Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Teknologi Aviasi Bersumber Dari Keajaiban Biji, Kok Bisa?
21 Desember 2022 16:08 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Melani Kurnia Riswati Riswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di suatu sore yang masih terasa cukup terik, nyatanya jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Artinya siap berkemas untuk pulang kantor. Seperti biasa untuk absen, dari gedung konservasi harus menuju gedung lain dekat istana Bogor ke arah utara. Jalan kaki menempuh jarak lima ratus meter. Melintas jalur tengah menembus jalur koleksi talas menjadi pilihan. Karena dianggap lebih dekat.
ADVERTISEMENT
Kala tiba pada area taman terbuka, hal menakjubkan terjadi depan mata. Ratusan benda berwarna putih tampak berkilat kilat. Melayang indah mengikuti arah angin dan mendarat dengan anggun. Setelah terpaku beberapa saat, penasaran mendekat. Ternyata hal menakjubkan yang baru saja terjadi adalah benda bersayap yang terbang berhamburan. Pada sebuah pohon, tampak tanaman merambat dengan beberapa buah menggantung seukuran bola sepak. Salah satu buah berwarna cokelat terlihat terbuka. Bagai memuntahkan isi yang ada didalamnya. Ratusan biji terbang berhamburan melesat mengikuti irama angin. Itulah hal tak terlupakan dan menakjubkan saat bekerja di Kebun Raya Bogor.
Timun Hutan Nan Ajaib
Atraksi unik tersebut ternyata biji bersayap dari timun hutan. Benih bersayap seperti itu dikenal dengan sebutan samara. Walau sebutan lokal timun hutan, nyatanya tumbuhan ini satu keluarga dengan labu. Tergolong keluarga Cucurbitaceae. Banyak ditemukan tumbuh di hutan hujan Jawa. Tak heran bila peneliti kerap menyebutnya dengan Javan Cucumber. Adalah Carl Ludwig Blume yang pertama kali mendeskripsikan tanaman ini sebagai Zanonia macrocarpa pada tahun 1825. Sampai akhirnya tahun 1843, Marz Joseph Roemer menamakan temuannya sebagai Alsomitra macrocarpa.
ADVERTISEMENT
Termasuk tumbuhan merambat berkayu. Sejak semai hingga tumbuh dewasa membutuhkan tumbuhan lain sebagai rambatan. Makanya seringkali dihutan, tingginya mengikuti tumbuhan penopang nya. Bila tidak dikendalikan pertumbuhan nya, di Kebun Raya Bogor timun hutan dapat mengganggu tanaman lainnya karena pohon penunjangnya tertutup daunnya.
Dijumpai tumbuh pada dataran rendah hingga 700 meter. Tumbuhan ini ditemukan pada daerah Jawa, Borneo, Sumatra, Sulawesi, Halmahera, Kepulauan Aru, Papua Nugini, Filipina dan Kepulauan Bismarck.
Buah bulat dengan garis tengah 30 cm. Pada bagian ujung buah dapat merekah. Bila ingin melihat isi biji utuh, buah harus dipanen sesaat menjelang matang. Saat buah terbuka, akan terlihat ratusan biji bersayap tipis tersusun rapi. Berisi hampir 500 biji Panjang biji 12-13 cm dengan ketebalan biji 1 mm. Di alam, saat buah matang akan membuka sekaligus. Ratusan biji tipis bersayap pada kedua sisinya, akan menghambur dan beterbangan ditiup angin.
Sayap yang dimiliki mengantarkan biji untuk mendarat pada media atau tanah sehingga berkecambah. Hal ini menjadi bagian penting regenerasi pohon pada habitat alami. Dan fakta nya, keberadaan sayap dapat membantu biji melekat ketika mendarat. Memosisikan embrio agar dapat kontak langsung dengan tanah. Kulit biji yang tipis biasanya akan cepat sobek dan hanya bertahan dalam satu hari saja. Biji akan berkecambah setelah dua minggu.
ADVERTISEMENT
Strategi Penyebaran Biji
Bentuk samara yang mudah tertiup angin, memberinya kesempatan untuk menempuh perjalanan jauh. Sehingga biji dapat mencapai jarak hingga ratusan meter. Tumbuh menyebar dari induknya menjadi strategi tumbuhan untuk dapat menemukan daerah baru. Hal ini untuk menghindari persaingan dan menjaga kelangsungan hidup generasi nya.
Evolusi yang berlangsung cukup panjang telah menciptakan biji kecil dan ringan. Tipe seperti itu secara substansial telah berhasil mengatasi gaya gravitasi. Jenis biji anggrek yang halus dapat menjelajahi kawasan yang jauh berkat bantuan angin.
Selain memiliki sayap, beberapa tumbuhan juga memiliki cara lainnya untuk dapat menyebar. Tumbuhan mendapat jasa hewan yang memakan buah nya. Biji akan keluar bersama feses. Pada tempat baru yang cocok akan berkecambah lalu tumbuh menjadi individu baru.
ADVERTISEMENT
Beberapa tumbuhan bahkan berupa struktur biji lengket bahkan mirip kait atau duri. Tanpa kita sadari, seringkali banyak biji yang kadang menempel di celana atau sepatu. Mekanisme penyebaran oleh air juga dilakukan oleh beberapa jenis tumbuhan seperti kelapa dan tumbuhan mangrove. Bahkan buah dari Impatiens dapat meledakkan buahnya. Biji yang terlempar dari cara meriah tersebut berkecepatan tinggi. Sehingga dapat menjangkau tempat yang jauh.
Menjadi Inspirasi Pembuatan Pesawat Glider
Struktur unik yang dimiliki biji terbang ini, menarik para ilmuwan untuk menguak rahasia alam. Mereka mempelajari struktur sayap dan menemukan kondisi aerodinamik yang seimbang. Berkat lembaran tipis dan konfigurasi terpusat. Sehingga memiliki kemampuan akselerasi gaya terbang yang stabil. Hal ini kemudian menginspirasi dunia aviasi. Igo Etrich dan rekannya Frans Xaver Wels membuat rancang bangun pesawat layang tanpa awak. Pesawat terbang dengan sayap stabil meniru timun hutan ini berhasil terbang tahun 1904. Ilmuwan University of Tokyo, Akira Azuma dan Yoshinori Okuno pada 1987, kemudian menguji stabilitas gaya terbang dari biji timun hutan.
Sedangkan buah dari keluarga meranti yang umumnya terjun secara rotasi mirip baling-baling. Bentuk biji yang berada di pusat gravitasi dengan dilengkapi sayap tipis memberikan keseimbangan. Keunggulan ini yang membuat biji mudah terbawa angin. Biji timun hutan meluncur stabil dengan tingkat penurunan lebih lambat. Mengadopsi ide alam yang kemudian dijadikan referensi bagi perkembangan penerbangan. (MKR)
ADVERTISEMENT