Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Rewel, Anakku Dipaksa Makan Cabe Oleh Mertua
21 Oktober 2020 15:33 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
—
Aku paham beda cara pengasuhan dengan mertua memang wajar terjadi. Maklum kami memang beda generasi. Namun yang dilakukan oleh ibu mertua ke anakku udah nggak bisa ditoleransi.
Kami dan mertua tinggal satu rumah. Yang kumaksud kami adalah aku, suamiku, dan Rama, anakku yang kini berusia 5 tahun. Sejak Rama lahir hingga kini, ibu mertua juga turut serta dalam pengasuhan anakku. Suatu hal yang nggak bisa kuhindari karena kami satu atap.
Sayangnya, ibu mertua adalah tipe ibu yang keras, sesuai dengan cerita suamiku. Dulu saat kecil, suamiku sering dipukul gagang sapu, dijewer sampai telinganya merah, dicubit sampai bengkak, dan lain-lain. Nggak heran kini suamiku tumbuh jadi lelaki yang kaku.
Aku nggak mau Rama besar dengan didikan seperti itu. Ibu mertua memang sudah nggak sekeras dulu karena keterbatasan usia dan tenaga. Tapi tetap aja, kekerasan verbal dan fisik masih ditunjukkan ke anakku.
ADVERTISEMENT
Ibu mertuaku suka mengancam Rama agar menurut. Misalnya anakku main terlalu lama di rumah tetangga, pasti ibu mertua marah-marah. Dia lalu mengancam akan membuang Rama biar jadi anak tetangga. Rumah bakal dikunci biar Rama nggak bisa balik ke rumah. Ancaman yang kejam buat anak umur 5 tahun.
Anakku Disuruh Makan Cabe sama Mertua
Nggak cuma sampai di situ. Pernah suatu kali Rama rewel dan nangis nggak berhenti-henti karena keinginannya nggak dituruti. Namanya juga anak kecil, wajar kalau tantrum sesekali. Tapi ibu mertua nggak mau mengerti.
“Rama! Jangan nangis terus! Sakit telinga Oma dengernya. Oma lagi tidur siang jadi kebangun gara-gara kamu. Kalau masih nangis terus Oma kasih cabe lho ya!,” ancam ibu mertua.
ADVERTISEMENT
Saat itu aku sedang buang air besar, jadi hanya dengar suara mertua dan tangisan Rama dari kamar mandi. Aku pikir itu hanya ancaman biasa seperti sebelum-sebelumnya. Tapi ternyata nggak. Ibu mertua benar-benar mencekoki potongan cabe ke mulut Rama!
“Nih telan, biar kapok nangis terus!” kata ibu mertua.
Mendengar suara tangis Rama makin kencang aku segera keluar kamar mandi. Aku syok melihat muntahan cabe dari mulut Rama dan wajah anakku yang kemerahan. Buru-buru aku memberi anakku minum dan permen manis biar rasa pedasnya hilang. Aku peluk lama biar Rama tenang.
Tentu aku nggak terima dengan sikap ibu mertua. Masa anak umur lima tahun dicekoki cabe rawit merah , gimana nggak trauma?
ADVERTISEMENT
“Bu, kok tega sih paksa Rama makan cabe? Namanya juga anak kecil, wajar kalau rewel,” hardikku.
“Emang harus tega biar anakmu nggak rewel terus. Harus keras biar disiplin!” jawab ibu mertua nggak mau kalah.
“Ibu terserah ya kalau mau keras ke anak-anak ibu dulu. Tapi jangan ke anakku. Aku punya cara sendiri buat didik Rama!”
“Ya kalau kamu masih di rumah ini ya jangan harap ibu nggak ikut campur,” jawabnya lagi.
Mendengar itu hatiku makin panas. Padahal dulu ibu mertua yang ngotot menyuruh kami tetap tinggal di rumah itu. Sekarang seakan-akan kami yang mengemis menumpang di rumahnya.
Sejak hari itu, hubunganku dengan ibu mertua makin renggang. Rama juga terlihat takut dekat-dekat dengan neneknya. Nggak hanya it, aku dan suami juga makin yakin buat melanjutkan proses KPR yang sempat tertunda. Semoga cepat selesai biar aku bisa jauh-jauh dari ibu mertua. (sam)
ADVERTISEMENT
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Lina? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua? Kirim email aja! Ke: [email protected]