Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Bocah Yatim Piatu di Sampang Diduga Alami Gizi Buruk
7 November 2018 6:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Petugas kesehatan dari Puskesmas Camplong saat mendatangi Jamilah, Selasa (6/11/2018). (Ryan Hariyanto/MM).
ADVERTISEMENT
Sampang, (Media Madura) – Sungguh miris nasib Jamilah, bocah berusia 12 tahun ini diduga menderita gizi buruk. Kondisi tubuhnya sangat kurus, kering kerontang. Diyakini berat badan bocah yang diketahui yatim piatu itu kurang dari 10 kg.
Video saat petugas kesehatan mendatangi kediaman Jamilah pun viral di media sosial dan grup WhatsApp. Ia didatangi langsung oleh Kepala Puskesmas Camplong, dr. Hendri, bersama petugas kesehatan lainnya.
Saat mediamadura.com melakukan penelusuran, diketahui bahwa Jamilah merupakan warga Dusun Le’nande, Desa Banjar Tabuluh, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur yang hidup sebatang kara.
Hal yang membuat tambah miris adalah kedua orang tuanya meninggal dunia dengan kondisi yang sama seperti Jamilah, dengan keadaan tubuh yang sangat kurus. Kini, dia hanya tinggal bersama pamannya, Wahed (40).
ADVERTISEMENT
Meski dirawat oleh pamannya, Jamilah hanya diberi asupan makanan bubur. Faktor keterbatasan ekonomi dan tanpa adanya kepedulian dari pemerintah membuat tubuh Jamilah terus terbujur lemas.
“Yang peduli hanya tetangga sekitar, pamannya saja yang merawat di sini tidak punya istri, jadi gak tahu gimana cara merawat anak,” terang dr. Hendri dihubungi mediamadura.com, Selasa (6/11) malam.
“Saya mendapat informasi sejak kemarin dan tadi pagi pukul 9.00 WIB sampai di rumah Jamilah di Dusun Le’nande Banjar Tabuluh,” imbuhnya.
Hasil pemeriksaan sementara dari petugas kesehatan, bocah perempuan kelahiran tahun 2006 itu kemungkinan mengalami infeksi paru-paru atau tuberculosis (TBC). Namun, bisa jadi mengarah kepada penyakit Bronkitis.
“Secara pastinya akan ketahuan besok karena Jamilah rencananya Rabu (7/11) dibawa ke rumah sakit Sampang karena kondisinya tidak memungkinkan jika dirawat di rumah atau di puskesmas,” ujarnya.
Hendri mengatakan, dirinya sempat mengecek apakah pasien mengalami HIV, dan ternyata negatif. Pemeriksaan penyakit yang bisa menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh ini sengaja dilakukan dengan dasar kecurigaan. Sebab, kedua orang tua Jamilah dinilai meninggal dengan tidak wajar, yakni kondisinya yang sama-sama kurus.
ADVERTISEMENT
“Apa kurang gizi atau tidak, belum paham, diyakini kondisi tubuh kurus ini hanya kurang asupan gizi ditambah di dalam tubuhnya ada infeksi. Sekarang kita sudah memberikan Jamilah susu Pan-Enteral sebagai makanan suplemen gizi,” tuturnya.
Berdasarkan keterangan Wahed, kondisi keponakaannya terbujur lemas sudah lama. Kala itu, Jamilah masih berada di Surabaya. Jamilah baru seminggu berada di Kampung Banjar Tabuluh.
“Kami awalnya benar-benar tidak tahu karena sudah lama di Surabaya, jadi baru seminggu di Sampang. Semua keluarga, baik orang tua dan adiknya meninggal, tapi keluarga tidak menyampaikan sudah berapa tahun ia sakit,” ungkap Hendri.
Saat dikonfirmasi balik via telepon, Kepala Desa Banjar, Tabulih H Radin, mengakui bahwa Jamilah dan Wahed merupakan warganya. Menurutnya, Jamilah memang sakit turunan dari orang tuanya sejak berumur 2 tahun.
ADVERTISEMENT
“Orang tuanya memang sudah meninggal itu (Jamilah-red) sakit turunan kok, saya sudah mengetahui informasi ini dan sudah dilaporkan kepada pemerintah daerah melalui Dinas Sosial,” terangnya.
Sayangnya, Radin justru tidak tahu jika Jamilah akan dibawa ke rumah sakit Sampang. Bahkan, ia berdalih jika tidak ada satu pun yang pernah memeriksa kondisi kesehatan bocah yatim tersebut, termasuk dari Puskesmas setempat.
“Kayaknya tidak ada yang ke rumah Jamilah tadi, kalau besok pasti masih di rumah Jamilahnya,” dalihnya.
Reporter: Ryan Hariyanto
Editor: Ahmadi