Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sampai malam tiba, Dion tidak kunjung bangun. Dia tidur dengan sangat nyenyak. Aku tak tega kalau harus membangunkannya. Kami akhirnya menginap di rumah ambu Minah, kebetulan dia sangat baik dan mengizinkan kami untuk menginap di rumahnya.
ADVERTISEMENT
Ambu Minah memang hanya tinggal sendirian di rumah itu. Suaminya sudah lama meninggal. Kata ambu Minah, dia senang kalau ada orang yang bertamu ke rumahnya. Apalagi kalau sampai menginap.
Aku tidur di kamar dekat dapur, sedangkan Rendi tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamarnya Dion. Tepat jam dua belas malam, tiba-tiba aku terbangun. Kudengar ada suara erangan seorang lelaki di luar.
Pelan-pelan kuintip dari balik pintu kamarku. Ternyata erangan itu berasal dari kamar Rendi. Kenapa dia?
Dengan panik aku segera lari ke kamarnya Rendi. Pintunya terkunci. Kugedor-gedor dari luar sambil berteriak memanggil namanya. Tapi Rendi tidak mau membukakan pintu.
Mendengar kegaduhan itu ambu Minah pun muncul dari dalam kamarnya. Dia juga panik dan langsung menanyakan apa yang sedang terjadi.
ADVERTISEMENT
“Ada apa?!” tanya ambu Minah dengan panik.
“Rendi kayak teriak kesakitan! Gimana ini, Mbu?” tanyaku. Aku berusaha mendobrak pintu itu, namun tidak bisa.
Dengan tergopoh-gopoh, ambu Minah pergi ke dapur. “Nak, pakai ini!” kata ambu Minah. Aku segera menghampirinya ke dapur.
Dia menyerahkan linggis kepadaku. Tanpa ancang-ancang lagi kucongkel pintu itu menggunakan linggis. Aku sempat kesulitan mendobraknya, tapi akhirnya pintu itu berhasil kudobrak. Di hadapanku, tampak Rendi sedang berdiri sambil mengamuk kesakitan.
Ia memegangi leher. Kedua matanya masih terpejam. Sepertinya Rendi tak sadarkan diri. Dan, yang membuatku terkejut, ada wanita berwajah pucat yang duduk di atas pundaknya Rendi. Dia adalah wanita misterius yang pernah kulihat di wahana malam itu.
ADVERTISEMENT
Ambu Minah menarik lenganku. Dia juga tampak ketakutan melihat penampakan wanita itu. Dia pun pergi ke kamarnya dan kembali dengan membawa sebuah jimat. Jimat itu berbentuk seperti patung manusia namun ukurannya kecil hanya segenggaman tangan.
Ambu Minah melemparkan jimatnya ke arah Rendi. Seketika makhluk gaib di atas pundak Rendi hilang begitu saja. Rendi pun tersadar, napasnya terengah-engah. Aku menghampiri Rendi lalu memeluknya dengan arat sambil menangis sesenggukan.
“Kamu baik-baik aja kan?” tanyaku.
“Iya, Sayang, aku baik-baik aja.”
Kami lalu mendatangi kamar Dion untuk memeriksa keadaannya. Kulihat dia sedang duduk di atas tempat tidurnya sambil menunduk. Kini wajahnya sudah tidak berbentuk. Bentolan kecil itu malah menjadi benjolan besar berwarna merah mau meledak.
ADVERTISEMENT
“Astaghfirullah…,” gumam Rendi.
“Bagaimana ini, Mbu…?” tanyaku pada ambu Minah.
“Sepertinya ada makhluk gaib yang mengikuti kalian. Sebenarnya apa yang telah kalian perbuat?” tanya ambu Minah.
“Kami tidak tahu, Mbu. Hanya Dion satu-satunya orang yang tahu jawaban itu. Dia masuk ke rumah hantu bersama Arin. Si Arin juga udah lama hilang," jawab Rendi.
Tak lama berselang, Dion perlahan berdiri. Kepalanya masih tertunduk seperti ada yang sedang mengendalikan tubuhnya.
“Dion?” Rendi menghampirinya sambil mengguncangkan bahu Dion.
“Dion, sadar, Dion!” kata Rendi. Tapi, Dion tetap diam saja.
Ambu Minah mengambil kembali jimat tadi dari dalam kamar Rendi. Dia lalu menempelkan jimat itu di kening cucunya. Dion pun lunglai. Dia terkapar di atas lantai. Aku dan Rendi menggotong tubuh Dion yang terasa sangat berat seperti ada yang menaiki tubuhnya Dion.
ADVERTISEMENT
***
Keesokan paginya, kondisi Dion semakin parah. Benjolan di wajahnya pecah satu persatu. Kulitnya terkelupas dan darah acak-acakan di atas bantal. Dion masih hidup, tapi tetap tak sadarkan diri. Rendi menyarankan agar Dion di bawa ke rumah sakit, tapi ambu Minah melarangnya.
“Ini bukan penyakit biasa. Aku akan minta tolong ke orang sakti di kampung ini,” ujar ambu Minah.
Rendi dan Dion sudah mendapat teror dari makhluk gaib. Mungkin yang selanjutnya aku. Tapi apa sebenarnya salah kami?
***
Nantikan cerita horor Wahana Maut selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: