Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Belum 5 Menit
30 Juni 2017 3:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Mas Wiraaa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aku tahu manusia ngga ada yang sempurna dan akupun tahu bahwa manusia ngga selamanya benar. Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan sudah semestinya setelah melakukan kesalahan kita meminta maaf. Lalu, bagi yang merasa tersakiti karena kesalahan seseorang ada baiknya jika memaafkan agar semuanya mereda.
ADVERTISEMENT
Di setiap hubungan pasti menginginkan rasa kasih sayang, pengertian dan kesetiaan. Tapi ternyata, itu saja tidak cukup. Dalam suatu hubungan, komunikasi juga memiliki peran yang penting. “Komunikasi” dalam suatu hubungan haruslah nyambung, kalaupun ngga nyambung, satu sama lain harus rela untuk memaklumi dan menjelaskan. Otomatis butuh kerendahan hati dalam diri kita untuk mau menjelaskan dan mendengarkan. Sayangnya banyak hubungan simple yang susah untuk menjalin komunikasi dengan baik. Contoh simplenya adalah pacaran. Yap, pacaran! Dimana masing-masing pasangan tersebut, terkadang ada salah satu yang maunya menang sendiri, kurang mau untuk terbuka dengan pasangannya, dan ada pula yang berpegang erat dengan segala prinsipnya sehingga lebih memilih komunikasi tersebut diakhiri dengan bertengkar daripada didiskusikan bersama untuk mencari jalan keluar.
ADVERTISEMENT
Sampai pada akhirnya, salah satu –atau bahkan beberapa- diantara kita pernah berucap; “Kalau aku habis berantem sama kamu, rasanya aku jadi tahu dan lebih mengerti tentang kamu. Dan, itu bikin rasa sayangku makin bertambah..” Sebuah statement yang manis memang.. Saat itu aku masih tidak menghiraukan apa kata orang mengenai pertempuran diantara kita, namun semakin lama hal itu seperti menjadi sebuah kebiasaan dan mengakibatkan pertempuran hati pula yang bergejolak seakan dengan lugunya baru menyadari bahwa tidak seharusnya pertempuran ini selalu dibiarkan memasuki ruang diantara kita. Seharusnya, perasaan saling sayang tidak perlu dibarengi dengan saling bertengkar dan ngga melulu perasaan amarah yang menggebu-gebu diidentifikasikan sebagai gejala bahwa pasangan tersebut akan semakin sayang dan semakin awet.
ADVERTISEMENT
Bukankah kasih sayang merupakan suatu hal yang manis? Kasih sayang adalah ketika kita dapat menjaga emosi, menurunkan ego, dan meningkatkan pengertian untuk mau saling mendengarkan dan memaafkan. Pada saat itu kita hanya bisa putus-nyambung-putus-nyambung layaknya kita sedang asyik menikmati kue lalu jatuh, tapi karena belum 5 menit kita makan lagi. Dan jika hal tersebut dilakukan berulangkali efek setelahnya adalah kita sakit sendiri. Kalau cuma makanan sih paling ya cuma sakit perut. Lah, kalau kita bertengkar terus? Yang sakit kan perasaan kita. Menurutku ngga ada hubungan yang dibilang baik kalau pada akhirnya ada yang tersakiti.
Kita ini manusia, bukan makanan yang bisa pakai aturan “belum 5 menit”. Perasaanku ke kamu bukan sebatas rasa suka ke makanan favorit yang akhirnya bisa eneg kalau dimakan terus. Perasaanku itu seperti citarasa khas suatu makanan yang akan terus melekat dan tidak pernah berubah rasanya sekalipun kamu sudah tidak menikmatinya lagi dalam selang waktu yang lama namun tetap tahu betul bahwa itu adalah rasaku –tidak berubah dan tidak akan kamu dapati dari selainku.
ADVERTISEMENT