Konten dari Pengguna

Agar Anak Berbakat Tidak Stres

maulida arifatul munawaroh
Mahasiswa Psikologi Pendidikan Islam, Interdisciplinary Islamic Studies, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
4 April 2021 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari maulida arifatul munawaroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi disunting melalui canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi disunting melalui canva.com
ADVERTISEMENT
Dalam melakukan pendidikan pada anak berbakat diperlukan adanya konseling atau bimbingan karena hal ini merupakan hal terpenting dari pengalaman pendidikan semua orang. Perlu adanya bimbingan bagi anak berbakat agar dalam diri sang anak supaya lebih mengetahui potensi yang ia miliki secara sadar ataupun tidak sadar, juga agar dapat membantu perkembangan anak dalam mengatasi masalah yang mungkin muncul dalam pendidikan maupun di luar pendidikan.
ADVERTISEMENT
Stres dapat mengganggu perkembangan kesehatan mental, kreativitas, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan kreatif anak berbakat ditekan, dari luar nampaknya ia patuh, mengikuti saja dan menjadi tergantung. Namun dampaknya dapat merugikan konsep dirinya. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan belajar dan perilakunya bermasalah.
Dengan belajar mengikuti otoritas saja, ia mengorbankan kecenderungan alamiahnya untuk belajar kreatif melalui pertanyaan, dugaan, penjajakan, dan eksperimentasi. Akibatnya ia kehilangan minat untuk belajar. Banyak dari perilaku agresif anak berbakat di dalam kelas disebabkan karena ketidakmampuannya untuk mengatasi ketegangannya. Ketegangan ini sering timbul sebagai reaksi terhadap kurikulum sekolah yang tidak menantang, mengulang-ulang, dan membosankan.
Konselor perlu memahami kedudukan siswa berbakat agar dapat memberi layanan yang efektif. Mereka perlu memahami arti keberbakatan dan karakteristik serta kebutuhan anak berbakat, menemukan kondisi yang menghambat kesehatan mental dan ungkapan keunikan, dan mengusahakan interaksi antara konselor dan siswa dalam kondisi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Bimbingan preventif menuntut konselor mengantisipasi kondisi yang menimbulkan ketegangan dan memberi kesempatan kepada siswa berbakat memperoleh keterampilan guna mengatasi ketegangan. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam membimbing siswa untuk mengatasi ketegangannya adalah dengan mengembangkan keterampilan antarpribadi dan dengan menggunakan kemampuan intelektualnya yang meliputi pemecahan masalahnya. (Munandar, 1999; 393-394)
Seperti telah diketahui bahwa stres adalah fenomena umum yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia. Selagi manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, fenomena stres akan selalu menyertainya. Oleh karena itu, tidak ada manusia yang dapat menghindarkan diri dari stres. Bahkan, seseorang yang mengaku tidak mengalami stres sekalipun ketika berhadapan dengan situasi, sebenarnya ia tengah dilanda stres.
Dengan demikian, stres pada hakikatnya tidak bisa dihilangkan sama sekali, kecuali hanya bisa direduksi atau diturunkan intensitasnya, sehingga berada pada batas-batas toleransi atau tidak sampai membahayakan dan menimbulkan dampak yang negatif bagi kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya menanggulangi atau menangani kondisi stres peserta didik, sekolah sebagai institusi pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi stres yang dialami peserta didik.
Menciptakan iklim sekolah yang kondusif
Situasi sekolah adalah hal penting untuk membantu anak berbakat dalam mengoptimalkan bakatnya. Hubungan siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan, dan hubungan antar peserta didik. Situasi itulah yang dinamakan ke dalam iklim sekolah. Stress sekolah yang di alami peserta didik di antaranya bersumber dari hubungan interpersonal di sekolah.
Maka, sejumlah pemikir dan praktisi dunia pendidikan kontemporer, (seperti Hanusek, 1995; Bobbi De Porter, 2001; Hoy dan Miskel, 2001; Sackney, 2004), menyarankan kepada pihak sekolah agar mampu menciptakan iklim sekolah yang sehat dan menyenangkan, yang memungkinkan siswa dapat menjalin interaksi sosial secara memadai di lingkungan sekolah. Iklim sekolah yang sehat ini, di samping dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan tidak nyaman dan stres dalam diri siswa, yang pada gilirannya akan mempengaruhi prestasi belajar mereka. (Desmita, 2010; 301-302).
ADVERTISEMENT
Iklim sekolah yang sehat ini, di samping dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan tidak nyaman dan stres dalam diri siswa, yang pada gilirannya akan mempengaruhi prestasi belajar mereka.
Melaksanakan program pelatihan penanggulangan stres
Kondisi stres yang dialami peserta didik di sekolah dapat diatasi oleh guru dengan melaksanakan program pelatihan inokulasi stres (stress inoculation training). Inokulasi stres merupakan salah satu strategi atau teknik kognitif-perilaku (cognitive-behavior) dalam program-program terapi dan konseling.
Pendekatan kognitif-perilaku dikembangkan atas prinsip dasar bahwa pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respons (SKR), yang saling terkait dan membentuk semacam jaring SKR dalam otak manusia (Oemardjo, 2003 dalam Desmita,2010; 302). Menurut ahli teori kognitif-perilaku, memahami cara-cara individu menginterpretasikan peristiwa-peristiwa itu sendiri, dan interpretasi individu terhadap peristiwa lingkungan tersebut mempengaruhi cara-cara individu dalam bertindak. (Reddd, dkk., 1979 dalam Desmita ,2010; 302)
ADVERTISEMENT
Dengan pemberian training inokulasi stres, memungkinkan peserta didik untuk menghadapi situasi-situasi yang stresfull di sekolah dengan cara-cara penanganan yang lebih rasional. Di samping itu, melalui training inokulasi stres, peserta didik juga dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan penyesuaian psikososial, sehingga lebih mampu menjalin hubungan interpersonal secara memuaskan.
Melaksanakan resiliensi peserta didik
Reliensi merupakan salah satu aspek potensi yang perlu dikembangkan dalam diri peserta didik. Sebab, resiliensi merupakan kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki peserta didik yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Bagi mereka yang melakukan relisiensi, akan terlihat perannya dalam membuat hidupnya menjadi lebih kuat. Artinya, relisiensi akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam berhadapan dengan kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, perkembangan sosial, akademis, kompetensi vokasional, dan bahkan dengan tekanan hebat yang inheren.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010
Munandar, Utami, Kreativitas & Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka,1999
Uno, Hamzah. Kuadrat, Masri. Mengelola kecerdasan dalam Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Maulida Arifatul Munawaroh dan Fardillah
Mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta