mengacu pada keterampilan digital yang dimiliki oleh Aktor. Dalam hal ini dewi sebagai pendiri Bank sampah memiliki kemampuan untuk melihat peluang pengembangan dari aspek ICT (Internet, Computer & Technology) yang membuatnya melakukan digitalisasi dalam layanan pelanggan Bank Sampah alih-alih bertahan dengan proses konvensional yang telah dijalankan selama ini. Melalui keterampilan tersebut, nasabah bank sampah panca daya pun meningkat hingga mencapai ribuan. (syafarud, 2020; Nolasari, et.al, 2024).
ADVERTISEMENT
Perpaduan Social Bricolage, & 4 Sumber Daya: Kunci Keberhasilan Mina Dewi Sukmawati
Dalam proses yang dilakukan oleh Mina Dewi Sukmawati, tidak lepas dari 4 sumber daya yang telah disebutkan di atas. Ia memiliki sumber daya Spiritual, Intelektual, Informasi dan juga Digital. Selain ke empat sumber daya tersebut, Dewi juga memiliki Social Bricolage. Istilah ini dikemukakan oleh Levi-Strauss untuk menyebutkan segala aktivitas dan tindakan yang dapat menyesuaikan diri dengan apapun yang terjadi. Dalam kewirausahaan sosial, istilah ini semakin popular untuk menggambarkan penggunaan alat maupun keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas apapun yang dihadapi. (Iskandar, et.al, 2024). Biasanya, hal ini juga terkait dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki yang mendorong aktor untuk bertahan, maupun memanfaatkan apa yang tersedia untuk menjalankan proses usahanya.
ADVERTISEMENT
Dalam proses yang terjadi pada pengembangan Bank Sampah, setiap keterbatasan yang ada tidak menghalangi Dewi untuk mempertahankan dan bahkan berinovasi mengembangkan bank Sampahnya. Meskipun sempat terhenti dikarenakan berbagai keterbatasan, namun Dewi masih mampu untuk menjalankan serta mengubah strategi dalam mengembangkan Bank Sampah Panca Daya. Hal inilah yang mendorong keberhasilan Bank Sampah Panca Daya hingga dapat memiliki nasabah yang banyak dan telah berkontribusi dalam mengatasi permasalahan lingkungan serta mendorong hadirnya keuntungan ekonomi dari proses yang dilakukan. (Arzil, 2023; Iskandar, 2024).
Sehingga, perpaduan Social Bricolage dan 4 sumber daya tersebutlah yang berkontribusi pada keberhasilan Dewi dalam pengembangan Bank Sampah yang mana hal ini melampui 5 sumber daya yang biasanya dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam pengembangan usaha sosialnya.
ADVERTISEMENT
Referensi
Alwi, F, D. (2019). PEREMPUAN INSPIRATIF: STUDI TENTANG BIOGRAFI MINA DEWI DEWI AKTIVIS LINGKUNGAN SUMATERA BARAT TAHUN 1995-2020. Skripsi .
Arzil.(2023). Militansi Mina Dewi Dewi, Tangani Sampah dari Hulu ke Hilir. Diakses tanggal 27 Juni 2024 melalui https://www.arunala.com/berita/93893/militansi-mina-dewi- dewi-tangani-sampah-dari-hulu-ke-hilir/halaman/3
Azizah, N.(2022). Sampah kota padang capai 640 Ton per Hari. Diakses pada 28 Juni 2024 melalui https://news.republika.co.id/berita/rf09ix463/sampah-kota-padang-capai- 640-ton-per-hari
Games,D., Agustina, T,S., Lupiyoadi., R & Kartika, R. (2024). An examination of spiritual capital and innovation: insights from high-growth aspiration entrepreneurs in a developing economy. Journal of Small Business and Enterprise Development. DOI 10.1108/JSBED- 12-2022-0504
Hayes, A. (2024). Social Enterpreneur. Diakses tanggal 13 Agustus 2024 melalui https://www.investopedia.com/terms/s/social-entrepreneur.asp
Iskandar, Y., Ardhiyansyah, A & Pahrijal, R. (2024). Key Factors Affecting Business Sustainbaility of MSMEs in Indonesia: The Role of Intellectual Capital, Social Innovation, and Social Bricolage. The Eastasouth Management and Business. 02(02) DOI: 10.58812/esmb.v2i02
ADVERTISEMENT
Neubert, M, J., Bradley, S,W, Ardianti, R & Simiyu, E,M. (2017). The Role of Spiritual Capital in Innovation and Performance: Evidence from Developing Economies. DOI: 10.1111/etap.12172
Nolasary, M, P., Sari, A,W & Wahyuni, D,F. (2024). Analysis Of Sociopreneurship Elements (Social Entrepreneurship) That Are Competitive At Panca Daya Waste Bank In The City Of Padang. Iosr Journal Of Economics And Finance (Iosr-Jef). 15(1)
Prayoga, R,A ., Wijaya, G., Firiyah, N., Wicaksono, A & Wahyono, E. (2024). Strengthening digital capital on social media for collective social action in micro, small, and medium enterprises (MSMEs). Bricolage ; Jurnal Magister Ilmu Komunikasi. 10(1).
Syafarud, L. (2020). Mudahkan Masyarakat Nabung Smapah, Bank Sampah Pancadaya Padang Luncurkan Layanan berbasis aplikasi digital. Diakses pada tanggal 28 Juni 2024 melalui https://sumbar.antaranews.com/berita/379310/mudahkan-masyarakat-nabung- sampah-bank-sampah-pancadaya-padang-luncurkan-layanan-berbasis-aplikasi-digital
ADVERTISEMENT
Tjahjadi, B., Soewarno, N., Anwar, D,N & Fairuzi, A. (2024). Effect of Human Capital and Information Capital Readiness on Business Sustainability: Do Market Orientation and Business Performance Matter?.. https://doi.org/10.1177/21582440231221320 Universitas Andalas