Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
“Ibu tahu kalau di kamar mayat ada lubang?” saat jam istirahat, Aini sengaja menghampiri Bu Ruslah, petugas kebersihan di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Mereka duduk di bawah pohon. Saat itu Aini sedang shift pagi.
“Iya, Mbak, ada. Memangnya kenapa, ya?”
“Itu lubang apa, Bu?”
“Oalah... Mbak belum tahu?”
Aini menggelengkan kepala.
“Mbak Aini harus tahu, ya...,” katanya sambil melirik ke papan nama Aini.
“Setiap gedung itu pasti ada penghuninya,” sambungnya.
Aini mengernyitkan dahi. Ia masih belum paham arah pembicaraan Bu Ruslah.
“Penghuni bagaimana maksudnya, Bu?”
Bu Ruslah meletakkan sapu lidi. Kali ini ia terlihat serius, bersiap menerangkan sesuatu pada Aini.
“Nih, kita di dunia ini enggak hidup sendirian. Selain manusia, ada juga jin dan roh jahat yang selalu berkeliaran. Mereka tidak kasat mata. Siapa tahu sekarang makhluk itu ada di samping Mbak Aini. Atau bisa jadi malah lagi bergelayutan di pundakmu, Mbak.”
ADVERTISEMENT
“Ah... Bu Ruslah! Jangan bikin takut, dong,” Aini meringsut mendekati Bu Ruslah.
“Hahaha... penakut juga, ya.”
“Terus gimana? Tadi terusin ceritanya.”
“Kalau di kampung saya ya, Mbak, setiap gedung baru itu wajib diruwat.”
“Diruwat?” Aini semakin tidak paham.
“Iya diadakan selametan. Biar jin dan roh jahatnya pergi. Nah, kalau di kota ya gedung sebesar apa pun sangat jarang ada acara selametan. Jadi, pasti banyak setannya.”
“Hubungannya sama lubang di kamar mayat itu apa, Bu?”
“Itu lubang setan. Saya udah lama kerja di sini, Mbak. Jadi saya tahu seluk-beluk rumah sakit ini. Dulu, saat rumah sakit ini pertama kali diresmikan, tiba-tiba muncul lubang itu di kamar mayat. Pihak rumah sakit heran, kenapa tiba-tiba ada lubang di sana.”
ADVERTISEMENT
Aini terlihat serius. Ia berusaha menyimak penjelasan Bu Ruslah dengan benar-benar.
“Terus, Bu?”
“Sudah berkali-kali lubang itu ditimbun dan lantainya dibetulkan. Tapi, keesokan harinya lubang itu menganga kembali seperti ada yang menggalinya.”
Aini mengecek jam tangannya. Masih ada waktu untuk menyimak Bu Ruslah.
“Nah, pihak rumah sakit akhirnya membayar dukun agar lubang itu bisa ditimbun. Anehnya tidak ada satu dukun pun yang bisa menimbun lubang itu. Setiap kali ditimbun pasti besoknya muncul lagi."
“Kenapa lubang itu bisa ada di rumah sakit ini ya, Bu?”
“Sudah saya bilang kalau lubang itu sarang setan. Yang jelas lubang itu memang bukan lubang sembarangan. Jangan sesekali kamu masuk ke dalam lubang itu.”
ADVERTISEMENT
“Hampir, Bu.”
“Jadi, kamu pernah hampir masuk ke dalam lubang itu?” Bu Ruslah terkejut bukan main.
Aini mengangguk.
“Untung kamu bisa selamat. Kalau seandainya kamu masuk ke dalam lubang itu... wah, jangan harap bisa kembali lagi. Katanya, kamu bakalan dijadikan stok makanan untuk para makhluk halus di rumah sakit ini.”
“Gila! Stok makanan? Setannya kayak beruang kutub, ya.”
“Jangan bercanda. Ini serius, Mbak.”
“Iya, Bu. Terusin ceritanya.”
“Intinya jangan macam-macam di rumah sakit ini. Banyak setannya.”
Bu Ruslah memasang wajah menakutkan.
“Oh ya, kenal dokter Arwani?” Aini kembali melongok ke jam tangan, masih ada waktu.
“Wah, jelas kenal. Dulu dia dokter di sini. Orangnya baik banget, tapi...,” Bu Ruslah menahan kata-katanya.
ADVERTISEMENT
“Tapi kenapa, Bu?”
“Dia sudah jadi salah satu setan penghuni rumah sakit ini.”
“Dia mati kenapa?” tanya Aini.
“Wah, katanya sih dibunuh.”
"Dibunuh siapa?"
"Wah, kalau itu saya enggak tahu."
“Oke deh, Bu. Saya masuk kerja lagi ya. Nanti kalau ada waktu kita ngobrol lagi.”
Aini bangkit dari duduk. Ia lalu meninggalkan Bu Ruslah.
"Mbak!" panggil Bu Ruslah sebelum Aini melangkah lebih jauh.
"Iya, Bu."
"Ingat, jangan macam-macam nanti kualat!"
Aini mengangguk ragu. Ia lalu melanjutkan langkahnya.
___
Nantikan cerita Bekas Rumah Sakit selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: