Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
“Kak Faisal!” teriak Acong sangat kencang hingga membuat Faisal menoleh kepadanya.
ADVERTISEMENT
Dari kejauhan, Faisal tampak bingung. Sebab, dia melihat dua sosok Acong sekaligus.
“Kak Faisal, kembali! Jangan terpengaruh lelembut gunung ini!” Acong semakin mendekat. Dia mengambil batu sebesar genggaman tangan.
“Lihat ini…!” kata Acong sambil melemparkan batu itu ke arah sosok lelembut. Batu itu pun menembus tubuh mereka seperti menembus kabut.
Kedua sosok yang menyerupai Acong dan Nurul kemudian masuk ke dalam kegelapan. Mereka menghilang begitu saja, sedangkan Faisal masih terheran-heran dengan apa yang dilihatnya barusan.
Hampir saja dia dibawa oleh lelembut Gunung Karang. Mungkin karena Faisal buang air besar sembarangan di gunung. Jadinya jin di gunung itu marah.
Untung saja Acong segera datang dan menyadarkan Faisal. Setelah itu Acong menuntun Faisal untuk pergi dari sana.
ADVERTISEMENT
“Ada apa, Bang?” tanya Nurul, dia juga panik karena barusan mendengar si Acong berteriak memanggil nama Faisal.
“Nggak ada apa-apa, De. Ayo kita pergi dari sini,” jawab Faisal dengan ekspresi wajahnya yang tampak panik.
Malam semakin larut. Mereka akhirnya tiba di pos satu. Di sana ada sebuah gubuk kecil yang ukurannya hanya muat untuk dua orang saja.
“Punten…,” Acong mengetuk pintu gubuk.
Di dalam gubuk ada seorang lelaki tua yang sedang duduk sila. Lelaki itu mengenakan baju dan celana panjang warna hitam.
“Mangga…,” jawab lelaki tua sambil menoleh pada Acong. Suaranya terdengar serak dan berat.
“Bah, kalau boleh kami ingin numpang menginap di area sini,” kata Acong dengan sangat sopan.
ADVERTISEMENT
“Silakan saja asal jangan berisik,” ujar lelaki tua dari dalam gubuknya.
Acong berterima kasih kepada lelaki tua itu. Dia lalu mendirikan sebuah tenda tepat di dekat gubuk si lelaki tua.
“Tadi itu siapa?” tanya Faisal.
“Dia Abah Munjid, juru kunci gunung ini. Dia orang sakti yang bisa berbicara dengan makhluk gaib,” jawab Acong. Faisal mengangguk-angguk.
Belum sempat Acong mendirikan tenda, tiba-tiba Abah Munjid keluar dari dalam gubuknya. Ekspresi wajahnya tampak panik. Napas Abah Munjid terengah-engah seperti habis dikejar-kejar setan. Dia juga menatap Nurul dengan tatapan tajam.
“Pergi kalian semua dari sini!” entah apa yang terjadi, Abah Munjid malah mengusir mereka.
“Ada apa, Bah?” tanya Acong sambil mengerutkan keningnya.
ADVERTISEMENT
“Wanita itu terkutuk!” tunjuk Abah Munjid kepada Nurul.
Faisal tidak terima adiknya dikatakan terkutuk. Dia pun langsung menarik lengan Nurul dan pergi dari sana. Tanpa memedulikan Abah Munjid, buru-buru Acong mengejar mereka.
“Kita nyari tempat kemah yang lain saja,” kata Faisal dengan nada kesal.
Mereka menjauh dari pos satu untuk mencari tempat berkemah. Tak lama kemudian, Acong berhasil menemukan lokasi yang permukaan tanahnya datar. Ia pun mendirikan tenda di sana.
Faisal dengan cekatan membantu Acong. Tak sampai 20 menit tenda itu pun jadi. Acong tidur di samping kanan Faisal, sedangkan Nurul tidur di samping kirinya Faisal.
Sekitar jam satu dini hari Acong terbangun karena mendengar suara seseorang di luar tenda. Suara itu terkesan seperti suara seseorang sedang salat.
ADVERTISEMENT
“Allah…,” itu suara Nurul yang terdengar begitu lirih.
Dari dalam tenda, Acong melihat dengan jelas bayangan seorang wanita yang sedang salat di luar. Dia menoleh ke samping kiri Faisal, tak ada Nurul di sana. Yang sedang salat di luar itu pastilah si Nurul.
Lantaran saking ngantuknya Acong lantas tidur kembali. Namun, sebelum terlelap Acong mendengar suara Nurul berubah menjadi seperti suara lelaki tua yang begitu menggema.
“Allah…,” suara itu terdengar lirih dan berat.
Acong bangkit. Kini dia dalam posisi duduk. Diperhatikannya bayangan wanita yang mengenakan mukena itu sedang dalam posisi rukuk.
Karena penasaran, pelan-pelan Acong merayap mendekati pintu tenda. Dia membuka sedikit kain tenda. Tapi, anehnya sosok wanita yang sedang salat tadi malah menghilang entah ke mana.
ADVERTISEMENT
“Cari saya ya?” entah dari mana datangnya, Nurul tiba-tiba duduk di dalam tenda. Dia masih memakai mukena. Wajahnya sangat pucat. Kedua bola matanya hitam semua.
Melihat wajah Nurul yang menakutkan, seketika saja Acong kencing di celana. Dia ingin teriak, tapi tidak bisa. Suaranya seakan tercekat di tenggorokan.
***
Nantikan kelanjutan cerita Teror Lelembut Gunung Karang selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
____
Kamu suka mengikuti beragam cerita dan kegiatan bertemakan horor? Ikuti surveinya dan tunggu kejutan program bertemakan horor dengan cara mengisi form survei berikut ini.