Konten dari Pengguna

Inflasi November 2024: Tantangan Pemulihan Ekonomi di Tengah Tantangan Global

Masyita Crystallin
Masyita Crystallin adalah Partner at Systemiq and Head of Asia Pacific Sustainable Finance and Policy. Ia juga menjabat sebagai Co-chair Deputy of Coalition of Finance Minister for Climate Action.
22 Desember 2024 10:14 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Masyita Crystallin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Freepik.com/freepik
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Freepik.com/freepik
ADVERTISEMENT
Pada November 2024, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,55% lebih rendah dibandingkan November tahun sebelumnya sebesar 1,71%. Meski demikian, secara bulanan (month-on-month), inflasi naik 0,3% lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober di 0,08%.
ADVERTISEMENT
Inflasi kali ini disebabkan oleh tiga komponen utama yakni inflasi inti, harga yang diatur pemerintah, dan harga barang yang fluktuatif. Inflasi inti yang mencerminkan harga barang dan jasa seperti jasa pendidikan dan perawatan kesehatan, meningkat 2,26% secara tahunan dan 0,17% secara bulanan.
Harga yang diatur pemerintah, seperti tarif listrik dan bahan bakar, naik 0,82% secara tahunan dan 0,12% secara bulanan. Sementara itu, harga barang yang fluktuatif, seperti bahan makanan mengalami penurunan -0,32% secara tahunan, tetapi mengalami kenaikan tajam 1,07% secara bulanan, didorong oleh kenaikan signifikan harga bawang merah, minyak goreng, dan daging ayam.
Faktor Pemicu Kenaikan Harga
Kenaikan harga di bulan November disinyalir karena tingginya permintaan menjelang libur natal dan tahun baru serta berakhirnya musim panen. Kategori barang yang mengalami kenaikan paling besar secara tahunan meliputi perawatan pribadi dan jasa lainnya (7,26%), penyediaan makanan dan minuman restoran (2,40%), dan biaya pendidikan (1,89%).
ADVERTISEMENT
Sedangkan kenaikan paling besar secara bulanan meliputi komponen makanan, minuman, dan tembakau (0,78%), perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,65%), dan penyediaan makan dan minuman/Restoran (0,17%). Namun tidak semua barang mengalami kenaikan harga seperti beras, cabai merah, dan cabai rawit justru mencatat penurunan, membantu meredam tekanan inflasi secara keseluruhan.
Pemulihan Ekonomi dan Tantangan Global
Pemulihan yang bertahap membutuhkan stabilitas kebijakan dan dukungan pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6% sebagai langkah menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global. Harapan besar juga tertuju pada pemerintahan baru akan janji ekspansi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan lebih signifikan.
Namun, ketegangan global antara Amerika Serikat dan China menjadi ancaman serius. Potensi perang dagang jilid dua yang dapat mengganggu rantai pasok global dan stabilitas ekonomi domestik.
ADVERTISEMENT