Konten dari Pengguna

Gacha di Game Online Bikin Kecanduan?

Matthew William Bonar Sihombing
Mahasiswa semester 1 S1 Psikologi Universitas Brawijaya
2 Desember 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Matthew William Bonar Sihombing tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di jaman sekarang ini, banyak game, baik yang ada di ponsel atau komputer ataupun console, menggunakan sistem gacha sebagai salah satu fitur utama mereka. Gacha adalah mekanisme di mana pemain mengeluarkan sejumlah mata uang dalam game (sering kali mata uang ini hanya bisa didapat melalui pembelian dengan uang asli) untuk mendapatkan barang atau karakter di dalam gim secara acak. Fenomena ini sudah mendunia, tentu saja fenomena ini juga memicu perdebatan, terutama terkait kecanduan. Apa yang membuat gacha begitu adiktif, dan bagaimana ini berkaitan dengan fungsi otak, serta psikologi manusia? Yuk, kita bahas!
Contoh gambar orang kecanduan game online yang ada fitur gacha, sumber: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Contoh gambar orang kecanduan game online yang ada fitur gacha, sumber: pexels.com
Gacha: Mengapa Kita Tertarik?
ADVERTISEMENT
Sistem gacha mirip dengan slot atau undian, ataupun judi. Pemain bertaruh untuk mendapatkan hadiah dengan harapan mendapatkan sesuatu yang langka atau berharga. Konsep ini didasarkan pada variable ratio reinforcement, yaitu bentuk penguatan yang memberikan hadiah setelah sejumlah tindakan tertentu secara acak. Hal ini dikenal sebagai salah satu dari banyak mekanisme yang efektif untuk menciptakan perilaku yang konsisten.
Ketika seseorang mendapatkan hadiah atau barang yang diincar, otak menghasilkan lonjakan dopamin, hormon yang terlibat dalam rasa puas dan kebahagiaan. Lonjakan ini menciptakan adanya keinginan untuk mengulang kejadian itu karena pemain ingin kembali merasakan kesenangan tersebut. Bahkan, jika hasilnya tidak sesuai harapan, rasa penasaran dan harapan bahwa dirinya akan lebih beruntung dalam gacha berikutnya terus memotivasi pemain untuk bermain.
ADVERTISEMENT
Adiksi dan Perilaku Kompulsif
Adiksi dalam konteks gacha dapat dilihat sebagai behavioral addiction, yaitu kecanduan yang tidak melibatkan zat seperti alkohol atau narkoba, tetapi tetap kecanduan dikarenakan perilaku tertentu yang sulit dikendalikan. Ciri khas adiksi perilaku meliputi:
1. Kesulitan berhenti meski tahu dampaknya negatif bagi dirinya: Banyak pemain menghabiskan uang dikarenakan hasrat atau keinginan untuk mendapatkan lonjakan dopamin kembali.
2. Obsesi: Pemain yang kecanduan akan terus memikirkan hasil gacha berikutnya, bahkan di luar waktu bermain, yang mana bisa mengganggu kegiatan sehari-hari orang tersebut.
3. Gejala emosional: Frustrasi, kecemasan, atau bahkan euforia berlebihan saat melakukan gacha menandakan bahwa hal ini dapat menyebabkan perubahan yang drastis dalam kondisi emosi orang yang kecanduan.
ADVERTISEMENT
Banyak penelitian menunjukkan bahwa perilaku ini melibatkan perubahan pada otak bagian depan, lebih tepatnya prefrontal cortex, bagian otak yang mengatur pengambilan keputusan dan kontrol impuls. Pada individu yang mengalami kecanduan, aktivitas di prefrontal cortex mereka cenderung menurun, sehingga mereka kesulitan menahan hasrat atau dorongan untuk terus melakukan gacha, meskipun sadar akan dampak yang akan diterima.
sumber: pexels.com
Psikologi di Balik sistem Gacha
Teman-teman penasaran enggak sih, bagaimana bisa hal sesimpel gacha itu memengaruhi proses berpikir dan berperilaku?
Sistem gacha dirancang untuk memanfaatkan berbagai bias-bias psikologis seperti:
1. Near-miss effect: Jika pemain hampir memenangkan hadiah utama, biasanya mereka akan cenderung merasa lebih termotivasi untuk melakukan gacha lagi.
2. Loss aversion: Pemain takut kehilangan kesempatan langka atau barang langka sehingga terdorong untuk terus melakukan gacha.
ADVERTISEMENT
3. Sunk cost fallacy: Ketika seseorang yang sudah menghabiskan banyak waktu atau uang untuk gacha, maka dalam diri mereka akan merasa sayang untuk berhenti dan malah terus melanjutkan karena perasaan sayang tersebut.
Pengembang game juga seringkali menambahkan elemen sosial atau juga elemen kemampuan unik, seperti contohnya pada game Pokemon Trading Card Game Pocket, terdapat fitur untuk memamerkan kartu-kartu langka yang hanya bisa didapatkan dari gacha untuk memengaruhi orang lain dengan rasa FOMO (fear of missing out) dan mendorong mereka untuk ikut gacha. Ada juga elemen seperti dimana pemain hanya bisa lanjut memainkan game tersebut jika gacha atau membayar (pay to win).
Region of Interest (ROI) dalam Adiksi Gacha
Dalam konteks neurosains, beberapa area otak yang sering berhubungan dengan perilaku adiktif termasuk:
ADVERTISEMENT
1. Ventral striatum: Berfungsi sebagai penanda kehadiran/harapan imbalan dan juga berhubungan dengan goal motivated behavior
2. Prefrontal cortex: Berperan dalam mengontrol diri dan juga pengambilan keputusan.
3. Amygdala: Mengatur dan mengolah berbagai emosi, seperti kecemasan atau bahagia.
4. Insula: Terlibat dalam kesadaran internal, termasuk perasaan “butuh” untuk bermain gacha.
Para peneliti dan dokter berkata bahwa orang dengan pola aktivitas otak tertentu yang tidak biasa di area-area ini lebih rentan terkena kecanduan, termasuk kecanduan gacha.
sumber: pexels.com
Dampak Sosial dan Psikologis
Adiksi pada gacha tidak hanya memengaruhi otak, tetapi juga berpengaruh pada banyak hal pada orang yang terdampak, seperti:
1. Keuangan: Pemain sering kali mengalami masalah finansial karena menghabiskan uang untuk gacha.
ADVERTISEMENT
2. Hubungan dengan sesama: Kecanduan gacha bisa memengaruhi hubungan sosial karena pemain terlalu fokus pada game dibanding kehidupan sosialnya.
3. Kesehatan mental: Frustrasi atau kecewa akibat gagal mendapatkan barang yang diinginkan secara terus-menerus dapat memicu stres, kecemasan, atau bahkan depresi yang berisiko kematian.
Mengelola Adiksi Gacha
Ada beberapa langkah-langkah yang bisa diambil untuk mencegah atau mengurangi risiko kecanduan gacha:
1. Self-regulation: Pemain harus menetapkan batas waktu bermain dan juga anggaran jika ingin gacha.
2. Transparansi oleh pengembang game: Memberikan informasi tentang drop rates secara jujur untuk mendorong keputusan yang lebih rasional dan tidak gegabah.
Kesimpulan
Fenomena gacha menunjukkan bagaimana mekanisme sederhana dari game bisa memengaruhi perilaku manusia hingga tingkat neurobiologis. Mekanisme kerja otak, bias psikologis, dan sistem gacha yang bisa dengan gampangnya memanipulasi pikiran seseorang menjadi kombinasi yang memicu adiksi. Meski menyenangkan, pemain perlu bijak dalam menghadapi sistem gacha ini agar tidak terjebak dalam lingkaran adiksi yang merugikan dan yang dapat berakibat fatal.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka