Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
PPN 12% dan Dampaknya pada Kebutuhan Anak Sekolah
23 Desember 2024 11:41 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ammar Faqih Utomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebijakan fiskal sering kali dikemas sebagai sebuah mekanisme yang netral dan ilmiah. Namun, di dalamnya terdapat lapisan-lapisan keputusan yang memengaruhi individu dengan cara yang tidak selalu dapat diprediksi. Dalam kasus kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%, dampaknya tidak hanya berhenti pada perubahan angka-angka dalam neraca nasional, tetapi juga menyentuh dimensi kehidupan yang paling mendasar: pendidikan. Pendidikan, yang seharusnya menjadi jalan keluar dari kemiskinan dan ketimpangan, justru terancam oleh kebijakan ini. Anak-anak sekolah, yang menjadi simbol masa depan sebuah bangsa, kini berada di persimpangan yang sulit karena tekanan ekonomi yang ditimbulkan oleh kenaikan PPN ini.
ADVERTISEMENT
Kenaikan PPN: Sebuah Sistem yang Tidak Kasatmata
Sistem pajak sering kali dipandang sebagai sesuatu yang abstrak, jauh dari realitas sehari-hari. Namun, kenyataan menunjukkan sebaliknya. Kenaikan tarif PPN dari 11% menjadi 12% bukanlah sekadar perubahan angka, melainkan sebuah instrumen yang menciptakan rantai efek pada berbagai lapisan masyarakat. Barang-barang kebutuhan sekolah seperti buku tulis, alat tulis, seragam, hingga perlengkapan elektronik menjadi lebih mahal. Kenaikan harga ini tidak terlepas dari penerapan PPN yang bersifat menyeluruh. Meskipun pemerintah mungkin berargumen bahwa barang-barang tertentu akan dikecualikan dari kenaikan tarif, realitas di pasar sering kali menunjukkan kompleksitas yang tidak sederhana. Pedagang, distributor, dan produsen menghadapi biaya tambahan yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen.
Bagi keluarga dengan pendapatan rendah, setiap kenaikan harga adalah beban yang signifikan. Mereka harus memilih dengan cermat apa yang akan dibeli dan apa yang harus ditunda. Dalam konteks pendidikan, pilihan ini menjadi lebih menyakitkan karena melibatkan masa depan anak-anak. Ketika harga buku tulis naik, apakah mereka harus mengurangi jumlah buku yang dibeli? Ketika seragam sekolah menjadi lebih mahal, apakah mereka harus menunda pembelian seragam baru meskipun yang lama sudah tidak layak pakai?
ADVERTISEMENT
Efek Domino pada Pendidikan
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan material. Anak-anak membutuhkan buku untuk belajar, seragam untuk bersekolah, dan alat tulis untuk mencatat pelajaran. Ketika biaya untuk memenuhi kebutuhan ini meningkat, keluarga menghadapi dilema yang lebih besar. Pilihan antara memenuhi kebutuhan dasar lainnya, seperti makanan dan kesehatan, dengan kebutuhan pendidikan menjadi semakin sulit. Dalam banyak kasus, pendidikan sering kali menjadi korban dari keputusan-keputusan ini.
Efek domino dari kenaikan PPN tidak berhenti pada barang-barang material. Layanan pendidikan tambahan, seperti bimbingan belajar dan kursus, juga akan mengalami kenaikan biaya. Penyedia layanan ini tidak memiliki pilihan selain menaikkan tarif mereka untuk menutupi biaya tambahan yang timbul akibat kenaikan PPN. Anak-anak yang sebelumnya mendapatkan dukungan dari layanan pendidikan tambahan mungkin harus mengurangi atau bahkan menghentikan keikutsertaan mereka. Hal ini menciptakan ketimpangan yang semakin tajam antara anak-anak dari keluarga mampu dan kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Dampak pada Psikologi Anak dan Keluarga
Ketika keluarga menghadapi tekanan ekonomi, dampaknya tidak hanya bersifat finansial tetapi juga psikologis. Orang tua merasa cemas karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Anak-anak, di sisi lain, mungkin merasa bersalah atau tidak percaya diri karena harus beradaptasi dengan keterbatasan ini. Mereka mungkin merasa bahwa impian mereka untuk sukses menjadi lebih sulit dijangkau. Dalam jangka panjang, tekanan psikologis ini dapat memengaruhi motivasi belajar dan performa akademik mereka.
Tekanan ini juga berdampak pada hubungan keluarga. Orang tua yang merasa terbebani secara finansial mungkin menjadi lebih mudah tersinggung atau stres, yang pada akhirnya dapat memengaruhi hubungan mereka dengan anak-anak. Dalam beberapa kasus, tekanan ekonomi dapat memicu konflik dalam keluarga, menciptakan lingkungan yang tidak mendukung bagi perkembangan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Peluang dalam Krisis
Meskipun kenaikan PPN menciptakan banyak tantangan, situasi ini juga dapat menjadi peluang untuk melakukan perubahan yang positif. Pemerintah memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa kebijakan ini dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Dana tambahan yang diperoleh dari kenaikan PPN harus dialokasikan dengan bijaksana untuk mendukung sektor pendidikan. Beasiswa, subsidi, dan program bantuan lainnya dapat menjadi solusi untuk mengurangi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka.
Selain itu, situasi ini dapat mendorong inovasi dalam dunia pendidikan. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk menciptakan alternatif yang lebih terjangkau dan efisien. Platform pembelajaran daring, misalnya, dapat menjadi solusi bagi anak-anak yang tidak dapat mengakses layanan pendidikan tambahan secara langsung. Namun, inovasi ini harus didukung oleh kebijakan yang memastikan aksesibilitas dan kesetaraan bagi semua anak, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka.
ADVERTISEMENT
Kenaikan PPN menjadi 12% adalah cerminan dari kompleksitas sebuah sistem yang sering kali tidak sepenuhnya dipahami oleh individu yang menjadi bagian darinya. Kebijakan ini, meskipun dirancang untuk meningkatkan penerimaan negara, memiliki dampak yang jauh lebih luas pada kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama anak-anak sekolah. Tantangan yang ditimbulkan oleh kenaikan PPN harus dihadapi dengan langkah-langkah yang konkret dan terukur, agar pendidikan tetap menjadi prioritas yang tidak tergantikan.
Anak-anak adalah masa depan bangsa. Mereka tidak seharusnya menjadi korban dari kebijakan yang dirancang untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama menciptakan solusi yang berkelanjutan dan inklusif. Dengan demikian, kenaikan PPN tidak hanya menjadi sebuah angka dalam laporan tahunan, tetapi juga sebuah langkah menuju masa depan yang lebih baik bagi semua.
ADVERTISEMENT